Pamor Liga 3 kalah mentereng ketimbang Liga 2 dan Liga 1 yang pengelolaannya sudah profesional. Tapi jangan pandang sebelah mata peran penting Liga 3 bagi perkembangan sepak bola tanah air dengan segala problematikanya.
Hal itu diakui betul oleh Nurjati, pelatih kepala klub Cimahi Putra FC. Cimahi Putra FC merupakan salah satu klub asal Kota Cimahi, Jawa Barat, yang turut berkiprah dalam kompetisi amatir di bawah pengawasan PSSI tersebut.
Berangkat dari tujuan awalnya, Liga 3 sendiri memang diarahkan sebagai wadah untuk mengembangkan bakat pemain usia dini. Hal itu terlihat dari pemain klub peserta Liga 3 yang dibatasi maksimal hingga usia 22 tahun ditambah lima orang pemain senior.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tujuan awalnya kan seperti itu (pembinaan usia dini). Makanya di batas usia pemainnya, jadi wajar kalau pamor kalau sama Liga 1 dan Liga 2," kata Nurjati kepada detikJabar belum lama ini.
Contoh lainnya yakni pemain dari Liga 3 yang hendak naik level ke Liga 2 dan Liga 1 baru disodorkan kontrak. Sementara jika pemain dari Liga 1 dan Liga 2 hendak bermain di Liga 3 harus menurunkan status.
"Karena masih liga amatir, jadi kalau pemain Liga 1 dan 2 maun main di Liga itu harus turun status jadi pemain amatir dulu, tidak bisa profesional. Makanya Liga 3 itu kan dikelolanya oleh PSSI dan ada batas usianya," kata Nurjati.
Secara penyelenggaraan pun Liga 3 tahun ini lebih matang ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Mulai dari lapangan yang digunakan, sisi kompetitif klub peserta kompetisi, hingga lengkapnya perangkat pertandingan yang digunakan.
Sayangnya di sisi lain peningkatan kualitas penyelenggaraan Liga 3 kali ini secara pribadi masih dikeluhkan oleh Nurjati sebagai pelatih kepala dari klub yang gagal lolos ke fase selanjutnya. Di Liga 3, Cimahi Putra FC tergabung dalam Liga 3 Seri 1 Jawa Barat grup B dengan Dejan FC, Persikasi Bekasi, Bandung United, dan Persigar Garut.
"Kalau dari kompetisi sebetulnya lebih bagus, lapangan juga bagus. Cuma kurangnya saya lihat mungkin dari sisi wasit yang agak berat sebelah ke tuan rumah. Tapi penilaiannya beda-beda ya, itu kan penilaian pribadi saya," tutur Nurjati.
Kerugian itu juga tidak bisa dibalaskan karena pada gelaran kali ini, sistem yang diterapkan yakni pertandingan hanya digelar di satu tempat sehingga tidak ada kesempatan membalas di laga kandang.
"Kalo dulu home away, jadi kalau kalah di tandang bisa dibalas di kandang. Lebih bagus yang dulu sebetulnya kandang tandang. Jadi misalnya dirugikan di tandang kan bisa balas di kandang," ujar Nurjati.
Sulit Tarik Minat Sponsor
Dana dan sponsor ternyata jadi masalah utama klub-klub kontestan kasta ketiga di Indonesia. Minimnya sokongan dana dan sulitnya mencari sponsor membuat klub-klub harus putar otak mencari dan menyalurkan sumber dana agar klub bisa berjalan.
"Ya karena memang masih amatir kan, kalau Liga 1 dan Liga 2 profesional wajar mereka ada sponsor. Di Liga 3 ya itu tadi, masih berupa pembinaan dini jadi belum ada sponsor yang mau jor-joran membiayai klub," kata Nurjati.
Namun tak tertutup peluang Liga 3 bisa naik pamor jika kemasannya dibikin lebih menarik. Dari situ kesulitan klub untuk mencari penyandang dana guna operasional mengarungi kompetisi bisa terselesaikan.
"Liga 3 juga bisa kalau dikemasnya dengan bagus bisa menarik buat pemodal, mengundang sponsor. Cuma kendalanya kan kebanyakan tim-tim Liga 3 itu bukan membawa nama daerah. Tapi ada yang masih dibiayai Pemda juga kan tapi secara sejarah memang mereka sudah punya nama, seperti klub dari Karawang dan Purwakarta," kata Nurjati.
Hal itu juga terlihat dari sisi pemain yang dipakai tim kontestan Liga 3. Jika di Liga 1 dan Liga 2 mereka mendapatkan kontrak dengan durasi minimal enam bulan, sementara di Liga 3 pemain dibayar per pertandingan dengan kontrak sepanjang klub masih bermain.
"Kalau pemain kan pilihnya klub mana yang berani bayar paling tinggi dia ikut. Tapi mereka nggak dikontrak, hanya selama tim masih main di Liga 3, kalau kalah ya sudah selesai," kata Nurjati.
Saat ini Cimahi Putra FC dimiliki seorang pengusaha yang juga memiliki klub PSKC Cimahi dan Persikab Kabupaten Bandung yang sama-sama berlaga di Liga 2.
"Untuk kesejahteraan pemain tentunya diusahakan semaksimal mungkin oleh pemilik dan manajemen. Cuma ya karena Liga 3 ini masih amatir, jadi kondisi setiap tim khususnya di keuangan berbeda-beda," ucap Nurjati.
(iqk/iqk)