Pasar apartemen sepanjang 2024 di Jakarta dinilai tidak mengalami kenaikan signifikan. Menurut laporan Q4 2024 Colliers, permintaan apartemen di 2024 hanya setengah dari pencapaian di 2023.
Permintaan apartemen strata-title sepanjang 2024 sekitar 668 unit. Jumlah permintaan ini lebih kecil dari yang terjadi di 2023 yakni mencapai 1.375 unit.
Head Research Department Colliers, Ferry Salanto mengungkapkan penurunan jumlah peminat apartemen terjadi sejak pandemi Covid-19. Data mereka menunjukkan permintaan apartemen strata title pada 2019 atau sebelum pandemi sebanyak 4.682 unit, tetapi pada 2020 menurun drastic menjadi 1.927 unit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menyebut penyebab menurunnya jumlah permintaan apartemen ini masih perlu dicari tahu lebih dalam. Namun, dari data yang mereka kumpulkan sejak 2020, terlihat bahwa masyarakat lebih tertarik membeli apartemen yang kondisinya sudah siap huni. Sedangkan, kondisi pada 2020 kebanyakan apartemen di Jakarta statusnya masih dalam pembangunan.
Kemudian, mulai 2021 pemerintah memberikan insentif PPN atau biasa disebut dengan PPN DTP. Insentif ini layaknya angin segar bagi pasar apartemen. Ditambah pada 2021 jumlah apartemen yang siap huni jumlahnya meningkat.
Namun, Ferry mengatakan kehadiran PPN DTP ini tidak begitu mempengaruhi penjualan apartemen di 2025. Hal ini dikarenakan masyarakat masih menyukai hunian berbentuk rumah tapak. Selain itu, pembangunan apartemen jauh lebih lama dibandingkan rumah tapak sehingga masyarakat harus mencari unit siap huni agar bisa mendapatkan insentif.
"Penjualan unit yang ready stock (apartemen) ini tidak sebanyak di sektor perumahan. Ada beberapa proyek (apartemen) memang mencoba mengejar, terutama proyek-proyek baru. Tapi karena jangka waktunya (berlakunya PPN DTP) tidak terlalu panjang. Sementara kalau rumah itu bisa dikejar karena bisa per unit dan kurang dari 6 bulan. Apartemen kan agak sulit, butuh 2 atau 3 tahun sampai bisa jadi unit yang bisa mendapat PPN DTP," jelas Ferry dalam acara Colliers Virtual Media Briefing pada Rabu (8/1/2025).
Selain itu, apartemen sering dijadikan objek investasi, bukan untuk dihuni. Hal ini dikarenakan beberapa apartemen ada yang lokasinya dekat dengan transportasi massal sehingga lebih menguntungkan dari rumah tapak yang biasanya letaknya ke pinggiran.
"Kita bisa sampaikan, kecenderungan kalau beli hunian itu adalah rumah tapak. Pembelian apartemen ini kebanyakan motifnya untuk investasi. Bukan hanya produk kelas atas, tetapi kelas menengah. Kalau dekat stasiun LRT dan MRT, penjual menawarkan paket investasi sehingga barang ini menyasar kepada investor," ungkapnya.
Sementara itu, untuk harga apartemen strata title di Jakarta dilaporkan naik 0,1 persen QoQ menjadi Rp 35,7 juta per meter persegi. Kenaikan paling tinggi terjadi di Jakarta Selatan karena kawasan ini merupakan pusatnya. Colliers memprediksi hingga 2027 kenaikan harga apartemen sekitar 1-2 persen saja, tidak begitu signifikan.
(aqi/zlf)