Liga 3 Indonesia kalah mengkilap dibandingkan dengan Liga 1 atau Liga 2. Berada di bawah bayang-bayang dua kompetisi akbar itu, kerap membuat Liga 3 dipandang sebelah mata.
Salah satu potret yang memilukan, tergambar dari perjuangan skuat Persikotas Tasikmalaya. Salah satu klub lokal kebanggaan masyarakat Priangan Timur, yang pernah menjuarai Liga Nusantara ada medio 2000-an.
Namun sayang, klub yang berdiri dari kota Mutiara di Priangan Timur itu dilanda krisis keuangan. Otomatis para pemainnya pun hanya modal nekat untuk mengarungi kompetisi Liga 3 di Karawang, tanpa honor tanpa uang saku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kisah yang tak jauh berbeda juga dialami oleh para penggawa Bandung Timur FC. Sang pemilik mengaku harus mencari uang darurat ke sana-sini agar tim kebanggaan warga Badnung Timur itu bisa mentas di berbagai ajang kompetisi.
Menjadikan kompetisi Liga 3 sebagai satu-satunya lumbung penghasilan sepertinya masih sulit terwujud bagi beberapa tim di kasta paling bawah di liga Indonesia ini. Striker Perkesit Cianjur Rizal Ismail (24) kembali menjadi perangkat desa setelah liga selesai.
Tak sedikit juga datangnya tawaran godaan untuk bermain sepak bola tarkam alias antar kampung yang menghampiri para atlet di Liga 3.
Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) pada April 2022 lalu mengungkap ada klub yang bahkan hanya menggaji Rp 250 ribu pemainnya untuk satu tahun. Itu pun ditunggak.
Minimnya sponsor yang melirik karena kurang Liga 3 kurang bergengsi menjadi tantangan tersendiri bagi manajemen untuk mengoperasikan tim. Walau meski sebagian klub ada yang beruntung karena sentuhan pejabat atau pengusaha yang 'gila bola'.
Simak liputan tematik tentang Lika-liku Liga 3 di Jawa Barat :
1. |
2. |
3. |
4. |
5. |
6. |
7. |
8. |
9. |
10. |
11. |
12. |
13. Baca juga: Lika-liku Cimahi Putra FC Mentas di Liga 3 |
14. |
15. Baca juga: Mengenal Persikas sang Singa Subang |
16. |
17. |
18. |
19. Baca juga: Mimpi Buruk Membayangi Persindra Indramayu |