Robi Navicula Sarankan Terminal LNG Dibangun di Lokasi Lain

Robi Navicula Sarankan Terminal LNG Dibangun di Lokasi Lain

Triwidiyanti - detikBali
Senin, 27 Jun 2022 19:11 WIB
Vokalis Navicula, Gede Robi Suprianto atau kerap dipanggil Robi Navicula.
Vokalis Navicula, Gede Robi Suprianto atau kerap dipanggil Robi Navicula. (Foto: Instagram robinavicula)
Denpasar -

Vokalis Navicula, Gede Robi Suprianto menyarankan pembangunan terminal gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) tidak dilakukan di kawasan mangrove Taman Hutan Raya atau Tahura Ngurah Rai. Menurutnya, pembangunan terminal LNG tersebut dapat dilakukan di tempat alternatif lainnya. Terlebih lagi, Bali memiliki beberapa lokasi yang masih bisa digarap selain kawasan Bali selatan.

"Kita masih punya ruang-ruang tidak produktif yang bisa dipakai, di kabupaten-kabupaten lain misalnya," kata Robi Navicula kepada detikBali, Senin (27/6/2022).

Musisi yang juga aktif menyuarakan isu-isu lingkungan itu sepakat dengan apa yang selama ini disuarakan oleh Walhi Bali terkait polemik pembangunan LNG. Ia tak mempermasalahkan pembangunan terminal LNG tersebut, asalkan lokasinya bukan di kawasan vital seperti mangrove.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Robi, jika kawasan mangrove sebagai zona penyangga rusak, dampaknya bisa dirasakan di daerah-daerah lain. Bali, kata Robi, justru perlu menambah zona-zona penyangga sekaligus tetap menjaga yang sudah ada.

"Masalah lingkungan ini unik, impact-nya bisa dirasakan di tempat lain. Misalnya alih fungsi pada satu kawasan pesisir, dampak abrasinya bisa dirasakan di tempat lain," imbuh Robi.

Sebelumnya, Direktur Walhi Bali Made Krisna Dinata mengungkapkan, yang dipersoalkan aktivis lingkungan bukan pembangunan terminal LNG, melainkan karena pembangunannya bakal mengorbankan hutan mangrove. Menurutnya, mangrove berguna untuk mempertahankan stabilitas bentang alam, salah satunya sebagai pengendalian abrasi, dan mereduksi dampak bencana tsunami.

Proses pengerukan dalam proyek terminal LNG, menurut Krisna berdampak terhadap keberadaan terumbu karang, perubahan arus dan gelombang, dan pada akhirnya menyebabkan abrasi. Rusaknya ekosistem biota laut akibat kerusakan hutan mangrove juga akan berdampak kepada hajat hidup orang banyak. Terlebih lagi bagi masyarakat Sanur yang kehidupannya bergantung di kawasan pesisir.

"Jadi sudah fix, penolakan kami itu jangan membangun terminal LNG di kawasan hutan mangrove karena akibat yang akan timbul sangat fatal ke depannya," kata Krisna, Senin (20/6/2022).




(iws/iws)

Hide Ads