Dalam acara Colliers Virtual Media Briefing, Rabu (9/7/2025), Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto mengungkapkan pembeli apartemen saat ini hampir memiliki komposisi yang sama antara pengguna pribadi dan investor.
Pada saat prapandemi COVID-19, sebanyak 68 persen pembeli apartemen merupakan investor yang akan menggunakannya sebagai instrumen investasi dan sebanyak 32 persen apartemen dibeli oleh pengguna pribadi. Sementara itu pada 2025, sebanyak 56 persen pembeli apartemen adalah investor dan 44 persen sisanya adalah pengguna pribadi.
"Jadi sekarang ini kalau kita lihat kecenderungannya sudah banyak pembeli yang memang butuh untuk ditempati," ujarnya dalam acara tersebut.
Dalam sesi tanya jawab, Ferry menjelaskan alasan turunnya investor yang membeli apartemen. Salah satunya karena apartemen sudah tidak 'seksi' lagi untuk dijadikan instrumen investasi.
"Karena yield yang diberikan itu memang tidak terlalu menarik dibandingkan investasi di sektor keuangan. Kalau kita lihat yield untuk government bond yang 10 tahun ataupun dari deposito, itu memang dia secara umum di bawah yield-nya," ungkapnya.
Ditambah lagi pasar sewa apartemen yang naik masih di kawasan central business district (CBD) dan Jakarta Selatan saja. Sementara itu untuk di wilayah lainnya yang bergantung pada pasar lokal masih belum baik.
"Pemilik atau yang memegang unit apartemen di beberapa daerah itu sewanya belum baik, tapi tetap ada biaya utilitas atau biaya operasional yang terus mereka bayarkan sehingga ini menjadi beban," paparnya.
Oleh karena itu, belakangan ini banyak yang membeli apartemen memang karena kebutuhan tempat tinggal alih-alih investasi. Adapun, apartemen yang banyak diminati adalah apartemen kelas middle-low karena masih ada daya belinya.
Ferry menambahkan pasokan apartemen akan bertambah 5.000 unit sampai tahun 2027 yang hampir 60 persennya ada di wilayah Jakarta Selatan. Tambahan pasokan apartemen ini memang tidak terlalu besar tapi memberikan satu kondisi yang lebih positif bagi pasar apartemen.
"(Jakarta Selatan) merupakan daerah favorit karena memang fokus dari ekspatriat atau tenaga kerja asing kebanyakan memang di daerah ini sehingga ini bisa membantu untuk memberikan opsi lebih banyak kepada tenaga kerja asing," kata Ferry.
Untuk harga jual apartemen masih hampir sama seperti tahun lalu, yaitu sekitar Rp 50 juta per meter persegi di wilayah CBD Jakarta, Rp 40 juta per meter persegi di Jakarta Selatan, dan lebih dari Rp 20 juta per meter persegi di area non-prime. Sementara itu untuk harga sewa di CBD Jakarta lebih dari Rp 450 ribu per meter persegi per bulan dan di wilayah Jakarta Selatan (termasuk area non-prime) sekitar Rp 400 ribu per meter persegi per bulan.
Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.
Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini
(abr/abr)