Sambal jenggot khas Kabupaten Gunungkidul memiliki cita rasa unik. Bagaimana rasa dan penampakannya? Simak ulasannya berikut.
detikJogja berkesempatan menyantap sambal jenggot di kantor Dinas Kebudayaan (Disbud) Gunungkidul di Jalan Melati, Kapanewon Wonosari, pada Jumat (31/5/2024) siang. Sambal tersebut disajikan di sebuah piring plastik. Kuliner tersebut tidak disajikan menggunakan dedaunan seperti daun jati.
Sajian pelengkap itu berwarna oranye yang berasal dari warna cabai rawit. Sambal tersebut disajikan terpisah dari sepiring nasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tampak parutan kelapa yang halus mendominasi komposisi sambal. Sejumlah potongan cabai rawit terlihat mencolok di antara parutan kelapa tersebut.
Terlihat pula butiran biji cabai rawit terselip di gumpalan parutan kelapa tersebut. Sambalnya basah cenderung berair.
Menguar aroma kencur dari sepiring sambal jenggot itu. Saat menghirup sambal tersebut ada aroma sengit cabai rawit yang dikukus. Namun, tak ada sedikit pun bau parutan kelapa.
Saat mendarat di mulut, aroma kencur semakin kuat dengan kombinasi sengitnya cabai rawit, segar terasa meski tak sesegar sambal matah. Teksturnya lembut dan lembek.
Sambal jenggot cocok untuk sekadar menjadi camilan atau dijadikan pelengkap lauk. Sambal dengan tekstur lunak tersebut juga nikmat disantap dengan sepiring nasi tanpa lauk.
Bagi detikers pencinta pedas, sambal jenggot bakal menyuguhkan pengalaman berbeda saat disantap. Pedasnya kuat tetapi tidak membuat detikers bercucuran keringat jika hanya menikmati sesuap dua suap sambal khas Bumi Handayani itu.
Pedasnya sambal jenggot berbeda dengan sambal lainnya sebab diiringi dengan tekstur kukusan kelapa parut mirip botok. Selain itu, kuatnya aroma kencur melengkapi sensasi gurihnya sambal jenggot itu.
Rasa kencur di sambal tersebut tidak sekuat rasa parutan kelapa dan kuatnya sensasi pedas cabai rawit. Rasa rempah tersebut muncul hanya pada cecapan pertama.
Selanjutnya detikJogja menyantap sambal tersebut dengan sepiring nasi, siraman kuah bobor, lengkap dengan lauk tempe bacem dan ikan serinding goreng.
Kuah bobor yang dibuat dari santan kelapa dengan menu daun kelor dan labu siam nikmat disantap bersama sambal jenggot. Perpaduan lemak santan yang tidak begitu kuat berkombinasi dengan tekstur sambal jenggot terasa lezat dinikmati.
Menurut seorang yang memasak sambal jenggot tersebut yang juga menjabat sebagai Kepala Bidang Sejarah, Bahasa, Sastra dan Permuseuman Disbud Gunungkidul, Etni Priskila Saweho, sambal tersebut biasa disajikan dengan sayur bobor.
"Rangkaian menunya sambal jenggot itu biasanya dengan sayur bobor," jelas Etni kepada detikJogja ditemui di kantor Disbud Gunungkidul.
Terpisah, Kepala Disbud Gunungkidul, Agus Mantara mengungkap mengapa nama sambal tersebut jenggot. Dia mengatakan sambal tersebut disebut jenggot karena tampilannya yang mirip dengan jenggot seorang pria.
"(Dinamakan sambal jenggot) Karena tampilan fisik sambal jenggot seperti jenggotnya para pria," jelas Agus kepada detikJogja melalui pesan singkat, Jumat (31/5).
![]() |
Agus mengatakan sambal tersebut masih dijumpai di warung-warung angkringan di Gunungkidul. Harganya berkisar antara Rp 5-10 ribu per sajian.
"Masih banyak ditemui di warung-warung angkringan dengan harga Rp 5-10 ribu per bungkus," ungkapnya.
Selanjutnya, seorang penikmat sambal jenggot, Andreas Yuda Pramono (26), mengungkapkan sambal jenggot dirasa cocok di lidahnya. Dia merasakan bumbu yang diolah menyatu.
"Enak sih dan bumbunya meresap di sana semua," ungkap Yuda ditemui detikJogja di Wonosari, Jumat (31/5).
Yuda mengatakan hal yang membedakan sambal jenggot dengan lainnya yakni pada parutan kelapanya. Saat dirinya menikmati sambal tersebut, terasa tekstur dan rasanya yang lezat.
"Yang beda itu ada parutan kelapanya. Ketika dicecap tekstur dan rasanya enak. Cocok untuk pendamping nasi," katanya.
(apu/rih)
Komentar Terbanyak
Amerika Minta Indonesia Tak Balas Tarif Trump, Ini Ancamannya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa
Catut Nama Bupati Gunungkidul untuk Tipu-tipu, Intel Gadungan Jadi Tersangka