Meningkatnya arus balik pemudik yang masuk ke Bali melalui Pelabuhan Gilimanuk, Bali, menjadi peluang ekonomi bagi warga sekitar pelabuhan penghubung Pulau Jawa dan Pulau Bali.
Warga pun berjualan di pinggir jalan dengan menyediakan makanan dan minuman bagi pengguna jalan yang pulang ke Bali.
Pantaun detikBali, pedagang membangun tenda sederhana di sisi kiri jalan arah Denpasar. Sebagain besar merupakan warga sekitar Kelurahan Gilimanuk. Mereka menjual makanan seperti bakso dan makanan ringan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warung sederhana yang dibangun sementara berjejer. Terdapat sekitar sepuluh warung, salah satunya warung milik Sumiati (60), warga Lingkungan Penginuman, Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Jembrana.
Sumiati menjual makanan ringan, bakso dan minuman sejak dimulai arus balik dari luar Bali. Setiap harinya, bisa meraup keuntungan sekitar Rp 600 ribu. Jauh berbeda di hari biasa yang hanya Rp 50 ribu setiap harinya.
"Saya memang sudah lama jualan di pinggir jalan ini," ungkapnya.
Sumiati yang sudah puluhan tahun berdagang, setiap harinya berjualan di arah menuju pelabuhan Gilimanuk, Jalan Denpasar - Gilimanuk, lingkungan Penginuman, Kelurahan Gilimanuk.
Pada saat arus mudik, Sumiati berjualan bersama anaknya di dalam areal parkir kargo. Tempat kantong parkir kendaraan para pemudik.
"Waktu arus mudik pas macet, saya jualan di areal terminal kargo, karena pemudiknya lewat gang rumah," kata Sumiati.
Selain Sumiati, pedagang lain juga memindahkan warungnya di pinggir jalan arah Denpasar. Semua pedagang merupakan pedagang lama yang berjualan di seputaran Kelurahan Gilimanuk.
Pada saat arus mudik sebelum lebaran, antrean kendaraan yang akan masuk ke dalam pelabuhan juga dijadikan peluang bagi warga sekitar untuk berdagang.
Banyak warga yang menjadi pedagang asongan dadakan yang menjual kebutuhan makan dan minum pemudik.
(kws/kws)