- Mengenal Songket Sambas dan Sejarahnya
- Ciri dan Keunikan Songket Sambas 1. Penggunaan Benang Emas dan Perak 2. Motif Flora dan Geometris 3. Komposisi Motif 4. Teknik Anyaman 5. Pewarnaan Alami
- Cara Pembuatan Tenun Songket Sambas Bahan dan Alat Tahapan Produksi Teknik Anyaman
- Motif Khas dan Maknanya
- Fungsi Sosial, Budaya, Spiritual
- Sentra Produksi Tenun Songket Sambas
Tenun dan songket Sambas merupakan simbol identitas budaya masyarakat Kalimantan Barat, khususnya di Kabupaten Sambas. Bukan sekadar kain, tradisi ini memuat nilai historis, simbolis, dan filosofis yang telah diwariskan selama berabad-abad, sejak masa Kesultanan hingga era modern.
Simak artikel ini untuk mengetahui sejarah, keunikan, teknik pembuatan, motif, fungsi sosial-budaya, hingga sentra produksi tenun dan songket Sambas.
Mengenal Songket Sambas dan Sejarahnya
Dilansir dari situs Kemdikbud, songket sambas dikenal dengan nama lokal kain lunggi atau kain bannang ammas yang berarti kain benang emas. Dinamakan demikian karena teknik penaburan benang emas sebagai elemen utama dalam motifnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam situs Kemdikdasmen, puncak popularitas menenun terjadi pada masa Sultan Muhammad Tajudin (Sultan Sambas ke-2, 1668-1708). Pada masa itu, Kesultanan Brunei memberikan hadiah seperangkat alat tenun, mendorong berkembangnya seni menenun di lingkungan istana dan masyarakat sekitar.
Di masa Hindia-Belanda, kegairahan menenun sangat tinggi hingga hampir setiap rumah di kota Sambas memiliki alat tenun sendiri. Produk kain digunakan sebagai pelengkap dalam ritual adat, simbol status sosial, bahkan sebagai komoditas perdagangan antar-kerajaan di Sumatera, India, dan Tiongkok.
Perkembangan songket Sambas sangat dipengaruhi oleh pola migrasi, perdagangan, dan akulturasi antara etnis Melayu, Tionghoa, India, serta kerajaan lain di Nusantara. Namun songket Sambas tetap mempertahankan karakter utamanya berupa motif flora lokal dan penggunaan benang emas.
Reputasi songket Sambas sudah diakui di kancah global. Berdasarkan Portal Informasi Indonesia, tenun songket Sambas ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia pada 2010.
Ciri dan Keunikan Songket Sambas
Berikut sejumlah keunikan tenun dan songket Sambas yang dirangkum dari situs Kemdikbud, Perpustakaan Digital Budaya Indonesia, dan buku Pengantar Tenun Songket Sambas oleh Suhendra, dkk:
1. Penggunaan Benang Emas dan Perak
Songket Sambas menonjol melalui penggunaan benang emas (bannang ammas) atau perak sebagai penanda motif. Material ini memberi kilau mewah sekaligus mempertegas kontur motif, sehingga identitas visualnya langsung terbaca.
2. Motif Flora dan Geometris
Motif songket Sambas didominasi dengan bentuk flora, yaitu bunga dan tumbuhan, yang diolah kreatif tanpa kehilangan keterbacaan bentuk. Selain itu, ragam geometri seperti kotak, segitiga, dan poligon tampil menonjol sebagai aksen tambahan.
3. Komposisi Motif
Berbeda dari songket Palembang yang cenderung penuh dan padat, komposisi Songket Sambas lebih berimbang. Misalnya motif pucuk rebung diletakkan di kepala dan kaki kain, sementara bidang tengah memberi ruang bagi motif lain.
4. Teknik Anyaman
Kemewahan songket Sambas lainnya adalah pada teknik anyaman yang rumit, seperti 'tepuk motif' khas Melayu Sambas menyatukan proses menenun dasar dan menyongket motif hampir seluruhnya secara manual serta butuh ketelitian tinggi.
5. Pewarnaan Alami
Pewarna tradisional yang digunakan berasal dari akar, kulit kayu, daun, dan batang tanaman, menghasilkan palet cerah seperti merah manggis, oranye, merah muda, hijau, dan hitam.
Cara Pembuatan Tenun Songket Sambas
Untuk mengetahui cara pembuatan tenun songket Sambas, simak bahan dan peralatan, tahapan produksi, dan teknik anyamannya.
Bahan dan Alat
Bahan dan peralatan untuk membuat songket Sambas adalah sebagai berikut:
- Benang emas dan perak. Ini merupakan bahan utama yang digunakan untuk menandai motif dekoratif dalam Songket Sambas dengan kilau khas yang memperkuat kesan mewah dan elegan pada kain.
- Benang dasar. Benang dasar juga tetap digunakan, yakni benang lusi dan pakan. Jenis benang yang umum digunakan adalah stapler rayon atau border rayon lokal.
- Tarauan, yaitu roda pemutar yang digunakan untuk menggulung benang dari tukalan atau gelondongan.
- Peleting, yaitu bambu kecil dan panjang yang digunakan sebagai tempat gulungan benang pakan, berfungsi membantu menjaga kestabilan benang saat ditenun.
- Ani'an, yaitu alat penyusun benang yang terletak di dalam kolong atau gubangan alat tenun, berfungsi untuk menyusun benang secara sistematis agar siap digunakan dalam proses penenunan.
- Tandaian, yaitu papan penyimpan benang yang sudah disusun dan siap ditatar. Fungsinya untuk menjaga susunan benang agar tetap rapi dan tidak kusut sebelum masuk ke tahap tenun.
- Luwing, yaitu roda pemutar kecil yang memiliki fungsi mirip dengan tarauan, namun ukurannya lebih kecil, untuk menggulung benang dalam jumlah lebih sedikit atau untuk keperluan detail.
- Kolong, yaitu tempat penyimpanan gulungan benang emas yang sudah diproses dan siap digunakan dalam penenunan motif.
- Gedongan, yaitu alat tenun utama yang terbuat dari kayu dan terdiri dari beberapa bagian. Alat ini menjadi pusat dari seluruh proses penenunan, dan biasanya diwariskan secara turun-temurun sebagai bagian dari warisan keluarga perajin.
- Longsen, yaitu tempat penyimpanan susunan benang yang sudah diurutkan. Alat ini membantu menjaga urutan benang agar tidak berubah selama proses tenun berlangsung.
- Balok pase, yaitu alat untuk menyimpan atau meletakkan benang sisa yang akan dihubungkan dengan benang baru.
Tahapan Produksi
Secara umum, proses pembuatan kain tenun songket Sambas adalah sebagai berikut:
- Menyiapkan benang. Pilih benang sesuai kebutuhan, digulung menggunakan tarauan atau luwing lalu dikumpulkan dalam peleting/kolong.
- Menarrau, yaitu menggulung benang ke dalam bilah-bilah peleting atau kolong untuk siap anyaman
- Mengani, yaitu menyusun benang-benang ke dalam longsen, lalu digulung kembali dalam tandaian, menyesuaikan lebar kain yang dikehendaki
- Menyatukan benang. Benang pada tandaian disambung dengan benang sisa di balok pase agar menjadi satu rangkaian
- Mulai proses menenun. Proses ini menggunakan alat gedongan, memasukkan benang pakan melintang pada benang lungsin/susun, pola anyaman sesuai desain motif yang telah disusun.
- Menyongket (membuat motif), yakni dengan memasukkan benang emas atau perak ke pola motif yang sudah dirancang pada sketsa, teknik ini membutuhkan ketelitian dan kecepatan
- Finishing. Kain yang sudah selesai dirapikan, dicek kualitas motif dan kerapian.
Sehelai kain songket Sambas sepanjang dua meter biasanya membutuhkan waktu minimal satu bulan pengerjaan intensif. Tingkat kerumitan motif juga kerap menyebabkan proses produksi lebih lama. Ini membuat perajin hanya menghasilkan dua-tiga lembar kain dalam sebulan.
Teknik Anyaman
Dalam menjalankan proses tenun, penenun songket Sambas biasanya menerapkan tiga teknik anyaman utama:
- Anyaman Polos: Paling sederhana, memperlihatkan struktur benang menyilang biasa.
- Anyaman Satin: Menghasilkan permukaan kain yang lebih licin, motif biasanya lebih mencolok di bagian permukaan.
- Anyaman Keper: Pola melintang diagonal, menciptakan dimensi visual pada permukaan kain.
Motif Khas dan Maknanya
Songket Sambas memiliki motif utama pucuk rebung yang ditempatkan pada bagian kepala dan kaki kain. Sedangkan di bagian tengah biasanya diisi motif flora seperti kangkung sungai atau motif minor lainnya.
Motif pucuk rebung berbentuk segitiga lancip mewakili tunas bambu muda. Ini melambangkan harapan, pertumbuhan, dan kerendahan hati.
Selain itu ada motif tabur melati dan bunga tanjung yang melambangkan kemurnian, harapan, dan cinta kasih. Kemudian motif parang manang yang menandai sejarah perang, semangat juang, serta keyakinan pada nilai keadilan dan keberanian.
Berikut beberapa motif songket Sambas lainnya:
- Motif tabur bintang (bintang-bintang kecil tersebar)
- Motif bunga tanjung (bunga bertangkai menyebar)
- Motif bunga melur/melati (bunga kecil tabur melati setangkai)
- Motif parang manang (parang/senjata tradisional)
- Motif biji periak (bentuk geometris mirip biji kecil)
Fungsi Sosial, Budaya, Spiritual
- Pelengkap upacara adat. Digunakan dalam perkawinan, khitanan, musyawarah adat, dan acara kerajaan sebagai simbol kehormatan dan tradisi. Digunakan dalam sembayang, tepung tawar, dan saprahan sebagai pembatas, hiasan, selendang, atau dekorasi.
- Simbol status sosial dan identitas keluarga. Menjadi bagian dari mahar, busana pengantin, serta penanda kedudukan sosial dalam struktur masyarakat Sambas.
- Penghargaan terhadap perempuan penenun. Keahlian menenun meningkatkan derajat sosial perempuan; mahar untuk perempuan penenun biasanya lebih tinggi.
- Sarana spiritualitas. Motif flora/fauna diyakini membawa doa, harapan, dan perlindungan spiritual bagi pemiliknya.
- Keterikatan dengan leluhur dan alam. Melambangkan harmoni antara manusia, alam, dan agama dalam konteks adat Melayu Sambas.
Sentra Produksi Tenun Songket Sambas
Sentra produksi utama tenun songket Sambas berada di Dusun Sulur Medan, Desa Sumber Harapan, Kecamatan Sambas, Kabupaten Sambas, Kalbar. Hampir setiap rumah tangga di dusun ini memiliki alat tenun dan aktif dalam kegiatan produksi.
Selain Dusun Sulur Medan, sentra kerajinan tenun juga tersebar di titik lain, seperti Dusun Semberang, Jagur, Tanjung Mekar, serta Desa Jirak dan Tenggul,
Nah, itulah tadi informasi tentang tenun songket Sambas yang bukan sekadar lembaran kain hias. Kain ini menjadi identitas dan warisan budaya Kalimantan Barat yang masih lestari.
(bai/des)