3 Pendapat soal Pencetus Maulid Nabi Muhammad

3 Pendapat soal Pencetus Maulid Nabi Muhammad

Hanif Hawari - detikHikmah
Selasa, 01 Okt 2024 15:30 WIB
of Mawlid al-Nabi al-Sharif. translation Arabic- Prophet Muhammads birthday in Arabic Calligraphy style. Islamic architecture cartoon scenery background. Illustration.
Ilustrasi maulid Nabi (Foto: Getty Images/REIMUSS)
Jakarta -

Perayaan maulid Nabi dalam sejarah Islam telah berlangsung sejak berabad-abad yang lalu. Ada yang berpendapat, pencetus maulid Nabi berasal dari kalangan Dinasti Ubaid (Fathimi) di Mesir.

Maulid Nabi adalah perayaan dalam Islam untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW. Dalam buku Mengenal Sejarah Nabi Muhammad SAW susunan Muhammad Ridwan Ibnu Suwarna, Nabi Muhammad lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awal, tahun Gajah.

Perayaan maulid Nabi merupakan sebuah tradisi yang terus berkembang di lingkungan Islam sebagai bentuk dan ungkapan cinta kepada Baginda Rasulullah SAW. Bahkan tidak sempurna iman seorang muslim apabila lebih mencintai manusia lain ketimbang Rasulullah SAW, sebagaimana beliau SAW pernah bersabda,

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak sempurna iman salah satu di antara kamu sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia." (HR. Bukhori Muslim).

Lantas siapa pencetus pertama kali perayaan maulid Nabi dan bagaimana maulid Nabi bisa berkembang di Indonesia?

ADVERTISEMENT

Sejarah Maulid Nabi

Mengutip buku Pro Kontra Maulid Nabi karya AM. Waskito, ada pendapat yang penyebut perayaan maulid Nabi pertama kali diadakan oleh kalangan Dinasti Ubaid (Fatimiyah) di Mesir, yang menganut aliran Syiah Islamiyyah (Rafidhah). Mereka berkuasa di Mesir dari tahun 362 hingga 567 Hijriah, atau sekitar abad ke-4 hingga ke-6 Hijriah.

Perayaan ini pertama kali dilaksanakan pada masa kepemimpinan Abu Tamim yang bergelar Al-Mu'iz li Dinillah. Perayaan maulid Nabi oleh Dinasti Ubaid hanya salah satu bentuk perayaan saja, selain itu mereka juga mengadakan perayaan hari Asyura, perayaan maulid Ali, maulid Hasan, maulid Husain, maulid Fathimah, dan lainnya.

Pendapat kedua, perayaan Maulid di kalangan Ahlus Sunnah pertama kali diselenggarakan oleh Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri, gubernur Irbil di wilayah Irak. Ia hidup pada 549-630 Hijriah.

Diceritakan saat perayaan maulid Nabi diadakan, Muzhaffar Kukabri mengundang para ulama, ahli tasawuf, ahli ilmu, dan seluruh rakyatnya. Beliau menjamu mereka dengan hidangan makanan, membagikan hadiah, bersedekah kepada fakir-miskin dan lainnya.

Pendapat ketiga, perayaan maulid Nabi pertama kali diperingati oleh Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi pada 567-622 Hijriah, penguasa Dinasti Ayyub di bawah kekuasaan Dinasti Abbassiyah. Tujuan beliau adalah untuk meningkatkan semangat jihad umat Islam dalam menghadapi Perang Salib melawan kaum Salib di Eropa dan merebut Yerusalem dari tangan Kerajaan Salib.

Dilihat dari keterangan waktu di atas, peringatan maulid Nabi diinisiasi oleh Dinasti Syiah Ubaidiyah, lalu diadaptasi ke dalam kultur Ahlus Sunnah wal Jamaah oleh Malik Muzhaffar dan Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi.

Sejarah Maulid Nabi di Indonesia

Mengutip buku Maulif Nabi: Menggapai Teladan Rasulullah oleh Muthohar Ahmad, dalam sejarah penyebaran agama Islam di Indonesia, perayaan maulid Nabi atau Muludan dimanfaatkan Wali Songo untuk sarana dakwah dengan berbagai macam kegiatan yang menarik masyarakat. Tujuannya agar mereka mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai pertanda memeluk Islam. Itulah sebabnya perayaan maulid Nabi disebut juga perayaan Syahadatain yang oleh lidah Jawa disebut Sekaten.

Dua kalimat syahadat dilambangkan dengan dua gamelan karya Sunan Kalijaga yang bernama Gamelan Kiai Nogowilogo dan Gamelan Kiai Gunturmadu. Gamelan tersebut ditabuh di halaman Masjid Demak saat perayaan maulid Nabi.

Pada masa Kesultanan Mataram, perayaan maulid Nabi dikenal sebagai Grebeg Mulud. Kata "grebeg" berarti mengikuti, yang merujuk pada tradisi mengikuti sultan dan para pembesar keluar dari keraton menuju masjid untuk merayakan Maulid Nabi, lengkap dengan sarana upacara seperti nasi gunungan dan sebagainya.

Saat ini, perayaan maulid Nabi sangat erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Acara yang disuguhkan dalam memperingati maulid Nabi juga sangat bervariasi dan diselenggarakan hingga berhari-hari.




(hnh/kri)

Hide Ads