Maulid Nabi Muhammad SAW adalah perayaan kelahiran Rasulullah SAW yang dilakukan pada tanggal 12 Rabiul Awal setiap tahunnya. Peringatan ini tidak hanya bertujuan mengenang perjuangan dan teladan Rasulullah SAW, tetapi juga sebagai simbol cinta dan kasih sayang umat Islam kepada sosok Nabi Muhammad SAW, yang menjadi contoh hidup (uswatun khasanah) bagi umat manusia.
Di Indonesia, perayaan ini sudah sangat umum, terlebih karena dijadikan sebagai hari libur nasional. Lantas bagaimana awal mula adanya peringatan maulid nabi? Simak penjelasan berikut.
Pengertian Maulid Nabi
Kata Maulid berasal dari bahasa Arab, yang berarti kelahiran, sedangkan Nabi merujuk kepada Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, Maulid Nabi berarti peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan catatan dalam buku Sirah Nabawiyah karya Prof Dr Muh Rawwas Qol'ahji, Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin 12 Rabiul Awal tahun Gajah, meskipun pada masa itu penanggalan Hijriah belum ditetapkan.
Sejarah Awal Peringatan Maulid Nabi
Dikutip dari buku Sejarah Maulid Nabi oleh Ahmad Sauri, tradisi peringatan Maulid Nabi pertama kali dilakukan masyarakat muslim bangsa Arab pada tahun kedua Hijriah. Menurut Nuruddin Ali dalam Wafa'ul Wafa bi Akhbar Darul Mustafa, ibu dari Amirul Mukminin Musa al-Hadi dan al-Rasyid, Khaizuran, yang hidup pada masa Abbasiyah (786 M), memerintahkan penduduk Madinah untuk merayakan Maulid Nabi di Masjid Nabawi.
Tradisi ini kemudian meluas ke Makkah, di mana Khaizuran memerintahkan perayaan di rumah-rumah warga. Khaizuran, yang memiliki pengaruh besar selama kekuasaan tiga khalifah Dinasti Abbasiyah, berhasil menyebarkan tradisi ini di wilayah Arab, menjadikan Maulid Nabi sebagai momen untuk terus mengingat ajaran dan kepemimpinan Rasulullah SAW.
Asal-usul Perayaan Maulid Nabi
Ada beberapa teori yang menjelaskan asal usul peringatan Maulid Nabi. Salah satunya menyebutkan bahwa Maulid pertama kali dirayakan Dinasti Ubaid (Fathimi) di Mesir, yang beraliran Syiah Ismailiyah, sekitar tahun 362-567 Hijriah. Perayaan ini diselenggarakan sebagai salah satu dari banyak perayaan yang ada pada masa itu.
Teori lain menyatakan bahwa Maulid Nabi dirayakan oleh Gubernur Irbil di Irak, Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri, yang mengundang para ulama, ahli tasawuf, dan masyarakat luas untuk merayakan kelahiran Nabi. Peringatan ini dilakukan dengan memberikan sedekah kepada fakir miskin serta menyediakan jamuan bagi masyarakat.
Ada pula teori yang menyebutkan bahwa Maulid Nabi pertama kali diadakan Sultan Shalahuddin Al Ayyubi atau Muhammad Al Fatih. Peringatan ini bertujuan meningkatkan semangat jihad umat Islam dalam menghadapi Perang Salib dan merebut kembali Yerusalem dari kaum Salibis Eropa.
Perayaan Maulid Nabi di Indonesia
Di Indonesia, peringatan Maulid Nabi berkembang pesat selama masa Wali Songo. Para wali menggunakan perayaan ini untuk menarik perhatian masyarakat agar lebih mengenal dan mengikuti ajaran Islam.
Tradisi Maulid Nabi di Indonesia dikenal dengan nama Gerebeg Mulud, yang melibatkan ritual upacara nasi gunungan serta pembacaan kisah hidup Nabi Muhammad SAW. Ritual ini biasanya diiringi dengan puji-pujian, salawat, dan tausiyah yang menambah keagungan perayaan Maulid Nabi di tanah air.
Dengan demikian, Maulid Nabi bukan hanya perayaan keagamaan, tetapi juga warisan budaya yang terus hidup dalam masyarakat Indonesia hingga saat ini.
Artikel ini ditulis oleh Angely Rahma, peserta Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(ihc/irb)