Kapan Haji Disyariatkan? Ini Tahun Mulainya dalam Islam

Kapan Haji Disyariatkan? Ini Tahun Mulainya dalam Islam

Hanif Hawari - detikHikmah
Selasa, 27 Mei 2025 09:30 WIB
A Muslim pilgrim prays on top of the rocky hill known as the Mountain of Mercy, on the Plain of Arafat, during the annual hajj pilgrimage, near the holy city of Mecca, Saudi Arabia, Monday, July 19, 2021. The coronavirus has taken its toll on the hajj for a second year running. What once drew some 2.5 million Muslims from all walks of life from across the globe, the hajj pilgrimage is now almost unrecognizable in scale. (AP Photo/Amr Nabil)
Potret jemaah haji wukuf di Arafah (Foto: AP/Amr Nabil)
Jakarta -

Ibadah haji merupakan salah satu dari lima rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang telah memenuhi syarat, terutama dalam hal kemampuan fisik dan materi. Setiap tahunnya, jutaan umat Islam dari berbagai belahan dunia berusaha keras untuk dapat menunaikan ibadah ini di Tanah Suci Makkah.

Namun, pertanyaan yang sering muncul adalah sebenarnya sejak kapan kewajiban melaksanakan ibadah haji mulai disyariatkan dalam Islam? Pembahasan ini menjadi penting karena berkaitan langsung dengan pemahaman sejarah pensyariatan rukun kelima dalam Islam tersebut.

Kapan Muncul Perintah Haji?

Dalam buku Al-Bait: Misteri Sejarah Ka'bah dan Hilangnya di Akhir Zaman karya H. Brilly El-Rasheed, S.Pd, dijelaskan bahwa ibadah haji sudah dikenal sejak zaman Nabi Adam AS. Dengan kata lain, kewajiban haji telah disyariatkan Allah SWT sejak awal, jauh sebelum Nabi Ibrahim AS atau Nabi Muhammad SAW diutus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai waktu pasti pensyariatan ibadah haji. Namun, mayoritas ulama berpendapat bahwa kewajiban melaksanakan ibadah haji mulai disyariatkan pada tahun ke-9 Hijriah, merujuk pada turunnya surat Ali Imran ayat 97 di akhir tahun tersebut sebagai dasar hukum wajibnya ibadah haji dalam Islam.

Pandangan kedua menyebut bahwa kewajiban melaksanakan ibadah haji mulai disyariatkan pada tahun ke-6 Hijriah, sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Hajar dalam Fath al-Bârî, dengan merujuk pada turunnya surat Al-Baqarah ayat 196 di Hudaibiyah sehingga tahun tersebut dikenal sebagai tahun Hudaibiyah.

ADVERTISEMENT

Sementara itu, pendapat lain menyatakan bahwa haji mulai disyariatkan pada tahun ke-4 Hijriah, dan ada pula yang meyakini baru diwajibkan pada tahun ke-10 setelah hijrah Nabi SAW.

Bahkan, terdapat pendapat syādz (minoritas) yang meyakini bahwa ibadah haji telah disyariatkan sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah. Dengan demikian, perbedaan pendapat terkait awal mula pensyariatan haji masih terus menjadi bahan kajian para ulama hingga saat ini.

Hikmah Ibadah Haji

Berdasarkan Fiqhul 'Ibadat karya Syaikh Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Syaikh Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, serta Panduan Muslim Sehari-hari karya KH M. Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, terdapat banyak hikmah penting dalam ibadah haji.

1. Menyucikan Jiwa dari Dosa

Ibadah haji memiliki keutamaan dalam menghapus dosa-dosa yang melekat pada diri seorang muslim. Dengan melaksanakannya, seorang hamba kembali dalam keadaan bersih dan suci, layaknya saat baru dilahirkan, sehingga pantas memperoleh rahmat dan kemuliaan dari Allah SWT di dunia maupun di akhirat.

2. Menguatkan Iman dan Takwa

Menunaikan haji berarti telah menyempurnakan salah satu dari lima rukun Islam. Hal ini diharapkan dapat membawa peningkatan dalam keimanan dan ketakwaan seseorang, selaras dengan ajaran dan tuntunan syariat Islam.

3. Pahala Setara Jihad

Dari Aisyah RA, beliau bertanya kepada Rasulullah SAW,

"Ya Rasulullah, tidaklah sebaiknya kami ikut berperang (berjihad) bersama kalian (kaum lelaki)?" Rasul menjawab, "Tidak, cukuplah jihad kalian adalah haji yang mabrur. Karena sesungguhnya haji mabrur itu adalah jihad (yang baik) untuk kalian." (HR Ahmad)

4. Penyempurna Dimensi Spiritual dalam Islam

Seorang muslim yang telah menunaikan salat, puasa, dan zakat akan merasakan keutuhan keislamannya dengan melaksanakan ibadah haji. Haji berfungsi sebagai pelengkap rukun Islam yang kelima, tetapi setelah menunaikannya, umat Islam tetap wajih melanjutkan ibadah lainnya demi menyempurnakan keimanan dan ketakwaannya.

5. Doa yang Dikabulkan Allah SWT

Para jemaah haji termasuk dalam golongan orang-orang yang doanya sangat berpotensi untuk diterima oleh Allah SWT, sebagai bentuk penghargaan atas kesungguhan mereka dalam memenuhi panggilan-Nya.

6. Mengunjungi Lokasi Bersejarah dalam Kehidupan Rasulullah SAW

Melalui ibadah haji di kota suci Makkah, umat Islam berkesempatan menyaksikan langsung tempat-tempat bersejarah yang erat kaitannya dengan kehidupan Nabi Muhammad SAW, seperti lokasi kelahiran beliau, tempat turunnya wahyu, serta berbagai situs perjuangan dakwah Islam.

7. Meneladani Nabi Ibrahim AS, Nabi Ismail AS, dan Siti Hajar

Rangkaian manasik haji menjadi pengingat atas pengorbanan dan keteguhan Nabi Ibrahim AS, Nabi Ismail AS, dan Siti Hajar. Dari pendirian Ka'bah, pelaksanaan perintah Allah, hingga perjuangan Siti Hajar di antara Bukit Shafa dan Marwah, semua menjadi simbol ketaatan dan keikhlasan yang patut diteladani.

8. Wujud Kepasrahan dan Kerendahan Hati di Hadapan Allah

Dengan mengenakan pakaian ihram yang sederhana dan tanpa perhiasan duniawi, para jemaah menunjukkan kerendahan hati mereka sebagai hamba. Mereka datang dalam keadaan bersahaja untuk bersimpuh, memohon ampunan, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

9. Simbol Persamaan dalam Islam

Ibadah haji memperlihatkan kesetaraan umat Islam di hadapan Allah SWT. Jutaan muslim dari berbagai bangsa, warna kulit, dan latar belakang sosial berkumpul di satu tempat tanpa adanya perbedaan, kecuali dalam hal ketakwaan.

10. Menguatkan Ukhuwah Islamiyah

Haji menjadi momentum penting dalam mempererat persaudaraan antarumat Islam di seluruh dunia. Di sana, mereka saling mengenal, berinteraksi, dan menjalin tali silaturahmi sebagai wujud kebersamaan dalam cinta kepada Allah SWT.




(hnh/kri)

Hide Ads