Chlorophyll

Keajaiban Al-Qur'an (22)

Chlorophyll

Nasaruddin Umar - detikHikmah
Sabtu, 22 Mar 2025 05:00 WIB
Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar menggelar rapat kerja dengan Komisi VIII DPR. Rapat membahas persiapan pelaksanaan ibadah haji tahun 2025.
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Chlorophyll ialah zat berwarna hijau (green pigment) yang ditemukan di dalam cyanobacteria dan chloroplasts pada gang-gang (algae) dan tanaman-tanaman. Di dalam inti sel tumbuh-tumbuhan terdapat zat berwarna-warni. Salahsatu di antaranya, dan ini yang paling penting ialah zat berwarna hijau (Chlorophyll).Nama Chlorophyll diambil dari bahasa Yunani chloros (hijau) dan phyllon (daun). Chlorophyll ini biomolekuler yang sagat penting artinya, termasuk dalam proses potosintesa yang memungkinkan tumbuh-tumbuhan menyerap energy dari sinar cahaya. Identifikasi dan pemilahan Chlorophyll pertama kali dipopulerkan oleh Joseph Bienaimé Caventou dan Pierre Joseph Pelletier in 1817.


Biasanya unsur yang amat penting dalam kehidupan manusia selalu disinggung simpul-simpulnya di dalam Al-Qur'an, sebagaimana difahami di dalam ayat: Tiadalah Kami alpakan sesuatu pun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan. (Q.S. al-An'am/6:38). Ternyata isyarat keberadaan dan fungsi Chlorophyll diisyaratkan di dalam Al-Qur'an: Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau (al-syajar al-akhdhar), maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu. (Q.S. Yasin/36:80).

Prof. Dr. Zaglul Ragib Muhammad al-Najjar dalam tafsir fenomenalnya berjudul: Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur'an, memberikan penjelasan secara terperinci (12 halaman) tentang ayat ini. Hampir semua kitab tafsir konvensional yang ditulis para ulama menghubungkan ayat ini dengan kayu bakar yang digunakan manusia untuk memasak dan memberi pemanasan. Pendapat Ibnu Abbas sering dikutip ulama tafsir mengomentari ayat ini yaitu setiap pohon bisa menghasilkan api untuk keperluan memasak dan pemanasan (Tafsir Ibn Katsir Juz III, h. 601).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Prof. Zaglul menjelaskan bahwa kayu dalam ayat ini bukan hanya penting untuk menghasilkan api dan tetapi jauh lebih penting ialah pohon menghasilkan unsur yang dalam kehidupan manusia berupa zat hijau daun (Chlorophyll) yang terdapat di dalam tumbuh-tumbuhan hijau (al-nabat al-khudhara'). Ia menguraikan fungsi tumbuhan hijau atau pohon di dalam kehidupan manusia dan keseimbangan ekosistem. Ia juga memberikan warning jika suatu saat tumbuh-tumbuhan atau pepohonan menjadi langka, bukan saja akan menyulitkan kehidupan manusia tetapi juga menjadi ancaman pemanasan global dan pada akhirnya menjadi ancaman kehidupan manusia dan eksistensi bumi.


Jauh sebelum tafsir ini lahir, Ir. Muh. Nur Abdurrahman, alumni ITB dan dosen Universitas Hasanuddin Makassar sudah pernah memperkenalkan konsep ini. Menurutnya istilah yang digunakan Al-Qur'an "zat hijau pohon" (al-syajar al-akhdhar) lebih teapat, karena zat hijau itu tidak hanyaa terdapat pada daun tetapi juga pada tangkai dan batang. Dengan sinar matahari zat hijau pohon ini menyusun bahan baku air dan karbon-dioksida di udara menjadi bahan bakar dan oksigen. Zat hijau pohon ini mengadakan proses penyusunan dari air dan karbon-dioksida menjadi bahan bakar dan makanan dengan pertolongan sinar matahari, sehingga proses itu disebut dengan proses foto-sintesis. Zat ini mentransfer energi radiasi menjadi energi potensial kimiawi dalam bahan bakar dan makanan.

ADVERTISEMENT

Jika bahan bakar dibakar, artinya bahan bakar itu bersenyawa dengan oksigen terjadilah reaksi eksotherm, mengeluarkan panas, lalu menghasilkan kembali air dan karbon-dioksida. Saat peralihan energy, terjadi transfer energi dari energi potensial kimiawi menjadi energi panas yang disebut api. Dengan demikian, yang dimaksud al-syajar al-akhdhar naran fa idza antum minhu tuqidun ialah pembakaran bahan bakar yang menghasilkan karbon-dioksida, dan dengan proses foto-sintesis yang dilakukan oleh zat hijau pohon, air+karbon-dioksida diubah menjadi bahan bakar+oksigen. Subhanallah.

Prof. Nasaruddin Umar

Menteri Agama Republik Indonesia

Imam Besar Masjid Istiqlal

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)




(lus/lus)

Hide Ads