Pengakuan Mahasiswi Korban Kekerasan Seksual di Mataram

Kekerasan Seksual di Kampus

Pengakuan Mahasiswi Korban Kekerasan Seksual di Mataram

Ahmad Viqi - detikBali
Rabu, 06 Jul 2022 00:06 WIB
1.

Pengakuan Mahasiswi Korban Kekerasan Seksual di Mataram

Pengakuan Mahasiswi Korban Kekerasan Seksual di Mataram
Salah satu korban kekerasan seksual di Mataram, NTB, Selasa (5/7/2022). Foto: Ahmad Viqi/detikBali
Mataram -

Salah satu korban kekerasan seksual di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang berstatus sebagai saksi mengaku diberikan minuman aneh saat berada di rumah pelaku.

Korban G bercerita awal mula mengenal pelaku. G mengaku kenal pelaku yang berusia 65 tahun ini dari korban A. Korban A mengenalkannya ke pelaku pada pekan ketiga bulan Februari 2022 lalu.

"Jadi waktu itu setelah saya KKN, ada teman namanya A, telepon saya pas pulang KKN. Nah kami kan mau skripsi-an, dia juga mau skripsi. Dia bilang, ayo sini ke rumah kakek saya (di salah satu perumahan di Kota Mataram, red)," kata G kepada detikBali, Selasa (5/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari ajakan korban A, kata G, pelaku yang belakangan diketahui sebagai dosen gadungan ini mengaku bisa membantu para korban menyelesaikan skripsi. "Jadi, korban A ini ajak kami bersama si korban B dan C, bilang kalau kami mau dibantu skripsi sama pelaku. Saya mau kan. Karena ini kan kakek teman saya," tutur G.

Dari pengakuan korban A, ujar G, pelaku memiliki ikatan keluarga dengan korban A. Bahkan korban A menganggap pelaku merupakan kakek yang baik dan bisa membantu melancarkan urusan akademik di kampus.

"Waktu itu seingat saya lagi hujan. Selesai hujan saya ke rumah pelaku karena ajakan A. Saya masuk dan kenalan. Pelaku tanya nama, siapa, dari mana, jurusan apa dan konsen di mana. Saya jawab konsen di bisnis," kata G.

Setelah mendengar keterangan dari korban G, pelaku pun membantu korban membuat judul skripsi dengan menelepon salah satu dosen yang cukup berpengaruh di kampus. Pelaku sempat menelepon ke salah satu dosen meminta judul skripsi yang berhubungan dengan bisnis untuk diberikan kepada korban G.

"Jadi dosen yang pelaku telepon ini dosen yang sangat berpengaruh di kampus. Jadinya kami kaget. Kok pelaku bisa kenal dosen. Dosen ini juga takut, saya dengar. Nah, dibuatkan judul sama pelaku," kata G.

Setelah memberikan judul skripsi, korban G pun diajak ngobrol hal yang sangat sensitif. Bahkan kata G, pelaku menanyakan korban dalam kondisi perawan atau tidak. "Jadi saya merasa aneh. Kamu masih perawan atau tidak. Bahkan sampai ke pertanyaan intinya. Iya, saya jawab apa adanya," kata G.

Pada hari itu juga korban A dan G diminta tinggal di rumah pelaku. Kata G bersaksi, pelaku sempat menanyakan rekan G dan A yang butuh bimbingan skripsi. "Begini kata pelaku, mana lagi temannya yang butuh bimbingan skripsi, nanti saya bantu. Hari itu saya pulang," kata G.

Keesokan harinya, korban G pun sedikit kaget melihat korban A membawa korban B dan C. Selain itu, korban D membawa dua rekannya, korban E dan korban F. Awalnya korban A mengajak B untuk melakukan bimbingan skripsi ke pelaku. Korban B pun mengajak korban C dan G untuk kepentingan yang sama. Korban D mengajak korban E dan F saat korban G sudah tinggal di rumah pelaku.

G mengaku kaget ketika mengetahui korban B diperkosa pelaku di kamarnya. "Nah waktu itu saya kaget. Tanpa sepengetahuan saya, korban B ini dibawa ke kamar pelaku. Di sana dia diperkosa oleh pelaku," kata G.

Semenjak kasus itu, korban B dan C pun tidak pulang ke rumah pelaku. Si pelaku lantas menelepon korban B dan C untuk kembali menginap di rumahnya. Kata G, dirinya sempat diminta menghubungi korban B dan C untuk kembali ke rumah si pelaku.

"Jadi kami itu tinggal di sana bertujuh. 6 perempuan dan 1 laki-laki. Jadi pelaku ini kan sengaja menyediakan kami kamar untuk tinggal sambil mengurus skripsi di kediaman pelaku," ujarnya.

Menurut G, setelah beberapa hari menginap di kediaman pelaku, akhirnya korban D juga mengaku telah diperkosa pelaku saat korban lainnya kembali ke kampung halaman. Terang G, korban D diperkosa sebanyak tiga kali hingga akhirnya minggat dari kediaman pelaku.

"Jadi korban D ini ketakutan, dia mengaku kelaminnya sampai sakit," katanya.

Selama dua pekan tinggal di kediaman pelaku, kata G, para korban tinggal dengan anak pelaku yang masih duduk di bangku SD. Selama dua pekan itu, ungkap G, pelaku memperkosa tiga mahasiswi.

Selain korban B dan D, pelaku juga memperkosa satu mahasiswi lainnya, yaitu A. Sedangkan tiga korban C, E, dan F hanya sampai dibuka celananya.

Tak berhenti di sana, G mengungkapkan, ia sempat diminta menemani pelaku tidur di kamarnya setelah tiga korban diperkosa. "Pelaku ini secara terang-terangan minta ke saya. Saya menolak dan bingung," katanya.

Korban G mengatakan, selama tinggal di kediaman pelaku, awalnya para korban ini diminta meneguk segelas air minum aneh yang diberikan pelaku. Mereka juga diwajibkan minum air aneh tersebut selama tinggal di kediaman pelaku.

Minuman itu, kata G, berefek pada daya tahan tubuh para korban. Bahkan salah satu korban A mengalami kecanduan minum air tersebut.

"Saya sih gak ada efek yang begitu berat. Tapi korban lain ini jadi lemas dan mengantuk. Jadi minuman itu seperti welcome drink lah," kata G.

Menurut korban G, selama tinggal dua pekan bersama 7 korban di rumah pelaku, para korban tidak hanya mendapatkan kekerasan seksual. Mereka juga merasa diintimidasi.

Dari semua korban, kata G, semuanya saling mengenal walau berasal dari fakultas berbeda di salah satu kampus negeri di Kota Mataram. "Kami sudah saling kenal dari A sampai F ini teman semua," kata korban G.

Pada intinya semua korban merasa lega usai pelaku dilaporkan pada Rabu (29/6/2022) kemarin.Ia pun meminta Polda NTB bisa segera menangkap pelaku dan diberikan hukuman seberat-beratnya.


Hide Ads