6 Kultum tentang Lailatul Qadar, Menjemput Kemuliaan Malam Seribu Bulan

6 Kultum tentang Lailatul Qadar, Menjemput Kemuliaan Malam Seribu Bulan

Rada Dhe Anggel - detikSulsel
Selasa, 18 Mar 2025 19:00 WIB
Ilustrasi khutbah atau ceramah
Ilustrasi kultum tentang Lailatul Qadar (Foto: Freepik/storyset)
Makassar -

Malam Lailatul Qadar merupakan satu malam paling istimewa yang banyak dinantikan umat muslim di bulan Ramadhan. Di malam penuh berkah ini umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, seperti sholat, berdoa, hingga membaca Al-Qur'an.

Pembahasan mengenai amalan serta tanda-tanda Malam Lailatul Qadar dapat disampaikan dalam kultum. Melalui kultum, diharapkan umat Islam dapat semakin memahami keutamaan malam Lailatul Qadar dan termotivasi untuk meningkatkan ibadah.

Nah bagi detikers yang sedang mencari referensi tentang kultum malam Lailatul Qadar, berikut detikSulsel telah merangkum contoh kultum tentang Malam Lailatul Qadar dengan berbagai tema.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yuk, disimak!

1. Kultum tentang Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar

Judul: Waktu dan Ciri-ciri Malam Lailatul Qadar

ADVERTISEMENT

Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahim.

Kaum muslimin muslimat rahimakumullah, marilah kita tidak henti-hentinya memanjatkan puji syukur kepada Allah.

Karena dengan nikmat-Nya, Allah masih memberikan kita kesempatan untuk hadir dalam acara mulia ini.

Semoga dalam acara mulia ini, kita semua mendapatkan rahmat dan ampunan Allah SWT.

Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,

Salah satu keistimewaan yang paling diharapkan oleh seluruh umat muslim saat bulan suci Ramadhan adalah bisa meraih malam Lailatul Qadar. Karena pendapat yang paling kuat mengatakan malam agung ini terjadi pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, sejumlah umat muslim pun memotivasi kembali semangat ibadahnya pada waktu-waktu tersebut.

Pada malam sepuluh hari terakhir ini, kita bisa menjumpai sejumlah mushala diadakan shalat malam, dzikir, serta doa bersama. Semua ini dilakukan tidak lain demi meraih malam Lailatul Qadar. Hanya saja, Allah SWT telah merahasiakan kapan malam mulia ini jatuh. Kalaupun ada penjelasan kapan tanggal terjadinya, paling sebatas prediksi dari para ulama.

Jika kita ibaratkan, malam Lailatul Qadar bagaikan permata sangat indah yang tersimpan di tempat sangat tersembunyi. Semua orang menginginkannya, tetapi hanya bisa memprediksi keberadaannya. Dalam satu hadits terkait malam Lailatul Qadar, Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ هَذَا الشَّهْرَ قَدْ حَضَرَكُمْ وَفِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَهَا فَقَدْ حُرِمَ الْخَيْرَ كُلَّهُ وَلاَ يُحْرَمُ خَيْرَهَا إِلَّا مَحْرُومٌ

Artinya: "Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) telah datang kepada kalian. Padanya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi darinya, sungguh ia telah terhalangi dari semua kebaikan. Dan tidak ada yang terhalangi (darinya), kecuali orang yang memang terhalangi dari kebaikan)" (HR Ibnu Majah)

Kendati kedatangan malam Lailatul Qadar dirahasiakan, akan tetapi para ulama berusaha (berijtihad) untuk memprediksi kapan malam mulia tersebut jatuh. Kita bisa mengacu pada pendapat-pendapat yang mereka kemukakan, kendati pada akhirnya kita juga berkesimpulan bahwa terjadinya malam Lailatul Qadar tetap menjadi misteri karena tidak bisa diprediksi ketepatannya seratus persen.

Kiranya semua pendapat ulama terkait prediksi malam Lailatul Qadar penulis kemukakan di sini, rasanya tidak akan cukup untuk dimuat dalam artikel yang singkat ini. Imam Ibnu Hajar al-Atsqalani sendiri menghimpun setidaknya ada 45 pendapat terkait waktu terjadinya malam tersebut. Hanya saja, dari sekian pendapat yang ada ia berkesimpulan bahwa argumen yang paling kuat adalah yang mengatakan terjadi pada tanggal-tanggal ganjil di bulan Ramadhan.

Sementara Imam Syafi'i lebih spesifik lagi berpendapat bahwa tanggal 21 dan 23 Ramadhan lebih potensial terjadi malam Lailatul Qadar. Sedangkan mayoritas ulama termasuk Syekh Nidzamuddin an-Naisaburi berpendapat pada 27 Ramadhan. (Ibnu Hajar, Fathul Bari, t.t: juz V, h. 569)

Menurut Imam Fakruddin ar-Razi, hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar adalah supaya umat muslim bersungguh-sungguh melakukan ibadah selama satu bulan Ramadhan penuh untuk mendapatkan malam istimewa tersebut. Jangan sampai kita lengah satu hari saja. Tentu kita tidak menginginkan malam Lailatul Qadar jatuh saat kebetulan kita sedang malas beribadah. (ar-Razi, Mafatihul Ghaib, t.t: juz 32, h. 28).

Senada dengan ar-Razi, Syekh Nidzamuddin an-Nasibasuri dalam tafsirnya, Gharaibul Qur'an wa Raghaibul Furqan menyampaikan:

الْحِكْمَةُ فِي إِخْفَاءِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ فِي الَّليَالِي كَالْحِكْمَةِ فِي إِخْفَاءِ وَقْتِ الوَفَاةِ وَيَوْمِ الْقِيَامَةِ حَتَّى يَرْغَبُ الْمُكَلَّفُ فِي الطَّاعَاتِ وَيَزِيْدُ فِي الاِجْتِهَادِ وَلَا يَتَغَافَلُ وَلَا يَتَكَاسَلُ وَلَا يَتَكَّلُ

Artinya: "Hikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar di antara malam-malam bulan Ramadhan adalah seperti dirahasiakannya kematian dan hari kiamat. Sehingga manusia dengan penuh suka cita menjalankan ibadah, lebih bersungguh-sungguh, tidak lalai, tidak bermalas-malasan, dan tidak lesu." (lihat Graraib al-Qur'an wa Raghaib al-Furqan, juz 6, hal 537)

Kendati malam Lailatul Qadar tidak bisa kita pastikan kapan terjadinya, selain mengikuti prediksi para ulama, kita juga bisa memprediksi kedatangannya dengan mengamati kondisi alam yang ada. Berikut adalah beberapa ciri-ciri malam Lailatul Qadar dilihat dari gejala alam berdasarkan beberapa hadits Nabi.

1. Pada pagi harinya sinar matahari tidak terlalu panas dan cuaca terasa sejuk. Hal ini berdasarkan hadits riwayat Muslim.

2. Malam harinya langit terlihat bersih, tidak terdapat awan, suasana terasa tenang dan sunyi, udara juga tidak dingin tidak pula panas.

Dalam hadits lain Rasulullah juga bersabda,

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

Artinya: "Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan tampak kemerah-merahan." (HR Ath-Thayalisi dan Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman)

Hanya saja, prediksi berdasarkan gejala alam tersebut tidak bisa dijadikan acuan untuk bisa meraih malam Lailatul Qadar. Ibnu Hajar al-Atsqalani sendiri menegaskan bahwa ciri-ciri gejala alam tersebut akan tampak setelah malam Lailatul Qadar-nya, bukan sebelum atau saat sedang terjadi sehingga kita bisa mempersiapkan diri sebelum tepat kedatangannya. (Ibnu Hajar, Fathul Bari, t.t: juz IV, h. 260)

Pada akhirnya, kita berkesimpulan bahwa malam Lailatul Qadar tidak bisa diprediksi kapan tepatnya terjadi. Kita hanya bisa berusaha dan berikhtiar dengan memperbanyak ibadah selama satu bulan Ramadhan dengan harapan bisa meraih malam istimewa ini. Semoga Ramadhan tahun ini dan tahun-tahun berikutnya kita diberi kesempatan oleh Allah SWT untuk meraih malam yang lebih utama dari seribu bulan ini. Amin. Wallahu a'lam.

Oleh: Muhamad Abror
Sumber: Laman Nahdlatul Ulama (NU Online)

2. Kultum tentang Menyambut Malam Lailatul Qadar

Judul: Menyongsong Malam Lailatul Qadar

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Hadirin yang dirahmati Allah,

Dalam beberapa hari ke depan, kita umat Islam akan memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Pada rentang waktu itulah kita dianjurkan untuk lebih sungguh-sungguh beribadah supaya dipertemukan dengan satu malam yang disebut Lailatul Qadar. Yakni satu malam yang keutamaannya lebih baik daripada 1000 bulan, atau 83 tahun.

Sangat wajar apabila kita ingin berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabul khairat) untuk menyongsong Lailatul Qadar. Alasannya sederhana bahwa jatah umur dan kesempatan hidup kita di dunia belum tentu sampai 83 tahun. Sementara dalam Surat al-Qadar dinyatakan, bahwa Lailatul Qadri khairun min alfi syahr yang artinya Lailatul Qadar lebih baik daripada seribu bulan. Dengan pertimbangan itulah umat Islam di mana tempatnya sangat menantikan Lailatul Qadar.

Malam yang disebut Lailatul Qadar bukanlah malam perayaan yang untuk dirayakan. Kalau umat Islam mau merayakan satu malam, maka bukankah sudah ada malam bersejarah yang lebih pasti?! Misalnya "Malam Isra Miraj" atau "Malam Nuzulul Qur'an" yang sudah dikalenderkan.

Malam Lailatul Qadar juga bukan menjadi malam penentuan, sekalipun dari segi namanya menggunakan lafal "al-qadar". Penentuan nasib manusia, rejekinya, umurnya, dan hal-hal lainnya sudah ada waktu khusus yang disebut "Nisfu Sya'ban"; di mana kita biasa bermunajat kepada Allah agar diberikan yang terbaik pada malam tersebut.

Dalil Lailatul Qadar

Semangat Umat Islam menyambut Lailatul Qadar semata-mata karena kemuliaan malam tersebut yang secara runtut dijelaskan dalam Surat al-Qadar ayat 1-5. Firman Allah SWT,

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada Lailatul qadar. Dan tahukah kamu apa Lailatul Qadar? Malam kemuliaan itu ;lebih baik dari 1000 bulan. Pada malam itu turun malaikat dan Jibril dengan ijin tuhan mereka untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar."

Di dalam Al-Qur'an, keterangan kitab suci bagi umat Islam ini diturunkan di waktu malam tidak hanya disebutkan di dalam surat al-Qadar saja. Akan tetapi juga terdapat di dalam Surat ad-Dukhan ayat 3 dengan kalimat "lailatin mubarakatin" (malam yang penuh berkah). Firman Allah SWT:

Artinya: "Sesungguhnya Aku turunkan Al-Qur'an pada malam yang penuh berkah. Sesungguhnya kami adalah pemberi peringatan."

Sama-sama menjelaskan peristiwa turunnya Al-Qur'an, tetapi dalam satu ayat disebut Lailatin Mubarakatin sementara dalam satu Surat disebut Lailatul Qadar. Namun umat Islam lebih condong kepada penyebutan Lailatul Qadar sebab ia bukanlah pengkalenderan malam turunnya Al-Quran.

Selain itu juga ada hal dalam surat al-Qadar, yaitu ketika terjadi pengulangan kata dalam bentuk pertanyaan; "Tahukah kamu Lailatul Qadar? Pertama, Lailatul Qadar keutamaannya melebihi 1000 malam. Kedua, pada Lailatul Qadar para malaikat yang masing-masing memiliki tugas khusus yang berhubungan dengan urusan manusia, termasuk malaikat Jibril, turun semua ke bumi. Mereka membawa kedamaian dan keselamatan serta memohonkan ampunan untuk umat Islam, sampai terbit fajar."

Gambaran Surat al-Qadar mengenai keutamaan Lailatul Qadar inilah yang membangkitkan semangat umat Islam untuk bertafakkur, beramal, dan memperbanyak ibadah di 10 malam terakhir bulan Ramadhan yang tak dapat diprediksi dan ditentukan. Benar, bahwa Lailatul Qadar terselubung penuh misteri! Adapun prediksi dan penentuan Lailatul Qadar yang dikemukakan para ulama hanya bersifat takwili atau apologi.

Misalnya ada yang membuat patokan Lailatul Qadar terjadi setiap 27 Ramadhan. Hal ini karena dalam perhitungan jumlah kata pada Surat al-Qadar terdapat 30 kata dan 114 huruf: menyerupai jumlah juz Al-Qur'an dan pembagian surat Al-Qur'an. Kemudian, Lailatul Qadar diprediksi jatuh setiap 27 Ramadhan dikarenakan lafal "HIYA" (Hatta Math'alil fajr), yakni dhomir yang menunjuk langsung "Lailatul Qadar", adanya pada urutan ke-27 dari total 30 kata dalam Surat al-Qadar.

Sekalipun demikian tidak ada anjuran bahwa kita cukup beribadah di malam tertentu seperti malam 27 Ramadhan saja. Melainkan di 10 malam terakhir bulan Ramadhan, kita dianjurkan untuk lebih giat beribadah kepada Allah SWT guna menyambut Lailatul Qadar.

Sepuluh Malam Terakhir Ramadhan

Kebiasaan umat Islam di dunia untuk menghidupkan 10 malam terakhir di bulan Ramadhan adalah dengan cara beri'tikaf. Ibadah ini merupakan ajaran yang dipraktikkan secara langsung oleh Rasulullah SAW. Dari Siti Aisyah diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw melakukan i'tikaf pada 10 terakhir Ramadhan semenjak beliau menetap di kota Madinah hingga beliau wafat.

Beri'tikaf merupakan usaha untuk mendekatkan diri (muraqabah) kepada Allah dengan penuh ikhlas. Pada momentum inilah kita menyerahkan diri kepada Sang Khaliq. Kita berupaya untuk taat beribadah kepada Allah SWT sesuai petunjuk-Nya dan tak ingin berpaling dari-Nya. Seolah-olah kita berdiri di depan pintu rahmat-Nya menunggu datangnya pengampunan dari Allah SWT.

Menurut Syekh Mahmud Syaltut dalam Kitab Min Taujihat al-Islam, ada 3 (tiga) fungsi peribadatan di dalam memakmurkan 10 malam terakhir Ramadhan. Pertama, wujud syukur kita kepada Allah SWT yang telah menurunkan Al-Qur'an di bulan Ramadhan sebagai petunjuk (Huda) dan penerang (bayyinat) bagi umat manusia. Kedua, menambatkan jiwa kepada hal yang dapat mengokohkannya dan mampu menguatkan rohaninya. Ketiga, menaikkan jiwa ke maqam tertinggi selayaknya golongan malail a'la.

Oleh sebab itu jika seandainya kita ada halangan melakukan peribadatan di masjid, kita dapat memakmurkan 10 malam terakhir Ramadhan di rumah masing-masing. Perbanyaklah membaca Al-Qur'an di rumah; selain sebagai ungkapan syukur diturunkannya kitab suci di bulan Ramadhan juga dalam rangka menyinari rumah kita dengan Al-Qur'an. Perbanyaklah berzikir dan bershalawat supaya terikat jiwa-jiwa kita dan mereka untuk lebih cinta kepada Allah dan nabi Muhammad SAW.

Ajaklah anggota keluarga kita untuk berdoa dan bermunajat, semoga Allah mengangkat derajat kita dan dijadikan kita semuanya termasuk golongan hamba-hamba Allah yang dikasihi-Nya. Aamiin.

Sekian kultum yang dapat saya sampaikan, wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh: M Ishom El-Saha, Dosen UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Serang
Sumber: Kementerian Agama (Kemenag) RI

3. Kultum tentang Menggapai Lailatul Qadar

Judul: Menggapai Lailatul Qadar ala Rasulullah

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk menjalani bulan suci Ramadhan.

Selawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kita semua sebagai umatnya.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Di bulan Ramadhan yang penuh berkah, terdapat malam yang luar biasa istimewa, yaitu Lailatul Qadar. Malam ini dijelaskan dalam Al-Quran sebagai malam yang lebih mulia daripada 1000 bulan. Keistimewaan ini menunjukkan betapa bernilainya Lailatul Qadar bagi umat Islam.

Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang penuh dengan rahmat dan ampunan dari Allah. Pada malam ini, Allah menurunkan para malaikat ke bumi untuk menyebarkan rahmat dan kedamaian. Umat Islam yang beribadah pada malam ini akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

Karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah pada malam Lailatul Qadar. Berbagai amalan yang dapat dilakukan seperti membaca Al-Quran, sholat malam, dan berdoa. Umat Islam juga dapat melakukan amalan lainnya, seperti zakat dan sedekah.

Lantas kapan datangnya Lailatul Qadar? Tak ada yang tahu pasti. Hadis yang berasal dari riwayat Aisyah, Nabi SAW bersabda, malam Lailatul Qadar berada di malam ganjil di 10 hari terakhir Ramadhan.

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: "Carilah Lailatul Qadar pada tanggal gasal dari 10 terakhir bulan Ramadhan." (HR. Al-Bukhari)

Meski tanggal pasti Lailatul Qadar tidak dijelaskan secara spesifik, umat Islam dianjurkan untuk bersungguh-sungguh mencarinya di bulan Ramadhan, terutama pada 10 malam terakhir. Rasulullah SAW sendiri memperbanyak ibadah pada saat itu. Beliau lebih fokus beribadah, memperbanyak sholat malam, dan membangunkan keluarganya untuk ikut beribadah bersamanya. Hal ini diriwayatkan dalam hadits riwayat Al-Bukhari:

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي يَعْفُورٍ عَنْ أَبِي الضُّحَى عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ رضي الله عنها قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Artinya: "Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah, telah menceritakan kepada kami Sufyan bin Said ats-Tsauri, dari Abu Ya'fur, dari Abu adh-Dhuha, dari Masruq, dari Aisyah ra, ia berkata: "Ketika Nabi SAW memasuki 10 hari terakhir (Ramadhan), beliau mengencangkan ikat pinggangnya (untuk lebih giat beribadah), menghidupkan malamnya (dengan ibadah), dan membangunkan keluarganya (untuk beribadah)"." (HR Al-Bukhari)

Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari menjelaskan, Nabi Muhammad SAW selalu menjadikan 10 malam terakhir bulan Ramadhan sebagai kesempatan untuk beribadah dan berserah diri kepada Allah SWT.

Tidur di malam hari diibaratkan sebagai saudara kematian, karena saat tidur, aktivitas dan kesadaran manusia terhenti. Karena itu, dianjurkan bagi umat Islam untuk memanfaatkan waktu malam untuk beribadah, seperti sholat malam, membaca Al-Quran, atau berzikir.

وأحيا ليله أي : سهره فأحياه بالطاعة وأحيا نفسه بسهره فيه ؛ لأن النوم أخو الموت ، وأضافه إلى الليل اتساعا ؛ لأن القائم إذا حيي باليقظة أحيا ليله بحياته ، وهو نحو قوله : " لا تجعلوا بيوتكم قبورا " أي : لا تناموا فتكونوا كالأموات فتكون بيوتكم كالقبور

Artinya: "Dan ia menghidupkan malamnya". Maksudnya Nabi SAW berjaga sepanjang malam. Ia menghidupkannya dengan ketaatan dan menghidupkan dirinya sendiri dengan berjaga-jaga di dalamnya. Karena tidur itu saudara kematian. Tambahan kata "malam" di sini untuk memperluas makna. Karena orang yang bangun dan berjaga, maka dia menghidupkan malam dengan kehidupannya. Hal ini serupa dengan firman Allah:

لا تجعلوا بيوتكم قبورا

Artinya: "Janganlah kamu jadikan rumah-rumahmu seperti kuburan. Pengertiannya: janganlah kamu tidur di rumah-rumahmu, sehingga kamu menjadi seperti orang mati dan rumah-rumahmu menjadi seperti kuburan." [Ibnu Hajar Al-Asqallani, Fathul Bari, [Kairo; Dar Rayyan lit Turats: 1986 M], jilid IV, halaman 316]

Lebih dari itu, hadits ini menunjukkan keteladanan Rasulullah SAW dalam memanfaatkan 10 malam terakhir Ramadhan dengan maksimal. Beliau meningkatkan intensitas ibadahnya dan mengajak keluarganya untuk turut serta dalam meraih malam-malam penuh berkah ini.

Selain memperbanyak sholat malam dan beribadah, Rasulullah SAW juga menganjurkan untuk memperbanyak doa di malam-malam tersebut. Beliau mengajarkan kepada Aisyah RA doa yang bisa dipanjatkan untuk meraih Lailatul Qadar, yaitu:

اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيمٌ تُحِبُّ اَلْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Arab Latin: Allāhumma innaka afuwwun karīmun tuhibbul 'afwa fa'fu 'annī.

Artinya: "Ya Allah, sungguh Engkau maha pemaaf yang pemurah. Engkau juga menyukai maaf. Karena itu, maafkanlah aku."

Intinya, cara Rasulullah SAW meraih Lailatul Qadar adalah dengan meningkatkan ketaatan dan ibadah di 10 terakhir Ramadhan. Nabi Muhammad SAW memperbanyak sholat malam, memperbanyak doa, dan bersungguh-sungguh dalam beribadah. Dengan kesungguhan tersebut, kita berharap bisa meraih keberkahan malam Lailatul Qadar. Wallahu a'lam.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh: Zainuddin Lubis
Sumber: Laman Nahdlatul Ulama (NU Online)

4. Kultum tentang Lailatul Qadar sebagai Malam Diturunkannya Al-Qur'an

Judul: Nuzulul Qur'an dan Lailatul Qadar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Hadirin yang dirahmati oleh Allah.

Saudaraku! Setiap tahun, dan tepatnya di bulan suci Ramadhan ini, banyak dari umat Islam di sekitar Anda merayakan dan memperingati suatu kejadian bersejarah yang telah merubah arah sejarah umat manusia. Dan mungkin juga Anda termasuk yang turut serta merayakan dan memperingati kejadian itu. Tahukah Anda sejarah apakah yang saya maksudkan?

Kejadian sejarah itu adalah Nuzul Qur'an; diturunkannya Al-Qur'an secara utuh dari Lauhul Mahfudz di langit ketujuh, ke Baitul Izzah di langit dunia.

فرق بالا شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبيئات من الهدى والفرقان

Artinya: "Bulan Ramadhan, bulan yang di padanya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (Qs. Al Baqarah: 185)

Peringatan terhadap turunnya Al-Qur'an diwujudkan oleh masyarakat dalam berbagai acara, ada yang dengan mengadakan pengajian umum. Dari mereka ada yang merayakannya dengan pertunjukan pentas seni, semisal qasidah, anasyid dan lainnya.

Mari saya mengajak diri saya sendiri terlebih dahulu dan umat Islam lainnya untuk senantiasa kita membaca dan mempelajari Al-Quran. Membaca dan mempelajari Al-Quran harus dijadikan tradisi oleh masing-masing keluarga Islam di muka bumi ini, kalau gerakan ini berlanjut, maka bukan tidak mungkin dunia nanti akan dipenuhi nilai-nilai Quran dan saat itulah peradaban baru dunia itu muncul, yaitu peradaban yang bersumber dari nilai-nilai Al-Qur'an.

Mengapa kita harus membudayakan membaca dan mempelajari Al-Quran? Karena selaku umat Islam kita yakin bahwa Al-Quran merupakan pedoman hidup yang kompleks dan memuat sejumlah kebutuhan manusia, baik materiil maupun spiritual. Al-Quran yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad memang diperuntukkan kepada manusia agar dia mendapat rahmat dan kegembiraan dari Allah SWT.

Membicarakan tentang Nuzulul Qur'an (turunnya Al-Qur'an) maka pasti tidak akan lepas pula membicarakan soal Lailatul Qadar dan Bulan Ramadhan. Karena memang antara ketiga hal tersebut terdapat hubungan yang saling kait mengkait.

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Qadr ayat 1:

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Qur'an) pada malam Qadar (Lailatul Qadar)".

Kemudian dalam Surat Ad-Dukhan ayat 3 disebutkan pula:

Artinya: "Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi (malam permulaan Al-Qur'an pertama kali diturunkan)".

Selain dua ayat di atas, dalam Surat Al-Baqarah ayat 185 Allah SWT berfirman:

Artinya: "Bulan Ramadhan adalah bulan di mana di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan batil)...".

Mengenai persoalan bahwasanya Al-Qur'an untuk pertama kali diturunkan dari Lauhil Mahfudz sampai ke Batil Izzah (Langit Dunia) yaitu pada malam Qadar di bulan suci Ramadhan, para ulama mayoritas telah bermufakat semuanya. Dimana dari Baitil Izzah ini, malaikat Jibril AS kemudian mengantarkannya kepada nabi Muhammad Saw secara step by step selama kurun waktu sekitar 23 tahunan.

Akan tetapi ketika diperinci lebih lanjut pada tanggal berapa persis sebenarnya saat Nuzulul Qur'an an itu terjadi? Maka di sini mulai terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama.

Kontek perbedaan pendapat ini sebetulnya bermuara pada batasan waktu kapan terjadinya Lailatul Qadar itu. Ada yang berpendapat di hari-hari ganjil, asyrul awakhir bulan suci Ramadhan sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits. Ada pula yang mengatakan pada 27 Ramadhan. Dan ada lagi yang berpendapat bahwa khusus Lailatul Qadar saat Nuzulul Qur'an itu terjadi yakni pada tanggal 17 Ramadhan.

Wallahu a'lam.

Sekian kultum yang bisa saya sampaikan.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh: Saefudin Latief
Sumber: Kementerian Agama (Kemenag)

5. Kultum tentang Spesialnya Malam Lailatul Qadar

Judul: Lailatul Qadar Malam Spesial Khusus Umat Nabi Muhammad

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Hadirin yang dirahmati Allah,

Di antara pembahasan yang sangat menarik seputar bulan Ramadhan adalah adanya salah satu malam yang lebih baik dan lebih mulia dari seribu bulan, yaitu Lailatul Qadar. Ia merupakan malam yang ada di antara malam-malam selama Ramadhan, dan juga dikenal dengan malam kemuliaan dan keutamaan (lailatusy syaraf wal fadhl).

Pada malam yang satu ini, Allah SWT mengutus para malaikat untuk turun ke langit dunia dengan membawa tugas masing-masing. Di antara mereka ada yang bertugas mencatat rezeki, ada yang bertugas mencatat ajal, ada yang mencatat jodoh, dan ada yang mencatat kebaikan dan keburukan manusia selama satu tahun, terhitung sejak malam Lailatul Qadar hingga datangnya Lailatul Qadar selanjutnya.

Selain itu, kemuliaan dan keagungan malam yang satu ini tidak lepas dari diturunkannya Al-Qur'an yang sangat mulia nan agung, sebagai mukjizat Rasulullah yang paling agung, dan sumber hidayah bagi umat-umatnya. Malam Lailatul Qadar bertepatan dengan malam diturunkannya Al-Qur'an dari Lauhul Mahfudz oleh Allah SWT secara menyeluruh ke langit dunia, kemudian diturunkan kepada Nabi Muhammad oleh malaikat Jibril secara berangsur-angsur, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi Islam saat itu.

Dengan demikian, malam yang satu ini tentu sangat mulia dan tidak heran jika kemuliaannya melebihi seribu bulan. Oleh karenanya, orang-orang yang bisa menjumpai malam yang satu ini tentu sangat beruntung. Sebab, saat itu semua pahala amal kebaikan nilainya berlipat-lipat dan tidak bisa ditemukan pada malam-malam lainnya.

Kemuliaan dan keagungan Lailatul Qadar diabadikan oleh Allah dalam satu surat Al-Qur'an secara khusus, tanpa bercampuran dengan ayat-ayat lainnya, yaitu:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)

Artinya: "Sungguh Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam qadar. (1) Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan. (3) Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. (4) Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar." (QS Al-Qadr: 1-5)

Selain dalam Al-Qur'an, Rasulullah juga menguak dan menjelaskan keutamaan dan kemuliaan malam yang satu ini. Dalam sebuah hadits hadits disebutkan,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya, "Barang siapa beribadah pada malam Lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala (dari Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu". (HR Al-Bukhari).

Dengan dua dalil di atas, setidaknya sudah bisa disimpulkan perihal keutamaan dan kemuliaan Lailtul Qadar. Ia merupakan satu-satunya malam dalam satu tahun yang benar-benar harus dijaga oleh umat Islam. Pada malam yang satu ini, kita harus berusaha untuk meraih dan mengambil keuntungan, pemberian dan anugerah yang dilipatgandakan oleh Allah di dalamnya.

Kendati demikian, malam yang satu ini ternyata hanyalah malam special yang hanya dikhususkan bagi umat Nabi Muhammad. Umat-umat para nabi sebelumnya tidak pernah merasakan kemuliaan Lailatul Qadar.

Imam Malik bin Anas (pendiri mazhab Malikiah, wafat 179 H) dalam salah satu kitab haditsnya meriwayatkan salah satu hadits, bahwa suatu saat Rasulullah melihat umur umat-umat terdahulu, saat itu ia melihat bahwa umur mereka jauh melebih umat-umatnya. Tentunya, amal ibadah yang mereka lakukan juga lebih banyak dari umatnya. Hanya saja, di saat yang bersamaan Allah memberinya keitimewaan berupa Lailatul Qadar:

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ أُرِيَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ أَوْ مَا شَاءَ اللَّهُ مِنْ ذَلِكَ فَكَأَنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ أَنْ لَا يَبْلُغُوا مِنْ الْعَمَلِ مِثْلَ الَّذِي بَلَغَ غَيْرُهُمْ فِي طُولِ الْعُمْرِ فَأَعْطَاهُ اللَّهُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Artinya: "Sungguh telah diperlihatkan kepada Rasulullah umur-umur umat (para nabi) sebelumnya, atau (diperlihatkan) apa yang dikehendaki oleh Allah dari semua itu. (Melihat itu) seolah Rasulullah pesimis bahwa usia umat-umatnya tidak akan mampu untuk mencapai amal ibadah yang dilakukan umat-umat tersebut. Kemudian Allah memberi Nabi Muhammad (dan umatnya) malam Lailatul Qadar yang lebih utama dari seribu bulan." (Imam Malik, al-Muwattha' libni Malik, [Muassasah ar-Risalah: 2004, tahqiq: Syekh Musthafa al-A'dzami], juz III, halaman 462).

Berdasarkan hadits di atas, Syekh Abu Muhammad Badruddin al-'Aini (wafat 855 H) dalam salah satu kitab haditsnya mengutip salah satu pendapat bahwa Lailatul Qadar adalah pemberian dan anugerah khusus dari Allah yang hanya diberikan kepada umat Nabi Muhammad. Dalam kitabnya disebutkan:

إِنَّ لَيْلَةَ الْقَدْرِ خَاصَةٌ بِهَذِهِ الْأُمَّةِ وَلَمْ تَكُنْ فِيْ الْأُمَمِ قَبْلَهُمْ

Artinya: "Sungguh malam Lailatul Qadar hanya khusus bagi umat ini (umat Nabi Muhammad), dan tidak ditemukan dalam umat sebelumnya." (Syekh al-'Aini, Umdatul Qari Syarah Shahihil Bukhari, [Darul Ihya' at-Turats: 2006], juz XVII, halaman 168).

Dengan demikian, sudah seharusnya malam yang satu ini benar-benar dijaga oleh semua umat Islam, setidaknya bisa lebih meningkatkan semangat dan antusias yang tinggi dalam beribadah. Sebab, pada malam yang mulia ini, nilai-nilai ibadah dilipatgandakan oleh Allah tanpa terkecuali. Tentunya, semua itu tidak lain agar ibadah umat akhir zaman ini bisa menandingi nilai ibadah umat-umat terdahulu yang hidup selama ratusan tahun.

Syekh Abu Abdillah Muhammad bin Abdul Baqi az-Zaraqani (wafat 1122 H) dalam kitabnya bercerita, suatu saat Rasulullah menyampaikan sebuah hikayat kepada para sahabatnya, bahwa di antara orang-orang bani Israil terdapat empat orang yang beribadah kepada Allah selama delapan puluh tahun dan tidak pernah bermaksiat kepada-Nya sekalipun sebatas kedipan mata. Empat orang itu adalah Ayyub, Zakaria, Hizqil, dan Yusya' bin Nun.

Mendengar cerita empat Bani Israil tersebut, para sahabat lantas heran dan sungguh takjub dengan ibadah mereka yang sangat istiqamah, bahkan dalam kurun waktu yang tidak sedikit, mereka tidak pernah melakukan perbuatan dosa.

Hanya saja, di saat yang bersamaan datanglah malaikat Jibril kepada Rasulullah, kemudian berkata kepadanya,

عَجَبَتْ أُمَّتُكَ مِنْ عِبَادَةِ أَرْبَعَةٍ ثَمَانِيْنَ سَنَةً لَمْ يَعْصُوْهُ طَرْفَةَ عَيْنٍ فَقَدْ أَنْزَلَ اللهُ عَلَيْكَ خَيْرًا مِنْ ذَلِكَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ. هَذَا أَفْضَلُ مِمَّا عَجَبَتْ أُمَّتُكَ

Artinya: "Telah heran umatmu akan ibadah empat orang selama delapan puluh tahun dan mereka tidak pernah bermaksiat sekalipun sebatas kedipan mata. Sungguh, Allah telah menurunkan bagimu (dan umatmu) yang lebih baik dari semua itu, yaitu malam Lailatul Qadar yang lebih baik daripada seribu bulan. Ini (Lailatul Qadar) lebih utama dari apa yang dikagumi oleh umatmu."

Mendengar apa yang disampaikan malaikat Jibril tersebut, akhirnya Rasulullah dan para sahabat saat itu sangat bahagia, serta tidak khawatir amal ibadah mereka akan kalah dengan ibadah umat sebelumnya. (Syekh az-Zaraqani, Syarhu az-Zaraqani 'alal Mawahib al-Ladunniyah, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: 1411], juz II, halaman 292).

Alhasil, Lailatul Qadar menjadi satu-satunya malam bagi umat Nabi Muhammad untuk semakin semangat dalam menambah ibadah dan ketaatan, serta tidak banyak menggunakan waktu di bulan Ramadhan dengan hal-hal yang tidak memiliki manfaat dan faidah.

Demikian penjelasan perihal Lailatul Qadar. Dengan mengetahuinya, semoga kita bisa meningkatkan kualitas ibadah selama bulan Ramadhan, khususnya di hari-hari terakhir sebelum hari raya ini, dan juga bisa menjumpai malam agung yang lebih utama dari seribu bulan itu, Amin.

Sekian kultum yang dapat saya sampaikan.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Oleh: Ustadz Sunnatullah
Sumber: Laman Nahdlatul Ulama (NU Online)

6. Kultum tentang Cara Menggapai Lailatul Qadar

Judul: 5 Tips Menggapai Lailatul Qadar di Akhir Ramadhan, yang Ketiga Sangat Penting

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk beribadah di bulan Ramadhan yang penuh berkah.

Selawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.

Hadirin yang dirahmati Allah.

Lailatul Qadar, yang juga dikenal sebagai malam kemuliaan, adalah salah satu malam yang paling istimewa dalam Islam. Malam ini terjadi pada salah satu malam terakhir dari bulan Ramadhan, namun tanggal pastinya tidak diketahui secara pasti. Para ulama berbeda pendapat terkait tanggal pastinya malam Lailatul Qadar.

Pendapat pertama mengatakan bahwa Lailatul Qadar terjadi setiap hari di bulan Ramadhan. Kedua, mengatakan, bahwa Lailatul Qadar terjadi di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan. Sebagaimana dalam Kitab Musnad Ahmad, juz IV, halaman 316:

اِلْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فِي تَاسِعَةٍ تَبْقَى أَوْ سَابِعَةٍ تَبْقَى أَوْ خَامِسَةٍ تَبْقَى

Artinya: "Carilah Lailatul Qadar pada malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, pada malam ke sembilan yang tersisa, tujuh yang tersisa dan lima yang tersisa."

Pendapat ketiga mengatakan, bahwa Lailatul Qadar terjadi pada hari-hari ganjil di 10 terakhir bulan Ramadhan, tanpa menentukan itu di tanggal ganjil atau tidak.

وَلَفْظُ الشَّافِعِيِّ: "وَطَلَبُهَا فِيْ الْوِتْرِ مِنْهُ أَيْ: مِنِ العَشْرِ, اَحَبُّ اِلَيَّ". وَمِنْ هَذَا اَلْخَبَرُ أَخَذَ القَاضِي الحُسَيْنِ تَأَكُّدَ طَلَبِهَا فِيْ الْعَشْرِ اَلْأَخِيْرِ أَيْضاً؛ لِأَنَّ الْوِتْرَ لَا يُدْرَي أَنَّهُ أَرَادَ بِهِ المَاضِيَ أَوْ الوِتْرَ المُسْتَقْبَلَ؛ فَيَدْخُلُ فِيْهِ الكُلُّ.

Artinya : "Lafal dari Imam As-Syafi'i: "Mencari Lailatul Qadar pada malam ganjil dari sepuluh terakhir bulan Ramadhan lebih aku sukai." Kemudian dari kabar As-Syafi'i ini, mengambil pendapat Qadi Husein, yang dijadikan dasar dari kesunahan mencari Lailatul Qadar pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan (tanpa mengkhususkan pada malam-malam ganjil). Karena tidak diketahui malam terakhir yang telah lalu ataukah yang akan datang, maka masuklah semua sepuluh hari tersebut." (Mugnil Muhtaj, juz I, halaman 221).

Terkait kemuliaan dan keutamaan malam Lailatul Qadar dijelaskan langsung oleh Allah dalam surat Al-Qadr ayat 3. Allah berfirman;

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ

Artinya: "Malam Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadr: 3)

Dalam ayat lain Lailatul Qadar juga disebut sebagai malam yang diberkahi:

إِنَّآ أَنزَلۡنَٰهُ فِى لَيۡلَةٍ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ

Artinya: "Sesungguhnya Kami (mulai) menurunkannya pada malam yang diberkahi (Lailatul Qadar). Sesungguhnya Kamilah pemberi peringatan." (QS Ad-Dukhan: 3).

Menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar, ayat "Lailah Mubarakah" yang dimaksud ialah malam Lailatul Qadar. Hal ini jika kita merujuk pada penjelasan Al-Quran surat Al-Qadar ayat 1 tentang Al-Qur'an yang diturunkan di Lailatil Qadar. Lebih lanjut Al-Baqarah ayat 185 mengatakan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan diturunkan Al-Quran. Adapun malam Lailatul Qadar, berarti malam yang amat berharga, cocok artinya dengan Lailatin Mubarakatin (malam yang diberi berkah), yang tertulis di ayat ini.

Selain itu, dalam hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW juga menjelaskan bahwa malam Lailatul Qadar malam yang mulia, yang akan menjadi kesempatan pengampunan dosa yang telah lalu. Keistimewaan itu dianugerahkan bagi orang yang menghidupkannya dengan amal kebaikan. Nabi SAW bersabda:

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: "Barangsiapa yang melakukan shalat pada malam Lailatul Qadar dengan iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Tips Menggapai Lailatul Qadar

Lailatul Qadar dianggap sebagai malam yang sangat mulia dan penuh keberkahan. Umat Islam dianjurkan untuk beribadah dan beramal kebaikan pada malam ini untuk mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT. Nah berikut ini lima (5) tips untuk menggapai malam Lailatul Qadar.

Pertama, meningkatkan ibadah. Perbanyak ibadah selama 10 malam terakhir Ramadhan dengan melakukan sholat malam (tahajud), membaca Al-Quran, berdoa, dan berzikir. Pasalnya, Rasulullah di malam 10 terakhir Ramadhan senantiasa mengisi dengan ibadah kepada Allah. Dijelaskan oleh Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَر

Artinya: "Rasulullah SAW bila memasuki 10 hari, yakni 10 hari terakhir dari bulan Ramadhan, mengencangkan kain sarungnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya." (HR Al-Bukhari).

Sementara itu Abu Ishaq As-Syirazi dalam Kitab At-Tanbih menuliskan bahwa seyogianya orang mengisi 10 malam terakhir Ramadhan, terlebih malam ganjilnya dengan memperbanyak amal kebajikan.

ويطلب ليلة القدر في جميع شهر رمضان وفي العشر الأخير أكثر وفي ليالي الوتر أكثر وأرجاها ليلة الحادي والعشرين والثالث والعشرين ويستحب أن يكون دعاؤه فيها اللهم انك عفو تحب العفو فاعف عني

Artinya: "Dianjurkan mencari Lailatul Qadar di setiap malam Ramadhan, terutama malam 10 akhir dan malam ganjil. Lailatul Qadar paling sering diharapkan terjadi pada malam 21 dan 23." Dianjurkan memperbanyak doa di dalamnya, 'Allahumma innak 'afuun tuhibbul afwa Fa'fu 'anni'".

Kedua, beriktikaf di masjid. Untuk meraih malam Lailatul Qadar seyogianya mengisi dengan melaksanakan iktikaf di masjid, terlebih di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Contoh iktikaf model ini, dipraktikkan langsung oleh Rasulullah SAW ketika bulan Ramadhan. Hal ini sebagaimana hadis yang bersumber dari Imam Muslim, Nabi SAW bersabda;

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يعتكف العشر الأواخر من رمضان

Artinya: "Bahwa Rasulullah SAW, beliau melaksanakan iktikaf di malam 10 terakhir bulan Ramadhan."

Adapun tujuan Rasulullah SAW melakukan iktikaf, untuk mendapatkan kemuliaan malam Lailatul Qadar. Pasalnya, dalam malam tersebut lebih mulia dari 1000 bulan (83 tahun 4 bulan). Orang yang mendapatkan malam tersebut, maka akan memperoleh ampunan dan rahmat Allah, yang tidak ada bandingannya.

Ketiga, berinfak dan bersedekah. Infak dan sedekah pada malam Lailatul Qadar sangat dianjurkan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pahala dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah berfirman;

إِنَّ ٱلۡمُصَّدِّقِينَ وَٱلۡمُصَّدِّقَٰتِ وَأَقۡرَضُواْ ٱللَّهَ قَرۡضًا حَسَنًا يُضَٰعَفُ لَهُمۡ وَلَهُمۡ أَجۡرٌ كَرِيمٌ

Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, baik laki-laki maupun perempuan, dan meminjamkan (kepada) Allah pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) kepada mereka dan baginya (diberikan) ganjaran yang sangat mulia (surga)."

Praktik sedekah di bulan Ramadhan juga dilaksanakan oleh Rasulullah SAW secara langsung, yang disaksikan oleh sahabat yang lain. Hal ini terekam dalam hadits riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim;

انَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ (أَجْوَدَ) مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ

Artinya: "Rasulullah SAW adalah orang paling dermawan di antara manusia lainnya, dan ia semakin dermawan saat berada di bulan Ramadhan."

Keempat, berdoa dengan penuh khusyuk. Berdoa dengan penuh khusyuk, tawadhu', dan memohon ampun kepada Allah SWT agar diberikan keberkahan pada malam Lailatul Qadar. Ada satu doa yang diajarkan Rasulullah SAW pada Aisyah RA, yang cocok diamalkan di bulan Ramadhan. Pun doa ini populer di Nusantara:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Artinya: "Dari Sayidah Aisyah, dia berkata, 'Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat engkau jika aku tahu bahwa malam tertentu adalah Lailatul Qadar, lantas apa doa yang mesti saya ucapkan?' Nabi Saw menjawab, 'Bacalah doa berikut ini: 'Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu'anni', (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku)."

Kelima, meningkatkan kebaikan. Selama 10 malam terakhir Ramadhan, perbanyak melakukan kebaikan seperti membantu orang lain, berbuat baik kepada orang tua, dan lain-lain. Hal ini dapat menjadi amal yang berkelanjutan dan terus mendatangkan keberkahan dari Allah:

من قام ليلة القدر إيمانا واحتسابا غفر له ما تقدم من ذنبه. رواه البخاري

Artinya: "Barang siapa yang mengisi Lailatul Qadar karena iman dan mengharapkan pahala, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR Al-Bukhari). Wallahu a'lam.

Oleh: Zainuddin Lubis
Sumber: Laman Nahdlatul Ulama (NU Online)

Nah itulah tadi kumpulan contoh kultum Ramadhan tentang malam Lailatul Qadar. Semoga membantu, detikers!




(edr/alk)

Hide Ads