Santri Ditemukan Tewas Tergantung di Ponpes Bantaeng, Sempat Dikira Prank

Santri Ditemukan Tewas Tergantung di Ponpes Bantaeng, Sempat Dikira Prank

Nur Hidayat Said - detikSulsel
Senin, 25 Nov 2024 17:30 WIB
ilustrasi kolom tentang fenomena bunuh diri
Foto: ilustrasi: edi wahyono
Bantaeng -

Seorang santri berinisial RS (15) di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan (Sulsel), ditemukan tewas tergantung di kolong rumah panggung di dalam pesantren. Kejadian ini mulanya dikira hanya sebuah lelucon atau prank oleh teman-teman korban.

"Berawal itu temannya yang menemukan, inisial DP. Dia sangkanya itu main prank karena di sana main prank-prank katanya anak-anak santri," ujar Kasat Reskrim Polres Bantaeng AKP Akhmad Marzuki kepada detikSulsel, Senin (25/11/2024).

Peristiwa itu terjadi di Pondok Pesantren (Ponpes) Hasyim Asy'ari, Dusun Tanetea, Desa Nipa-Nipa, Kecamatan Pajukukang, Bantaeng pada Sabtu (23/11) sekitar pukul 20.00 Wita. Saksi DP mengaku sempat berkomunikasi dengan korban sebelum kejadian.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Setelah Isya dia (DP) lihat di situ (ditemukan tergantung). Sebelumnya itu sempat berbicara sama korban ini saksi," katanya.

Marzuki mengatakan korban langsung dibawa ke klinik terdekat dan selanjutnya dibawa ke RSUD Anwar Makkatutu. Pihak rumah sakit kemudian menyampaikan bahwa korban sudah meninggal dunia.

ADVERTISEMENT

"Dibawa ke klinik. Di klinik mengatakan sudah meninggal. Lebih jelasnya dibawa ke RSUD Anwar Makkatutu. Dipastikan bahwa sudah meninggal. Kemudian dibawa pulang sama keluarga," bebernya.

Selanjutnya, jasad korban dibawa ke RS Bhayangkara Makassar untuk diautopsi sebelum dimakamkan pihak keluarga. Marzuki mengaku masih menunggu hasil autopsi dari pihak rumah sakit untuk mengungkap penyebab kematian korban.

"Berangkat ke Makassar untuk dilakukan autopsi di RS Bhayangkara. Setelah diautopsi kurang lebih 5 jam, langsung dibawa pulang. Sudah dikuburkan," terangnya.

Dia menambahkan pihaknya tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut dengan memeriksa saksi yakni teman korban, pengasuh dan pembina pesantren. Polisi juga mendalami rumor bahwa korban mengalami tindakan kekerasan atau bullying.

"Pada intinya semua yang mengetahui atau berada di lokasi itu, kita lakukan pemeriksaan. Sekarang ini enam orang kita lakukan pemeriksaan, di antaranya itu dari pihak pengasuh atau pembina ponpes. Termasuk pembina asrama kita ambil keterangannya. Termasuk teman-teman santrinya," jelasnya.

"(Bully terhadap korban) itu tidak ada. Karena kita juga mempertanyakan kepada saksi-saksi yang ada terkait bully. Tidak ada. Di sana itu terbatas waktunya,"lanjut Marzuki.




(hsr/asm)

Hide Ads