Tanah longsor terjadi di Kecamatan Makale dan Makale Selatan, Kabupaten Tana Toraja (Tator), Sulawesi Selatan (Sulsel). Longsor tersebut menerjang empat rumah warga dan mengakibatkan 20 orang tewas tertimbun.
Bencana longsor pertama terjadi di Palangka, Kelurahan Manggau, Kecamatan Makale, Tana Toraja, Sabtu (13/4) sekitar pukul 23.30 Wita. Sebanyak 16 korban ditemukan tewas dan dua selamat di lokasi tersebut.
Longsor juga terjadi di Desa Randan Batu, Kecamatan Makale Selatan, Tana Toraja, Minggu (14/4) sekitar pukul 03.00 Wita. Longsor menerjang satu rumah dan mengakibatkan empat orang tewas dan dua selamat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dirangkum detikSulsel, Selasa (16/4/2024), berikut 6 hal tentang longsor di Tana Toraja hingga 20 korban ditemukan tewas:
1. Korban Longsor di Makale Satu Keluarga
Tim Siaga Bencana Polres Tana Toraja AKP Guna Munda mengatakan, 18 orang korban tanah longsor di Kelurahan Manggau, Kecamatan Makale merupakan satu keluarga. Seluruh korban telah dievakuasi.
"Benar, jadi 19 orang yang menjadi korban longsor itu adalah satu keluarga," kata Tim Siaga Bencana Polres Tana Toraja AKP Guna Munda kepada detikSulsel, Minggu (14/4).
Guna menuturkan sebelum bencana longsor melanda, keluarga besar bernama Rappe sedang berkumpul di salah satu rumah yang terdampak. Kata dia, berkumpulnya satu keluarga tersebut untuk merayakan acara pelepasan salah satu keluarga yang hendak merantau ke Kalimantan.
"Memang ada acara sebelumnya, jadi mereka kumpul di satu rumah pemiliknya itu Rappe. Mereka berkumpul sebagai acara perpisahan karena ada salah satu keluarganya mau ke Kalimantan," ungkapnya.
![]() |
Namun saat satu keluarga berkumpul, longsor terjadi dan menimpa rumah korban. Hal itu membuat semua orang yang berada di dalam rumah tersebut ikut tertimpa longsoran.
"Mungkin saat kejadian mereka sudah tidak sempat menyelamatkan diri. Rumahnya tersapu longsoran dan semua orang di dalamnya juga terkena," ucapnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...
Saksikan Video 'Medan Terjal Pencarian Korban Longsor Tana Toraja, 20 Ditemukan Tewas':
2. Pencarian Korban Terkendala Kabut
Tim SAR gabungan sempat terhalang kabut dan hujan ringan saat melakukan pencarian korban longsor di Palangka, Kelurahan Manggau, Kecamatan Makale, Senin (15/4). Saat itu, tim SAR gabungan mencari dua korban yang merupakan ibu dan anak.
"Hari ini (Senin) kami kembali memulai melakukan pencarian dua korban longsor," kata Komandan Basarnas Palopo Maickel Marthy Fermy kepada detikSulsel, Senin (15/4).
"Kendala yang kami alami adalah adanya kabut tebal membuat penglihatan terbatas dan hujan ringan. Kondisi tersebut membuat proses pencarian belum maksimal," lanjutnya.
Meski begitu, Maickel menegaskan tim SAR gabungan tetap melakukan proses pencarian dengan menyisir hingga 30 meter ke bawah tebing. Dia mengutarakan metode pencarian masih dilakukan secara manual dengan alat seadanya.
"Tetap kami melaksanakan proses pencarian. Kita sisir dari atas hingga 30 meter ke bawah, kalau metode yang kami gunakan masih manual dengan alat seadanya, alat berat belum kami maksimalkan karena medan yang tidak memadai," ucapnya.
3. 4 Korban Tewas di Makale Selatan
Tanah longsor juga terjadi di Desa Randan Batu, Kecamatan Makale Selatan, Tana Toraja pada Minggu (14/4) sekitar pukul 03.00 Wita. Longsor menerjang rumah milik Indo'Luka.
"Longsor juga terjadi di Randan Batu, ada satu rumah terdampak di sana," ujar Kepala BPBD Tana Toraja Christian Sakkung kepada detikSulsel, Minggu (14/4).
"Ada empat orang tewas, dua selamat," lanjutnya.
Dia pun menuturkan tim SAR gabungan dibagi menjadi dua tim. Pasalnya, di waktu hampir bersamaan bencana longsor juga terjadi di Kecamatan Makale yang mengakibatkan 16 orang tewas tertimbun longsor.
"Iya jadi kita bagi dua tim, ada di lokasi longsor Manggau Makale, kemudian ada juga Randan Batu Makale Selatan. Jadi total 18 orang meninggal (di 2 lokasi longsor)," bebernya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...
4. Pemkab Tator Tetapkan Status Tanggap Darurat
Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tana Toraja menetapkan status tanggap darurat bencana longsor. Kebijakan tersebut diambil untuk mempercepat penanganan bencana longsor di dua kecamatan tersebut.
"Iya saat ini statusnya sudah tanggap darurat bencana, karena bencana longsor yang terjadi," kata Bupati Tana Toraja Theofilus Allorerung kepada wartawan, Minggu (14/4) malam.
Theofilus mengatakan status tanggap darurat bencana tersebut berlangsung selama 14 hari yang terhitung mulai tanggal 14 April 2024.
"Selama 14 hari, terhitung hari ini. Ini untuk mempercepat penanganan, kami juga masih melakukan proses pencarian sisa korban," ungkapnya.
5. Tim SAR Hentikan Pencarian
Tim SAR gabungan menghentikan pencarian korban tanah longsor di dua titik di Kabupaten Tana Toraja. Operasi dihentikan setelah 20 korban yang dinyatakan hilang tertimbun ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
"Sebanyak 20 jasad korban longsor di dua lokasi sudah dievakuasi. Maka operasi SAR bencana alam dinyatakan selesai dan ditutup," kata Kepala Kantor Basarnas Makassar Maxianus Bekabel kepada wartawan, Senin (15/4).
Maxianus mengatakan 121 anggota SAR gabungan sudah kembali ke satuannya masing-masing. Dia menyebut tim yang terlibat dalam operasi ini adalah BPBD Tana Toraja, TNI, Polri, Basarnas Palopo dan Makassar, serta SAR Brimob Polda Sulsel.
"121 anggota dalam SAR gabungan sudah dikembalikan ke satuannya masing-masing," ungkapnya.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya...
6. Kondisi Lahan Menurun
Penjabat (Pj) Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin menduga longsor di Tator terjadi karena kondisi alam atau lahan yang menurun. Hal tersebut disampaikan Bahtiar saat mengunjungi keluarga korban tanah longsor di Rumah Sakit Lakipadada Tana Toraja pada Minggu (14/4) malam.
"Saya terus mengimbau warga Sulsel khususnya Tana Toraja, karena alamnya Sulsel ini sangat rawan longsor dan banjir, alamnya kita yang sudah menurun kemampuannya," kata Bahtiar kepada wartawan, Minggu (14/4).
"Berturut-turut bencana hidrometeorologi terjadi di Sulsel, kemarin di Luwu, Palopo, Toraja Utara, dan sekarang Tana Toraja," lanjutnya.
Dia mengaku menyadari kondisi alam Sulsel mulai menurun sejak tahun lalu. Dia mengambil kesimpulan tersebut setelah melihat fenomena kekurangan air saat terjadi kemarau yang melanda beberapa daerah di Sulsel dan saat musim hujan terjadi banjir dan longsor.
"Jadi sebenarnya saya sudah sadar dari tahu lalu. Karena pada musim kemarau saya lihat beberapa wilayah kesulitan air bersih, lahan-lahan kering di mana-mana. Nah pada musim hujan terjadi longsor dan banjir, kalau kita tanya apa penyebabnya jawabannya sederhana, karena sudah tidak ada pohon yang mengikat tanah," ucapnya.