Warung Kemis Legi yang terletak di Padukuhan Purwosari, Kalurahan Baleharjo, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul memang baru saja berdiri. Namun siapa sangka warung milik Yusuf Adhitya Putratama sudah dikunjungi oleh banyak pelanggan, bahkan dari mancanegara?
Pantauan detikJogja di lokasi pada Jumat (24/5/2024) malam, luas warung tersebut bersembunyi di belakang rumah milik Adhit. Lebarnya kurang lebih 2 ribu meter persegi.
Tempatnya asri dan tampak beberapa pohon menjulang tinggi. Di area belakang setidaknya terdapat empat meja dan beberapa kursi dengan gedek sebagai temboknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di samping kanan dari pintu masuk tampak sebuah lapangan basket seluas kira-kira 10 x 5 meter persegi. Di bagian depan terlihat tiga meja.
Kasir sekaligus tempat menyajikan menu terdapat di samping kiri depan. Di meja kasir terdapat dua papan menu yang ditulis menggunakan spidol hitam di sebuah kayu. Sebuah templok menerangi barisan menu tersebut
Parkiran di warung tersebut tergolong lapang, luasnya sepertiga dari total luas area warung. Ada setidaknya tiga mobil dan sejumlah sepeda motor yang terdapat di area parkir.
Suasana di warung tersebut terasa sunyi meski ada beberapa pelanggan. Tawa renyah datang dari area belakang warung, terdengar sejumlah pelanggan sedang asik mengobrol.
Beberapa anak terlihat asyik bermain bola basket. Tampak keseruan mereka bermain saat salah seorangnya berhasil memasukkan bola ke ring basket.
Di sela menunggu datangnya sepiring nasi pecel, detikJogja mencoba menikmati secangkir kopi. Walau tanpa gula, pahit kopi tak terasa mengganggu lidah. Ia tidak begitu pekat tetapi masih terasa nikmat memenuhi rongga mulut.
Selang beberapa menit, sepiring nasi pecel pun datang. Tampak nasi tersebut disajikan menggunakan sebuah piring dari anyaman bambu berbentuk segitiga.
Di atasnya terdapat selembar daun jati yang menambah kesan tradisional. Tampak kepulan asap tipis dari nasi tersebut.
Bumbu pecel kental yang tercampur dengan sayur bayam itu berada di pinggir setumpuk nasi. Tampak pula sajian bakmi kuning melengkapi nasi pecel tersebut.
Tak luput sebuah rempeyek yang berukuran panjang memenuhi sisi piring melengkapi lauk telur dadar pada malam itu.
Pada suapan pertama, rasa bumbu pecel memenuhi rongga mulut. Aksen bumbu pecel ala Jawa Timur, sedikit asin dengan sekilas pedas di ujung lidah.
Ada rasa yang hilang dari bumbu pecel ala Jawa Timur tersebut, rasa asam jawa. Namun begitu, aroma tipis daun jeruk menguar ketika dicecap.
Bumbu tersebut digiling halus sehingga sedikit menyisakan butiran kacang tanah. Kacang sebagai bahan dasar pecel itu digoreng sempurna sehingga tak menyisakan rasa gosong.
Tak lengkap rasanya jika hanya mencicipi bumbu pecel saja tanpa sesuap nasi. Gurihnya bumbu pecel tersebut terasa pas di lidah jika dinikmati dengan sesendok nasi. Pedasnya pun seketika menghilang.
Kres, dadar telur yang digoreng dengan pas hingga garing tersebut terasa gurih tetapi tidak asin. Begitu pula dengan rempeyeknya. Menu pelengkap itu terasa renyah, lengkap dengan butiran kacang gorengnya.
Seporsi nasi pecel dengan lauk telur dadar tersebut dibanderol harga Rp 10 ribu. Secangkir kopinya dijual seharga Rp 4 ribu.
![]() |
Sepiring Nasi Pecel dan Iktikad Adhit Mengenalkan Kuliner Nusantara
Bukan tanpa alasan Adhit membuka warung dengan sajian utama nasi pecel tersebut. Ia ingin generasi muda mengenal sajian Nusantara tersebut.
"Kenapa pecel? Karena ingin mengenalkan kuliner tradisional ke generasi Gen Z agar bangga dengan kuliner leluhur kita. Karena kalau sudah dari kecil mengenal kuliner tradisional bisa memperkuat jatidiri sebagai warga negara Indonesia," jelas Adhit ditemui detikJogja di warungnya, Jumat (24/5/2024).
Adhit sengaja tidak menyediakan fasilitas berupa jaringan WiFi dan colokan listrik. Sebab, ia ingin pelanggannya benar-benar bercengkrama sembari menikmati sajian.
"Kenapa tidak ada WiFi atau colokan listik? Ya, biar pelanggan itu bisa wedangan, ngobrol gitu," katanya.
"Anak muda sekarang kan kalau kumpul sibuk dengan HP sendiri. Nah di sini mereka bisa menikmati esensi wedangan dengan ngobrol, saling bertukar pendapat, ditambah suasana yang enak," lanjutnya.
Alasan lainnya memilih menu utama nasi pecel karena mendiang neneknya merupakan penjual nasi pecel di Gunungkidul. Neneknya menjual nasi pecel pada tahun 1990 awal hingga wafat sekitar tahun 1999.
Adhit mengatakan neneknya berasal dari Blitar. Jadi tak ayal jika dirinya turut menjual nasi pecel ala Jawa Timur itu.
"Ingin melanjutkan usaha yang dirintis mbah. Di tahun 90 itu jualan pecel. Saat wafat tidak dilanjut oleh ibu," ungkap pria vlogger kuliner itu.
Warung Kemis Legi itu dibuka pada Desember 2023 lalu. Waktu operasionalnya berlangsung pada pukul 17.00-23.00.
"Kalau hari tutupnya tidak tentu," kata Adhit.
Selain nasi pecel, Adhit juga menerima pesanan sego Rasulan, nasi yang disajikan saat acara adat Rasulan atau bersih desa di Gunungkidul.
Terdapat dua jenis sego Rasulan di warung Kemis Legi, yakni sayur lombok dan ayam goreng bacem. Namun, menu tersebut bisa detikers coba jika memesan dua hari sebelumnya.
"Kalau di sini sebenarnya ada dua menu pecel sama sego Rasulan. Kalau mau pesan sego Rasulan harus pesan dua hari sebelumnya karena masih dikelola saya dan istri," kata pria kelahiran tahun 1991 itu.
"Sego Rasul sendiri itu otentiknya Gunungkidul. Di sini jual sego Rasul sayur lombok hijau dan ayam goreng bacem," lanjutnya.
Selanjutnya nama Kemis Legi, kata Adhit, diambil dari waktu kelahiran kedua anaknya. Anak pertamanya lahir pada weton Legi dan anak keduanya lahir pada Kamis.
"Kebetulan anak itu lahirnya weton legi dan yang kedua lahirnya Kamis. Jadilah perpaduan nama Kemis Legi," ungkapnya.
Pelanggannya datang dari luar kota, bahkan bule-bule berkunjung. Simak kisahnya di halaman berikut:
Pelanggan Rela Datang dari Luar Kota, Bahkan Mancanegara
Meski baru berjalan sekitar lima bulan, pelanggan Kemis Legi itu datang dari bermacam daerah luar Gunungkidul. Bahkan ada beberapa pelanggannya yang datang dari luar negeri atau mancanegara.
"Dari Inggris, Malaysia, Singapura juga ada," sebutnya.
Bule-bule tersebut datang ke Gunungkidul hanya untuk mampir ke Kemis Legi. Adhit mengatakan kedatangan mereka berlangsung pada sekitar Februari 2024.
"Kebetulan bulenya yang dari Inggris itu vegetarian. Itu ada dua orang dan laki-laki semua. Jadi mereka makan nasi sama pecel saja," katanya.
"Mereka bilang nasi pecel itu Javanese Salad. Mereka katanya ke Gunungkidul cuma mau mampir ke sini," lanjutnya sembari terkekeh.
Adhit mengatakan bule tersebut mengetahui Kemis Legi melalui akun Instagram @kemislegi. Tak lupa kunjungan orang-orang dari mancanegara itu diabadikan oleh Adhit.
"Di Instagram itu ada testimoninya dan itu penting untuk meningkatkan trust konsumen," katanya.
Adhit tak menampik geliat pasar di Gunungkidul tidak seramai di Jogja. Sebabnya, ia memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan Kemis Legi.
"Kalau pasar di Gunungkidul itu pasarnya tidak seluas kota Jogja apalagi saya bukanya sore sampai malam. Sekali pun siang itu wisatawannya banyak," tuturnya.
"Luar biasa sosial media untuk mengenalkan produk dan karya kita. Dengan sosial media itu banyak orang yang mengetahui produk kita," imbuhnya.
Tidak hanya bule, pelanggannya dari luar Gunungkidul pun datang silih berganti. Dari Jawa Timur hingga Jabodetabek. Mayoritas kedatangan pelanggannya itu, kata Adhit, tersebab tahu dari media sosial warungnya.
"Hal itu terbukti ketika orang jauh-jauh dari Sidoarjo dan Wonosobo itu murni untuk makan ke sini. Melihat di sosial media itu mereka tertarik dengan suasana dan masakannya," katanya.
Dengan media sosial itu juga, Adhit lebih mudah menjangkau generasi muda. Sebab Adhit membidik pelanggan-pelanggan muda, terutama generasi Z.
"Hampir semua pelanggan saya itu anak muda. Mereka tahu Kemis Legi ini ya dari Instagram," ucapnya.
Tak hanya itu, vlogger kuliner seperti Dyodoran dan King Abdi MasterChef Indonesia pernah datang ke warung milik Adhit itu. "Mas Dyodoran sama King Abdi MasterChef juga pernah ke sini," ungkapnya.
![]() |
Apa Kata Pelanggan?
Seorang pelanggan Kemis Legi, Heri (45) asal Kalasan, Sleman, mengaku tahu warung tersebut dari akun Instagram @kemislegi. Dia datang bersama anak dan istrinya.
"Dapat info dari Instagram sekitar tahun lalu. Sengaja meluangkan waktu sekarang untuk ke sini," jelas Heri.
Dia dan keluarganya memesan nasi pecel dan beberapa gelas teh. Heri mengunkapkan warung tersebut cocok untuk nongkrong.
"Pesan pecel plus telur dadar sama teh Poci. Vibesnya enak buat nongkrong, apalagi anak-anak bisa main basket," ungkapnya.
Heri tidak menyangka Adhit berani membuka warung di tempat yang jauh dari keramaian. Menurutnya, makanan dan minuman yang dibelinya cocok di lidah.
"Nggak nyangka berani buka warung di sini. Apalagi makanan sama minumannya enak," ungkap wirausahawan tersebut.
Senada dengan Heri, seorang pelanggan lainnya asal Playen, Gunungkidul, Galih Wahyu Lintang (29), mengaku tahu adanya Kemis Legi dari Instagram. Galih menilai nasi pecel suguhan warung tersebut lebih lezat daripada nasi pecel pada umumnya.
"Olahan makanannya sangat enak. Kalau di sini nasi pecelnya terlalu enak. Kalau yang lain itu kurang khas. Bumbunya itu 10 per 10," kata Galih.
Malam itu kali keempatnya Galih berkunjung ke Kemis Legi. Ia merasa nyaman dengan suasana di warung tersebut.
"Suasananya sangat khas dan sambil cerita-cerita. Tidak terlalu bising di suasana kota. Aku ke sini sudah 4 kali ini. Ke sini pertama kali sama istri dan sampai sekarang ketagihan," ungkapnya.
Simak Video "Video Nikmatnya Telur Dadar Crispy di Resto Jogja Pinggir Sungai"
[Gambas:Video 20detik]
(apu/apu)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Megawati Resmi Dikukuhkan Jadi Ketum PDIP 2025-2030