Gubernur Jambi Al Haris bakal melakukan evaluasi terhadap Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin di Kabupaten Tebo, Jambi. Evaluasi terhadap Ponpes ini setelah adanya kasus kematian santri bernama Airul Harahap (13) oleh 2 seniornya, AR (15) dan RD (14).
"Ya kita akan tetap evaluasi," kata Al Haris, Minggu (24/3/2024).
Evaluasi yang dilakukan itu, kata Al Haris, setelah Ponpes tersebut menjadi lokasi tempat terjadinya penganiayaan terhadap santri hingga menyebabkan kematian. Meski kematian santri itu tanpa sepengetahuan pihak Ponpes, namun evaluasi tetap akan dilakukan.
"Yang jelas kita akan evaluasi dulu, ya," ucap Al Haris.
Al Haris juga sangat menyayangkan adanya kejadian kematian santri tersebut dengan cara kekerasan seperti itu. Dia juga prihatin atasnya kematian santri tersebut hingga kemudian direkayasa seolah kesetrum listrik.
Al Haris menyebut kasus kematian santri ini juga bukan kesalahan sepenuhnya oleh Ponpes melainkan masalah pribadi yakni hutang piutang antara para pelaku dan korban. Namun yang jelas, kata dia, apapun persoalannya ia berharap tidak ada lagi kasus kematian santri di Jambi.
"Ini sebenarnya bukan sepenuhnya persoalan di Ponpes ya. Kan polisi sudah menyelidiki, sudah ditetapkan juga tersangkanya, kita harap juga jangan sampai ada kejadian serupa," terang Al Haris.
Sebelumnya diberitakan, Al Haris meminta Kemenag untuk bertindak agar kejadian tersebut tak terulang lagi.
"Jadi untuk kasus santri ini kan sekarang sudah ditangani pihak kepolisian, dan sudah ada tersangkanya. Kita prihatin melihat ada santri yang tega menghabisi nyawa temannya sendiri dan ini yang mesti kita ubah lagi segera sistem pendidikan santri di Ponpes di Jambi ini," kata Al Haris, Minggu (24/3/2024).
Al Haris pun tidak menduga kematian santri tersebut diatur secara sistematis oleh para pelaku yang masih di bawah umur. Bahkan ia akan segera berkoordinasi dengan pihak Kemenag agar ponpes di Provinsi Jambi menyediakan guru psikologis demi mengatur kelakuan santri agar tak melampaui batas.
"Ini yang harus kita ubah lagi, jika ponpes sudah besar ini yang akan kita minta agar setiap ponpes ada guru psikologisnya. Ini untuk semua ponpes saya kira. Jika di SMA-SMK ada guru BK (bimbingan konseling) di pesantren harus ada guru khusus psikologi. Ini yang akan saya minta secepatnya," ujar Al Haris.
Al Haris menilai guru psikolog itu penting di ponpes lantaran selain belajar soal akhlak dan agama, adanya guru soal kejiwaan dan mental anak juga penting. Menurutnya, hal itu bertujuan agar perilaku anak bisa dibaca karena ponpes itu anak-anak yang menempuh pendidikan di sana jauh terhadap orang tua dan keluarga.
"Ini kan bisa terlihat perilaku anak-anak kita, jika sudah mentalnya berubah, lalu sifatnya berubah. Ini kan penting adanya guru psikolog. Dan ini yang harus kita bawa ke semua Pondok Pesantren," ucap Al Haris.
"Saya harus pastikan ini agar ke depan setiap ponpes di Jambi harus ada guru psikolog khusus. Ini harus segera ditindaklanjuti," lanjut dia.
(dai/dai)