Ibnu Taimiyah, ulama mazhab Hambali, merupakan salah satu ulama yang mengulas makna tauhid uluhiyah. Ia mengatakan, kata tauhid, tanzih, tasybih, dan tajsim adalah kata yang terkadang mengalami kekaburan makna karena adanya perbedaan persepsi akibat perbedaan istilah.
Menurutnya, hal itu menyebabkan makna yang dimaksud oleh setiap golongan mengenai sifat-sifat Tuhan ini berbeda dengan makna yang dimaksudkan oleh golongan lain.
Kaum filsuf mendefinisikan makna tauhid uluhiyah sebagai mengesakan Dzat Tuhan, sedangkan kaum Mu'tazilah menghendaki istilah tauhid dengan makna meniadakan seluruh sifat-sifat bagi Tuhan.
Penjelasan Ibnu Taimiyah tersebut terdapat dalam buku Mausu'ah al-Firaq wa al-Madzahib fi al-Alam al-Islami yang disusun oleh Tim Riset Majelis Tinggi Urusan Islam Mesir dan diterjemahkan oleh Matsuri Irham dkk.
Pengertian Tauhid Uluhiyah
Dalam istilah sederhana, tauhid uluhiyah adalah mengesakan Allah SWT dalam mengerjakan ibadah, seperti berdoa, berkurban, berserah diri, dan berharap, seperti dikutip dari buku Quran Hadits karya Muhaemin.
Adapun, menurut Latief Mahmud dan Karimullah dalam buku Ilmu Tauhid, tauhid uluhiyah adalah percaya atau meyakini sepenuhnya bahwa Allah-lah yang berhak menerima semua peribadatan makhluk dan hanya Allah saja yang berhak disembah.
"Seorang muslim dalam hatinya tertanam tauhid uluhiyah maka segala tindakan, doa, pujian, harapan, dan perbuatannya semata-mata pengabdian kepada Allah SWT. Hanya Allah saja yang dituju untuk disembah," jelas keduanya dalam buku tersebut.
Dijelaskan lebih lanjut, tauhid uluhiyah sering diidentikkan dengan tauhid ubudiyah. Sebab, pengabdian seorang hamba hanya ditujukan kepada Allah SWT semata. Kata uluhiyah di sini dinisbatkan kepada Allah, sedangkan kata ubudiyah dinisbatkan kepada pengabdian atau penyembah.
Tauhid uluhiyah bertujuan agar manusia mengetahui bahwa hanya Allah SWT semata yang berhak disembah dengan benar. Sehingga, hal ini menjadikan manusia tunduk, taat, dan mengikuti perintah-Nya.
Ayat Al-Qur'an yang menerangkan tentang tauhid uluhiyah adalah surah An Nahl ayat 36. Allah SWT berfirman,
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ - ٣٦
Artinya: "Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), "Sembahlah Allah, dan jauhilah tagut", kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan. Maka berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul)."
Berkenaan dengan ilmu tauhid, Imam al-Haramayn al-Juwayni menjelaskan dalam al-Syamil fi Ushul al-Din, tauhid adalah meyakini keesaan Allah yang penjelasannya ditujukan untuk membuktikan secara argumentatif keesaan Allah SWT dan bahwa tidak ada tuhan selain Dia.
Dasar mengenai ilmu tauhid ini salah satunya disebutkan dalam Al-Qur'an surah Luqman ayat 13. Allah SWT berfirman,
وَاِذْ قَالَ لُقْمٰنُ لِابْنِهٖ وَهُوَ يَعِظُهٗ يٰبُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللّٰهِ ۗاِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيْمٌ ١٣
Artinya: "(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, "Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezaliman yang besar."
(kri/lus)
Komentar Terbanyak
Ada Penolakan, Zakir Naik Tetap Ceramah di Kota Malang
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Respons NU dan Muhammadiyah Malang soal Ceramah Zakir Naik di Stadion Gajayana