Bersahabat dengan Musibah, Berbaik Sangka pada Allah

Bersahabat dengan Musibah, Berbaik Sangka pada Allah

Indah Fitrah - detikHikmah
Rabu, 12 Mar 2025 20:30 WIB
Jakarta -

Sering kali kita salah paham dalam menanggapi musibah. Kita sudah rajin sholat, berdzikir, membaca Al-Qur'an, bahkan menjalankan puasa sunnah seperti Senin-Kamis, namun justru musibah datang bertubi-tubi.

Sementara itu, ada orang lain yang tidak melakukan hal tersebut tetapi rezekinya lancar dan hidupnya terlihat tanpa cobaan. Mengapa hal ini terjadi?

Ketika kita meminta rezeki, terkadang justru merasa semakin kesulitan. Dalam situasi seperti ini, penting bagi kita untuk merenungi dan melihat diri sendiri dengan jernih. Apakah benar musibah yang menimpa kita adalah sebuah keburukan?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jangan sampai kita terburu-buru dalam menilai, karena bisa jadi ada hikmah besar yang tersembunyi di baliknya.

"Bagi orang beriman, musibah, kekecewaan, atau penyakit itu boleh jadi sesungguhnya adalah sebuah nikmat kalau kita mengingat apa hikmah di balik sebuah musibah," ucap Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, dalam detikKultum, Rabu (12/3/2025).

ADVERTISEMENT

Sebagai umat muslim, kita diajarkan bahwa musibah dapat menjadi penghapus dosa. Rasulullah SAW bersabda bahwa setiap musibah yang menimpa seorang mukmin akan membawa manfaat baginya.

"Tidaklah muncul suatu musibah yang menimpa seorang mukmin dan itu menyakitinya melainkan akan menghapuskan dosa-dosanya." (HR. Ahmad 4 no. 98)

Bahkan, penyakit ringan seperti demam pun memiliki makna yang lebih dalam.

"Demam yang menimpa dalam sehari menghapus dosa selama setahun." (HR. Imam Ahmad dengan sanad yang shahih dari Ibnu Umar)

Tidak hanya itu, segala bentuk kesulitan yang dialami seorang muslim juga menjadi jalan penghapusan dosa dan ujian kesabaran.

"Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau kekhawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya, melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya." (HR Al-Bukhari no. 5642 dan Muslim no. 2573)

Karena itulah, Prof Nasaruddin Umar berpesan agar kita tidak merasa putus asa ketika diuji dengan musibah. Justru, ini adalah tanda bahwa Allah SWT masih menyayangi kita dan ingin membersihkan diri kita dari dosa-dosa.

"Tanda cinta Allah kepada hamba-Nya adalah dengan mendatangkan musibah lebih awal di dunia agar mereka dimudahkan di akhirat," jelas Imam Besar Masjid Istiqlal ini.

Namun, di sisi lain, kita juga perlu berhati-hati jika hidup terasa terlalu mudah, terutama bagi mereka yang bergelimang dalam kemaksiatan tetapi tetap mendapatkan banyak kenikmatan. Hal ini bisa menjadi bentuk istidraj, yaitu jebakan berupa nikmat yang disegerakan di dunia.

"Hati-hati jika tidak pernah mendapatkan musibah, tetapi tetap lancar dalam melakukan dosa dan maksiat tanpa mendapat hukuman dari Allah, itu adalah istidraj," ucap Prof Nasaruddin Umar.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW memperingatkan umatnya tentang tanda-tanda istidraj.

"Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah." (HR Ahmad)

Dengan demikian, kita harus senantiasa bersyukur atas apa yang diberikan Allah SWT, baik itu berupa nikmat maupun ujian. Karena boleh jadi, kata Prof Nasaruddin Umar, yang kita anggap sebagai musibah justru adalah kebaikan, dan yang kita kira kenikmatan justru adalah ujian yang menyesatkan.

Allah telah berfirman,

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216)

Maka dari itu, jangan pernah berprasangka buruk kepada Allah SWT ketika diberi ujian. Bisa jadi, musibah yang datang merupakan cara Allah SWT untuk mengangkat derajat kita dan mendekatkan kita kepada-Nya.

"Jangan salah paham atau berprasangka buruk kepada Allah saat diberi musibah, boleh jadi itu adalah tanda kasih sayang Allah dan pertanda Allah akan menaikkan derajat kita," jelas Menteri Agama ini.

Sebagai seorang muslim, kita dianjurkan untuk bersabar dan mengingat Allah SWT ketika musibah menimpa, sebagaimana yang tertuang dalam firman-Nya,

"(Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: Inna lillahi wa innaa ilaihi raaji'un." (QS. Al-Baqarah: 156)

Semoga kita senantiasa diberikan kesabaran dan keteguhan iman dalam menghadapi setiap ujian yang datang. Karena pada akhirnya, setiap musibah yang diterima dengan kesabaran akan menjadi jalan bagi kita menuju ridha Allah SWT dan keberkahan di dunia maupun akhirat.

Saksikan detikKultum bersama Prof Nasaruddin Umar setiap hari selama bulan Ramadan pukul 20.30 WIB, hanya di detikcom!




(inf/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads