Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. al-Baqarah/2: 29). Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (Q.S. al-Mulk/67:3). Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (Q.S. al-Isra'/17: 44).
Terdapat sejumlah ayat menyebutkan kata tujuh langit (sab'a samawat). Pengertian angka tujuh di dalam berbagai kitab tafsir berbeda satu sama lain. Ada yang mengartikan kata tujuh sebagai symbol jumlah yang tak terbatas, artinya bukan tiga sebagai standard symbol jamak di dalam hitungan Arab. Dalam tradisi Yunani dan Romawi kuno angka tujuh dimaknai sebagai lambang kemajmukan. Angka tujuh langit merujuk kepada ketiadaan batas atau jumlah lapis langit. Pengertian langit (al-sama') sendiri oleh para ulama terjadi perbedaan pendapat. Umumnya ulama di masa-masa awal Islam mengesankan langit sebagai bola raksasa yang melingkupi bintang-bintang dan planet yang seolah menempel pada dindingnya. Ada juga ulama yang mengesankan langit seperti atap raksasa yang berada di atas bumi.
Baca juga: Misteri Atom |
Prof. Achmad Baiquni mengartikan langit sebagai ruang alam atau ruang waktu di semesta tempat planet, bintang, dan benda-benda langit lainnya bergerak. Namun Prof Baiquni juga tidak memberikan komentar terperinci tentang makna tujuh langit. Ia hanya menyinggung sedikit bahwa tujuh langit yang disinggung di dalam Al-Qur'an ialah tujuh ruang alam. Ketujuh ruang alam ini boleh jadi tidak saling berhubungan satu dengan lainnya. Para ilmuan belum bisa memastikan di mana letak tujuh langit itu, apakah tujuh langit dalam arti ruang alam atau tujuh bumi dalam arti ruang materi, hingga saat ini masih merupakan misteri, yang mungkin pada saatnya akan tersingkap juga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sampai hari ini, menurut penelitian penulis, belum ada satu pun yang memberikan penjelasan kongkrit dan didukung oleh dalil-dalil lain tentang makna sab'a samawat dalam ayat di atas. Termasuk Tafsir sains (Tafsir al-Ayat al-Kauniyyah fi al-Qur'an al-Karim) karya Dr. Zaglul al-Najjar, juga tidak membahas kata tujuh langit ini. Dalam kitab Tafsir al-Kabir, karya Imam Fakhr al-Razy, yang biasanya rajin dan secara konsisten mengemukakan makna tersirat sejumlah konsep yang tidak terurai jelas di dala kitab-kitab Tafsir lain.
Berbagai sumber berusaha memahami kata tujuh langit dengan menghubungkan tujuh lapisan (layers) yaitu: 1) Troposfer, lapisan yang paling dekat dengan bumi, 2) Stratosfer, lapisan di atas tropospher. 3) Ozonosfer, lapisan yang berfungsi untuk mengembalikan sinar ultraviolet dan bahaya radiasi lainnya. 4) Mesosfer, lapisan di atas Ozonospher. 5) Termosfer, lapisan di atas Mesosfer. 6) Ionosfer, lapisan di atas termosfer. 7) Eksosfer, bagian terluar dari atmosfer yang membentang sekitar 480 sampai 960 Km. Ulama lain menafsirkannya dengan tujuh planet, yaitu: Mars, Mercurius, Venus, Uranus, Neptunus, Saturnus, dan Jupiter.
Meskipun hingga saat ini belum bisa dipecahkan apa maknya yang paling dekat dengan dunia keilmuan, namun bergitu besar animo para ilmuan untuk menyingkap konsep-konsep actual di dalam Al-Qur'an sedemikian tinggi, maka tidak mustahil kelak pada satu saat akan tersingkap juga makna sains kata tujuh langit (sab'a samawat). Allahu A'lam.
Baca juga: Misteri Embriologi |
Prof. Nasaruddin Umar
Menteri Agama Republik Indonesia
Imam Besar Masjid Istiqlal
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Ribuan Orang Teken Petisi Copot Gus Yahya dari MWA UI
MUI Konfirmasi Dugaan Nampan MBG Terpapar Minyak Babi
Foto Prewedding dalam Islam, Apakah Diperbolehkan?