Kalimantan Tengah memiliki beberapa pakaian tradisional atau baju adat yang mencerminkan identitas, spiritualitas, dan kreativitas masyarakatnya. Di antaranya berasal dari suku Dayak Ngaju, Mandar, hingga Melayu.
Baju adat bukan sekadar pelindung tubuh, tetapi juga sebagai simbol kekuatan, perlindungan dari roh jahat, dan status sosial dalam berbagai ritual adat. Kenali berbagai macam baju adat Kalimantan Tengah dalam artikel ini.
Macam Baju Adat Kalteng
Dikutip dari buku Ensiklopedi Seni Dan Budaya 3: Pakaian Nusantara oleh R Toto Sugiarto, berikut 6 baju adat yang berasal dari beberapa suku bangsa di Kalteng.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Baju Sangkarut
Baju Sangkarut merupakan pakaian adat khas suku Dayak Ngaju yang telah diresmikan sebagai busana tradisional Kalimantan Tengah. Bentuknya berupa rompi dan biasa dikenakan dalam konteks peperangan maupun upacara adat pernikahan.
Nama 'sangka' berarti pembatas, mencerminkan filosofi bahwa pakaian ini berfungsi sebagai pelindung dari gangguan roh halus yang bisa mengganggu tubuh pemakainya.
Baju ini dibuat dari kulit nyamu atau kulit lemba, yaitu kulit dari tumbuhan pinang puyuh yang banyak tumbuh di ekosistem hutan hujan tropis Kalimantan. Kulit nyamu memiliki struktur keras dan serat yang melimpah, sehingga dapat dirajut menjadi bentuk rompi. Namun bisa juga menggunakan bahan daun nenas dan serat tengang.
Rompi Sangkarut biasanya dihiasi dengan lukisan dari cat alami serta berbagai pernik seperti kulit trenggiling, kancing, manik-manik, uang logam, dan benda-benda lain yang diyakini memiliki kekuatan magis atau berfungsi sebagai azimat.
Pakaian ini dikenakan bersama cawat sebagai bawahan dan dilengkapi dengan perlengkapan perang tradisional seperti tombak, mandau, dan perisai. Kalung dari tulang hewan atau logam juga menjadi bagian dari kelengkapan busana ini.
Keberadaan rompi Sangkarut kini semakin langka. Masyarakat Dayak Ngaju yang telah mengenal tekstil modern mulai beralih ke jenis pakaian yang lebih nyaman.
2. Baju Upak Nyamu
Baju Upak Nyamu merupakan pakaian yang dibuat dari bahan kulit kayu nyamu, sama seperti bahan rompi Sangkarut. Pemakainya juga mengenakan ewah atau cawat untuk menutupi bagian kemaluannya.
Yang membedakan, baju ini tidak dihiasi dengan lukisan atau tempelan dekoratif. Bentuknya berupa rompi polos tanpa lengan, lebih sederhana dan tidak memiliki fungsi spiritual seperti Sangkarut.
3. Baju Pawang
Baju ini secara khusus dikenakan oleh pawang atau dukun dalam kepercayaan Kaharingan saat memanjatkan doa. Dalam tradisi Dayak, pawang dipercaya mampu mendatangkan hujan, mengusir roh jahat, dan menyembuhkan penyakit.
Baju Pawang dibuat dari serat kayu dan dihiasi dengan umbai-umbaian serta manik-manik sebagai simbol kekuatan spiritual dan status pemakainya dalam masyarakat.
4. Baju Tenunan
Masuknya pengaruh budaya dari suku Mandar dan Melayu membuat masyarakat Dayak di Kalimantan Tengah mulai mengenal seni menenun. Mereka belajar membuat kain dari serat alami seperti serat nenas, nyamu, dan tumbuhan lainnya.
Kain tenunan ini dihiasi dengan motif khas seperti segitiga, flora, fauna, dan elemen alam lainnya. Sayangnya, baju tenunan ini kini telah punah dan digantikan tenun yang lebih modern.
5. Baju dari Anyaman Tikar
Jenis pakaian ini dibuat dari anyaman tikar dan tidak memiliki nama yang diketahui secara pasti. Baju ini dihiasi dengan ukiran kayu, tulang, atau kerang, dan diyakini sebagai pakaian khusus untuk berperang.
Keunikan bahan dan hiasannya menunjukkan kreativitas masyarakat Dayak dalam memanfaatkan sumber daya alam untuk keperluan ritual dan pertahanan diri.
Baca juga: Mengenal 5 Pakaian Adat Dayak serta Maknanya |
6. Baju Berantai
Suku Dayak Ngaju juga mengenal baju zirah yang dibuat dari untaian besi, mirip dengan baju berantai. Kemungkinan besar, baju ini muncul karena pengaruh budaya luar, terutama dari suku Moro di Filipina.
Menurut Indonesia Travel, desain baju ini melambangkan kekuatan, kebersamaan, dan keterikatan antar anggota masyarakat. Baju Berantai biasanya dikenakan dalam acara adat atau ritual tertentu.
Rantai pada busana ini juga menjadi simbol hubungan antara dunia fisik dan spiritual, serta mencerminkan solidaritas dan kekompakan dalam komunitas Dayak.
Demikian tadi 6 macam baju adat dari Kalimantan Tengah. Ragam pakaian adat Kalteng ini mencerminkan kekayaan budaya Nusantara yang harus dilestarikan agar warisan budaya leluhur tetap hidup di masa depan.
(bai/aau)
