Profil AH Nasution yang Selamat dari G30S PKI, Pernah Jadi Guru di Bengkulu

Profil AH Nasution yang Selamat dari G30S PKI, Pernah Jadi Guru di Bengkulu

Tim detikNews - detikJateng
Jumat, 30 Sep 2022 12:31 WIB
AH Nasution, Profil Lengkap Sang Jenderal dan Daftar Penghargaan
AH Nasution. Foto: Dok Buku Jenderal Tanpa Pasukan Politisi Tanpa Partai (grafitipers)
Solo -

Para jenderal menjadi korban G30S PKI pada 1965 silam. Namun ada seorang jenderal TNI Angkatan Darat yang selamat dalam peristiwa itu yakni AH Nasution.

Dilansir detikNews, sosok bernama lengkap Abdul Haris Nasution ini lahir pada 3 Desember 1918 di Huta Pungut, Kecamatan Kotanopan, Tapanuli Selatan.

A.H. Nasution adalah anak kedua dari pasangan H. Abdul Halim Nasution dan Zahara Lubis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nasution menyelesaikan studinya di Hollandsche Inlandsche School (HIS), Kotanopan pada 1932. Dia lalu melanjutkan studinya di Sekolah Raja Hoofden School atau sekolah pamong praja di Bukit Tinggi.

Pada 1935, Nasution meneruskan pendidikannya di Hollandsche lnlandsche Kweekschool (HIK), yakni Sekolah Guru Menengah di Bandung. Selanjutnya, ia mengikuti ujian Algemene Middelbaare School B (AMS) di Jakarta, dan memperoleh dua ijazah sekaligus pada 1938.

ADVERTISEMENT

Setelah merampungkan studinya, Nasution kemudian menjadi guru di Bengkulu dan Palembang. Namun ternyata profesi guru kurang cocok baginya.

Akhirnya Nasution tertarik di bidang militer dan pada 1940-1942 mengikuti pendidikan Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO) KNIL atau Korps Pendidikan Perwira Cadangan di Bandung.

Kesaksian Jenderal A.H. Nasution

Mengutip dari buku 'Peristiwa 1 Oktober 1965: Kesaksian Jenderal Besar Dr. A.H. Nasution' oleh Jenderal Besar Dr AH Nasution, dilansir laman Perpustakaan Komnas HAM disebutkan, pada tanggal 1 Oktober 1965 pukul 04.00 di kediaman AH Nasution tiba-tiba terjadi keributan. Ternyata keributan itu dari kedatangan pasukan Cakrabirawa.

Terdengar tembakan-tembakan dan keributan di luar, lalu upaya buka pintu secara paksa rumah AH Nasution. Saat itu suasana sangat mencekam, pasukan Cakrabirawa terus menggedor pintu kamar dengan popor senjata diiringi rentetan tembakan. Mereka hendak menculik dan membunuh AH Nasution.

Namun Jenderal Nasution dapat meloloskan diri dari upaya penculikan dan pembunuhan di Jalan Teuku Umar No 40, Menteng, Jakarta Pusat. Meski demikian, tragedi tersebut telah merenggut nyawa putrinya, Ade Irma Suryani dan ajudannya, Lettu Czi Pierre Tendean.

Jenderal AH Nasution menjadi salah satu saksi sekaligus pelaku sejarah pada saat terjadi peristiwa 1 Oktober 1965 dini hari itu.

Pemerintah Republik Indonesia menganugerahi AH Nasution pangkat kehormatan menjadi Jenderal Besar TNI. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Keppres No 46/ABRI/1997, tanggal 30 September 1997.

Setelah tiga tahun dianugerahi gelar sebagai Jenderal Besar TNI, Jenderal A.H. Nasution meninggal dunia pada 6 September 2000, di Jakarta. Nasution meninggal dunia karena sakit.




(sip/ahr)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads