Susilo menceritakan perjalanannya memulai karier sepakbola berawal dari hobi. Bakatnya pun semakin terasah saat membela PSIM Jogja sampai memutuskan gantung sepatu di klub berjuluk Laskar Mataram itu.
Awal Mula Terjun ke Bola
Awal karier sepakbola Susilo dimulai dari kondisi perekonomian keluarganya yang tak mampu untuk membiayai dia ke perguruan tinggi selepas lulus SMA.
"Dulu saya sekolah hanya sampai tamat SMA, kemudian mau lanjut ke jenjang yang lebih tinggi tidak bisa karena keluarga tidak mampu. Ibu dulu pembantu rumah tangga, ayah saya tukang motong kolonjono (rumput) terus dijual," ujar Susilo saat berbincang dengan detikJogja di kawasan Babarsari, Sleman, Rabu (24/7/2024).
"Susah kalau membiayai sekolah sampai ke perguruan tinggi. Akhirnya saya memutuskan buat terjun ke sepakbola," sambung dia.
Susilo mengaku suka bermain bola sejak kecil. Dia akhirnya memutuskan gabung beberapa klub saat SMA.
"Kenapa sepakbola? Karena ya saya memang suka main bola karena banyak teman-teman yang main bola di sini. Terus di umur 15, pelatih saya di klub, Pak Kuntandi bilang saya punya bakat main bola. Jadi saya seriusin sampai situ," ungkapnya.
Di sisi lain, Susilo mengaku tekun bermain sepakbola demi dilirik perusahaan. Sebab, kala itu, sepakbola menjadi ajang eksistensi perusahaan.
"Karena sepakbola dulu sebagai ajang eksis instansi. Jadi beberapa instansi itu ada tim sepakbolanya. Jadi harapannya dulu bisa cari kerja di sana," sambungnya.
Direkrut PSIM
Saat masih SMA, pria kelahiran 1964 itu aktif bergabung di beberapa klub. Hingga akhirnya bakatnya dilirik tim talent scouting PSIM.
"Awal main tahun 1978, saya masuk tim Soeratin PSIM Jogja. Dulu saya masuk tim junior PSIM karena ada talent scouting pas saya kelas 1 SMA. Dulu ada kompetisi antarklub, saya gabung klub HW (Hizbul Wathan), terus saya dipanggil pelatih buat join PSIM junior," ungkapnya.
Hingga akhirnya Susilo berhasil masuk skuad senior PSIM. Dia mengungkapkan, kala itu dia bisa promosi ke tim senior, karena faktor hoki.
"Akhirnya saya bisa masuk ke level senior. Jujur saja saat itu saya bukan pemain yang baik, jadi kebetulan saja saat itu saya hoki," kata eks stoper PSIM itu.
"Waktu itu PSIM ditinggal pemain semua pindah ke klub Galatama (Liga Profesional). Terus ada kompetisi Perserikatan (liga per daerah), otomatis PSIM harus mempersiapkan untuk ikut kompetisi. Saya dan teman-teman dari junior langsung diambil ke tim senior. Bukan karena ada seleksi tapi karena vakumnya tim PSIM saat itu," ungkapnya.
Gantung Sepatu dari PSIM Tahun 1993
Selama kurang lebih 15 tahun di PSIM, Susilo mengungkapkan alasannya mundur dari PSIM pada 1993.
"Akhirnya kami kembali lagi sampai tahun 1993, saya mundur. Bukan pensiun sih zaman itu, tapi mundur aja karena dari segi stamina sudah kurang, karena umur saya 31 waktu itu, lalu memberi kesempatan pemain muda," ungkapnya.
Aktivitas Terkini
Usai pensiun, Susilo aktif membina bibit-bibit muda sepakbola Jogja. Dia menjadi pelatih di Sekolah Sepakbola (SSB) Gama dari 1993 hingga sekarang.
"Kemudian saya terjun membina pemain sepakbola usia muda, membina SSB Gama. Ini berawal dari masa lalu saya yang kurang beruntung dulu. Dari situ saya komitmen mau bantu membina anak-anak Jogja," jelasnya.
Terbukti beberapa pemain didikan Susilo moncer di kancah sepakbola nasional. Salah satunya ada bek Timnas Indonesia U-19, Alexandro Kamuru.
"Ada anak didik saya di SSB Gama dulu ada Alexandro kemarin main di Piala AFF U-19 lawan Timor Leste. Terus ada Sunni (Hizbullah) sekarang di PSIM, sama Bagas Adi sekarang diambil Bali United, dan masih banyak lagi," pungkas pria yang saat ini bekerja sebagai tenaga administrasi di Universitas Atmajaya Jogja itu.
(ams/rih)
Komentar Terbanyak
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya
Ternyata Ini Sumber Suara Tak Senonoh yang Viral Keluar dari Speaker di GBK
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa