Mengenal Kerajinan Anyaman Bidai Khas Kalbar dan Maknanya

Bayu Ardi Isnanto - detikKalimantan
Kamis, 28 Agu 2025 07:00 WIB
Bidai Kalimantan Barat. Foto: Rifkianto Nugroho
Pontianak -

Kalimantan Barat memiliki warisan budaya yang masih terawat hingga kini, yaitu bidai. Tikar anyaman ini bukan sekadar produk kerajinan, namun juga simbol filosofi, identitas, dan kearifan lokal masyarakat Dayak.

Dikutip dari situs Kemdikbud, bidai juga disebut bide' yang terbuat dari rotan kecil dan kulit kayu. Anyamannya menggunakan bahan alam hingga membuatnya kuat atau tahan lama, sekalipun sering terkena air dan panas matahari.

Mau tahu lebih lengkap mengenai kerajinan bidai? Simak penjelasan berikut ini, mulai dari fungsi dan perkembangannya, bahan-bahan, cara membuat, hingga makna filosofis dan simbolisnya.

Fungsi dan Perkembangan Tikar Bidai

Dirangkum dari penelitian berjudul Kerajinan Anyaman Tikar Bidai Di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Kalimantan Barat oleh Fransiska Ria dari UNY, bidai ini memiliki tiga fungsi:

1. Perlengkapan Rumah

Secara umum, bidai digunakan sebagai alas duduk, alas tidur, dan perlengkapan rumah tangga sehari-hari. Pada masa lalu, bidai juga banyak digunakan untuk menjemur hasil panen.

2. Keperluan Adat

Dalam konteks sosial dan adat, bidai juga berfungsi penting. Misalnya dalam upacara naik dango, musyawarah adat, maupun pertemuan lintas suku, bidai menjadi simbol pemersatu.

Tikar ini digelar sebagai tempat duduk bersama, menciptakan ruang yang setara bagi semua peserta, tanpa memandang status atau latar belakang.

Bidai juga digunakan dalam ritual penyambutan tamu, sebagai bentuk penghormatan dan penerimaan.

3. Karya Seni

Seiring waktu, fungsi bidai meluas hingga menjadi produk seni dekoratif sekaligus komoditas ekonomi. Banyak perajin yang memodifikasi ukuran dan motif bidai sesuai selera pasar modern.

Bidai bisa dijadikan hiasan dinding, bahan tas, hingga alas sajadah. Tak hanya dijual untuk wisatawan, bidai juga menjadi produk yang diekspor ke Malaysia dan Eropa.

Cara Membuat Tikar Bidai

Tahap pembuatan tikar bidai dimulai dari persiapan bahan hingga penguatan struktur. Berikut penjelasannya:

1. Menyiapkan Bahan dan Peralatan

Bahan dan peralatan yang dibutuhkan di antaranya sebagai berikut:

  • Rotan, bisa berjenis saga, lahoa, bulu mata, dan bulu padi.
  • Kulit kayu tarap (pantongan) yang diambil dari bagian dalam pohon tarap.
  • Beberapa peralatan seperti parang, pisau kecil, palu kayu, penjepit, meteran, dan kayu pengukur.

2. Pengolahan Rotan

Pengambilan rotan dilakukan dengan cara memotong sekitar 15 cm dari akar. Ini dilakukan agar tanaman tetap dapat tumbuh kembali, sebagai praktik yang berkelanjutan.

Rotan yang terkumpul lalu direndam selama satu minggu untuk melenturkannya. Proses ini dilanjutkan dengan pengikisan kulit luar, pembelahan menjadi bilah kecil selebar sekitar 0,5 cm, penjemuran, dan perautan agar permukaannya halus dan siap dianyam.

3. Pengolahan Kulit Kayu Tarap

Kulit kayu tarap, atau pantongan, diambil dari bagian dalam pohon tarap yang memiliki tekstur lentur dan kuat. Setelah dipisahkan dari lapisan luar, kulit kayu dipukul menggunakan palu kayu agar menjadi lebih fleksibel dan menyerupai lembaran kain kasar.

Selanjutnya, kulit tersebut dikeringkan, dilipat, dan dibelah menjadi helai-helai selebar sekitar 2 cm. Helai kulit kayu ini berfungsi sebagai dasar anyaman dan pengikat antar bilah rotan dalam struktur tikar bidai.

4. Proses Penganyaman

Kemudian barulah mulai proses menganyam secara manual dengan teknik satu langkah, di mana bilah rotan disusupkan di antara galah-galah (lusi) yang telah dijepit dan ditahan agar tidak bergeser.

Rotan dianyam dari arah kiri ke kanan, diselingi dengan helai kulit kayu untuk membentuk motif geometris yang khas. Proses ini membutuhkan ketelitian dan kesabaran tinggi.

Setiap helai harus diposisikan dengan presisi agar menghasilkan pola yang rapi dan simetris. Motif yang dihasilkan biasanya berupa garis lurus, kotak-kotak, atau pola horizontal, tergantung kreativitas pengrajin.

Bidai Khas Kalimantan. Foto: detikcom/Rifkianto Nugroho

5. Finishing dan Penguatan Struktur

Setelah dianyam, lanjut pada tahap finishing untuk memperkuat dan memperindah hasil akhir. Teknik 'nepo' digunakan untuk menambahkan helai kulit kayu di bagian depan dan belakang tikar.

Kemudian, proses 'ngalape' dilakukan dengan menganyam kulit kayu di antara bilah rotan agar struktur lebih kokoh dan tidak mudah lepas. Terakhir, tahap 'ngalalitn' mengikat seluruh anyaman menggunakan tali dari kulit kayu, memastikan kekuatan dan kerapian produk.

Tikar kemudian dibalik, bagian yang tidak terpakai dipotong, dan hasil akhir diperiksa sebelum digunakan atau dijual.




(bai/des)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork