10 Cerita Dongeng Sebelum Tidur yang Edukatif dan Penuh Pesan Moral

10 Cerita Dongeng Sebelum Tidur yang Edukatif dan Penuh Pesan Moral

Nur Umar Akashi - detikJogja
Jumat, 26 Apr 2024 17:57 WIB
Ilustrasi Hari Dongeng Sedunia
Ilustrasi Cerita Dongeng Sebelum Tidur yang Edukatif dan Penuh Pesan Moral. Foto: Getty Images/eyesfoto
Jogja -

Alunan suara orang tua yang membacakan cerita dongeng rasanya seperti memiliki kekuatan magis. Anak-anak yang mendengarkannya pun tak lama biasanya akan jatuh terlelap. Untuk yang membutuhkan, yuk, simak beberapa cerita dongeng sebelum tidur di bawah ini!

Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring, dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh). Sementara itu, dalam buku Dongeng: Teori dan Aplikasi karya Pupung Puspa Ardini, dongeng diartikan sebagai segala bentuk cerita-cerita yang sudah ada sejak zaman dahulu dan diceritakan turun-temurun.

Ternyata, kegiatan membacakan dongeng sebelum tidur bagi anak juga memiliki dampak positif. Dirangkum dari situs resmi SD Negeri Cipayung 4 Depok, di antaranya adalah membantu penanaman nilai dan pengembangan moral, mendukung perkembangan sensorik dan kognitif, serta melatih empati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi detikers yang membutuhkan cerita-cerita dongeng, berikut ini telah detikJogja siapkan beberapa contohnya yang edukatif dan penuh pesan moral.

Kumpulan Cerita Dongeng sebelum Tidur

Cerita Dongeng #1: Tuah, Tupai si Pantang Menyerah

(sumber: buku 5 Dongeng Anak Dunia karya Dedik Dwi Prihatmoko)

ADVERTISEMENT

Di daerah perbukitan Pulau Jawa, terdapat kumpulan tupai pemakan buah kelapa. Para tupai jantan memiliki kegemaran unik yaitu meloncat dari ranting pohon ke ranting pohon lainnya. Sementara para tupai betina lebih suka merayap. Mereka tidak berani untuk meloncat.

Tetapi berbeda dengan Tuah, tupai betina si pantang menyerah. Dia ingin sekali dapat meloncat. Oleh karena itu, Tuah mendatangi Eyang Tupai. Beliau adalah pelatih yang selama ini mengajari para tupai jantan meloncat.

"Eyang, jadikanlah aku muridmu seperti para tupai jantan itu," pinta Tuah. "Kamu perempuan, sudahlah tidak perlu kamu susah payah berlatih loncat padaku," jawab Eyang Tupai. "Tolonglah Eyang, aku ingin seperti para tupai jantan yang dengan mudah meloncat dari satu pohon ke pohon lain," ucap Tuah dengan nada memohon.

Eyang Tupai akhirnya merasa kasihan melihat Tuah yang begitu ingin berlatih melompat padanya. Eyang pun melatih Tuah sama seperti melatih tupai jantan lainnya.

Hari pertama latihan menjadi hari yang cukup buruk. Tuah jatuh berkali-kali. Begitupun di hari kedua, ketiga, keempat, dan kelima.

Sepekan sudah lamanya Tuah berlatih. Ia berusaha keras untuk menjadi peloncat seperti tupai jantan, tetapi belum ada tanda-tanda keberhasilan.

"Sudahlah Tuah, kau tidak usah menyiksa tubuhmu seperti ini. Terimalah keadaanmu seperti apa adanya."

"Tidak Eyang, aku hanya perlu berlatih lebih keras lagi, insyaallah aku akan seperti tupai jantan yang dapat melompat dengan lincahnya," ucap Tuah. Ia pun kembali berlatih sesuai apa yang diajarkan Eyang Tupai sebelumnya.

Dalam hati Eyang Tupai berkata, "Tupai betina ini sungguh pantang menyerah."

Tidak terasa, sudah dua bulan Tuah berlatih meloncat. Dan usahanya selama ini akhirnya membuahkan hasil. Kini Tuah sudah dapat meloncat layaknya tupai jantan. Dari satu pohon ke pohon lainnya ia meloncat dengan indahnya.

"Masyaallah... Eyang kagum melihat perjuanganmu selama ini, maafkan Eyang ketika dulu pernah merendahkanmu sebagai seekor tupai betina yang lemah. Selamat atas keberhasilanmu!" ucap Eyang Tupai, si pelatih.

Berkat perjuangan Tuah, Eyang Tupai terketuk hatinya bahwa semua makhluk memiliki potensi yang sama, yang membedakan hanyalah usaha dan kerja kerasnya.

Setelah kejadian itu, Eyang Tupai mulai membuka kelas latihan lompat secara terbuka, tanpa memandang ia tupai jantan atau kah betina, karena yang menentukan adalah sikap pantang menyerah dalam dirinya.

Cerita Dongeng #2: Leu, Lebah yang Bersatu

(sumber: buku 5 Dongeng Anak Dunia karya Dedik Dwi Prihatmoko)

Leu adalah lebah madu yang tinggal di perbukitan Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Sebagai anak sulung dari sepuluh bersaudara, Leu berusaha untuk selalu menjaga kerukunan di antara adik-adiknya.

Adik-adik Leu hampir setiap hari bertengkar. Berawal dari senda-gurau hingga berlanjut pada perkelahian. Melihat kejadian itu, beberapa hewan lain merasa terganggu akan kegaduhan yang hampir setiap hari mereka lakukan.

Leu mencoba mencari cara untuk menyadarkan kesembilan adiknya agar tetap rukun. Muncullah sebuah ide. Leu mengambil satu ranting kayu dan sepuluh ranting kayu yang diikat menjadi satu.

Kesembilan adiknya diminta berkumpul. Alhamdulillah tidak ada yang absen untuk memenuhi panggilan Leu sang kakak. "Terima kasih atas kedatangan kalian adik-adikku," ungkap Leu memulai obrolan.

"Di depan kalian ada satu ranting kayu dan satu ikat ranting kayu yang sengaja kakak ikat, siapa di antara kalian yang bisa mematahkan ranting ini" tanya Leu pada adik-adiknya.

"Aku mau mencobanya," jawab adik Leu yang paling kecil. Untuk mematahkan satu ranting kayu, adik Leu tidak mengalami kesulitan. "Ini sangat mudah untuk aku lakukan," ungkapnya.

Setelah itu, kakak Leu menyodorkan satu ikat ranting. Berbagai cara ia lakukan untuk mematahkan ikatan ranting kayu. Namun, ranting itu tetap tidak patah. Adik Leu yang paling kecil pun menyerah dan meminta kakak-kakaknya yang lain untuk mencoba.

Adik yang kedua pun ikut mencoba. Satu ranting kayu dengan mudah dipatahkan, namun untuk satu ikat ranting kayu dia juga mengalami kesulitan. Tenaga adik Leu dikeluarkan sekuat-kuatnya, namun usahanya pun masih tetap sia-sia.

Adik Leu yang ketiga, keempat, kelima, hingga yang kesembilan pun mencoba untuk mematahkan ikatan ranting kayu itu, namun semua mendapat hasil yang sama, yakni kegagalan untuk mematahkan ranting kayu yang sudah terikat menjadi satu.

"Inilah yang kakak ingin bilang, hiduplah seperti ranting kayu yang terikat menjadi satu. Semakin kita rukun, maka semakin kuat kemampuan kita. Begitupun sebaliknya, ketika kita sering bertengkar maka kerapuhan yang akan kita dapati."

Semua adik Leu merunduk tak dapat berkata apa-apa lagi selain merenungkan ucapan kak Leu tentang sikap yang selama ini mereka lakukan. Akhirnya, kesembilan adik Leu mulai sadar atas kekeliruan yang selama ini mereka lakukan.

Adik-adik Leu lantas saling meminta maaf dan berjanji untuk tidak akan bertengkar dan marah-marahan lagi, dengan menjaga hubungan baik kepada saudara maupun teman-temannya.

Cerita Dongeng #3: Tresalong, Trenggiling sang Penolong

(sumber: buku 5 Dongeng Anak Dunia karya Dedik Dwi Prihatmoko)

Di sebuah padang sabana, Kalimantan Selatan. Tinggallah seekor trenggiling. Trenggiling itu bernama Tresalong. Ia dikenal sebagai trenggiling yang suka menolong.

Pada suatu hari, seekor harimau datang ke padang sabana. Dan dia membuat takut semua hewan. Kelinci, tupai, dan Tresalong yang sedang bermain turut ketakutan melihat kedatangan harimau. Ketiganya bersembunyi di balik semak-semak.

"Suttt.... Jangan berisik!" kata tupai sambil memperhatikan harimau yang perlahan mulai mendekat. Melihat langkah harimau yang semakin dekat. Tubuh kelinci gemetar ketakutan, semak-semak tempat mereka bersembunyi bergoyang-goyang lantaran gerakan tubuh kelinci yang tak bisa ditahan.

Harimau pun melihat hal itu. Perlahan harimau mendekat ke semak-semak. "Hei! Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya harimau. "Tidak, kami tidak sedang melakukan apa-apa," kata tupai menjawab pertanyaan si harimau.

"Baiklah, Aku lapar! Aku butuh daging segar. Apakah kalian bisa memberikan makanan yang aku butuhkan?" seru sang harimau kepada kelinci, tupai, dan Tresalong. Mendengar hal itu, kelinci dan tupai semakin ketakutan. Mereka pasrah dengan nasib hidupnya. Tidak ada langkah lain kecuali menanti harimau mencabik-cabik tubuh mereka dan menyantapnya.

Tresalong menyadari kedua temannya ketakutan, oleh karenanya, Tresalong mencoba berbicara pada harimau. "Harimau, dagingku sangat lezat. Aku mau memberikan dagingku kepadamu asalkan kamu mau melepaskan dua temanku untuk pergi dari sini," ungkap Tresalong kepada harimau.

"Apa kamu rela dagingmu aku makan?" timpal harimau kepadanya. "Aku rela asalkan dua temanku diizinkan pulang menyampaikan kematian kepada orang tuaku," ungkap Tresalong meyakinkan harimau. "Baiklah, kalau hanya itu maumu," ujar Harimau.

Kelinci dan tupai akhirnya diperkenankan untuk pergi menyampaikan keinginan Tresalong. Dengan berat hati keduanya beranjak pergi meninggalkan Tresalong dengan harimau. Saat dirasa cukup jauh, dan tak terlihat dari jangkauan mata, Tresalong segera meminta harimau untuk mencicipi dagingnya.

Harimau yang sudah sangat lapar, tak mau menunggu lama, ia segera mendekat dan menyergap Tresalong. Namun, seketika itu Tresalong menggulingkan tubuhnya. Harimau itu sadar bahwa Tresalong dapat menggulingkan tubuhnya dengan balutan sisik yang keras, dan membuat harimau kesusahan untuk memakannya.

Berulang kali harimau mencoba menggigit tubuh Tresalong namun usahanya sia-sia. Yang harimau dapatkan justru rasa sakit pada taringnya karena berulang kali menggigit kerasnya sisik yang menyelimuti tubuh Tresalong.

Setelah beberapa waktu lamanya, harimau pun menyerah dan memutuskan untuk meninggalkan Tresalong. Harimau pun pergi dengan perut keroncongan karena ia tidak mendapat santapan daging untuk menu makan siang.

Sementara Tresalong justru gembira karena berhasil menyelamatkan kedua temannya dari buruan si harimau. Ketika Tresalong pulang, semua teman, dan keluarga menyambut dengan penuh haru.

Beragam ucapan terima kasih pun bersahut-sahutan datang dari kelinci, tupai, dan orang tua kepada Tresalong. Tresalong pun hidup bahagia atas sikap penolongnya.

Cerita Dongeng #4: Seekor Kancil yang Selalu Ingat Tuhan

(sumber: buku Kalah Oleh si Cerdik karya Atisah)

Hutan lebat dan rumput menghijau telah berubah menjadi hutan yang gundul dan gersang. Daun jati, daun karet, dan daun pohon-pohon lain yang ada di hutan itu telah gugur.

Rumput-rumput pun telah mengering, semuanya berwarna kecoklatan. Tak ketinggalan pohon-pohon di pinggir sungai, semuanya layu. Kemarau yang panjang telah tiba. Sawah dan sungai pun kering kerontang.

Seekor kancil jantan yang tanduknya baru keluar, menandakan dia baru saja tumbuh dewasa, sangat kehausan. Bibirnya pecah-pecah. Ia telah berlari ke sana kemari mencari sumber air, tapi setetes pun tak didapatkannya.

Kancil jantan itu sangat sedih dan tubuhnya sudah lemas. Ia duduk sujud seperti manusia memuja Tuhan. Hatinya menjerit meminta pertolongan kepada Tuhan yang Maha Kuasa.

"Ya Allah yang Maha Agung, hamba mohon pertolonganmu. Hamba kehausan dan kelaparan. Berilah hambamu ini sedikit air dan rumput."

Setelah sujud, ia duduk lalu melihat-lihat ke kiri ke kanan, ke depan dan ke belakang. Ajaib, dari arah depan ia melihat gerombolan pepohonan yang agak kehijauan di sebuah bukit. Kancil berlari ke tempat itu.

Tempat itu ternyata cukup jauh. Ia melewati kebun ilalang yang baru saja dibakar orang sampai badan kancil itu kotor terkena debu. Namun, ia tidak mempedulikannya. Keinginannya hanya satu, yaitu ingin cepat minum.

Kancil sampai ke sebuah bukit. Pohon-pohon dan rerumputan di bukit itu ternyata masih subur. "Ohhh! Sumber airkah itu?" kata kancil bicara sendiri. Ia kemudian mencermati keadaan sekelilingnya. Ternyata ada aliran air yang bening, mengalir ke sebuah cekungan. Sementara itu, tanaman dan rumput di pinggir cekungan air itu pun warnanya hijau.

"Terima kasih Tuhan, doa hamba dikabulkan," kata kancil. Ia tidak buru-buru minum dan makan. Namun, sujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Setelah itu, ia baru minum pelan-pelan.

Ternyata di belakang kancil ada seekor serigala yang tengah memburunya. Kancil tidak menyadari keadaan itu. Serigala sendiri ragu-ragu karena badan kancil yang belang-belang kotor itu seperti anak harimau. Sementara, kepalanya seperti kepala kancil. Jadi, serigala itu hanya mengawas-awasi saja.

Yang berbuat seperti itu ternyata tidak hanya serigala, juga seekor macan tutul tengah mengintip di atas sebuah pohon. Kancil tenang-tenang saja karena tidak mengetahui dirinya dijadikan rebutan dua binatang pemangsa.

Macan tutul dari atas dahan meloncat ke hadapan kancil. Ia takut keduluan Serigala.

"Macan tutul, jangan ganggu buruanku!"

"Enak saja. Ini jatahku, tahu?"

Serigala marah kepada macan tutul. Sebaliknya, macan tutul juga marah karena merasa terganggu.

"Celaka!" kata kancil sambil mengelus dadanya. Kancil sangat kaget di hadapannya ada dua hewan pemangsa yang memperebutkan dirinya.

Ia sangat takut karena melawan seekor binatang pemangsa saja tidak berdaya. Apalagi, jika harus melawan dua binatang sekaligus. Dalam ketakutannya, Kancil sujud dan berdoa kepada penciptanya.

"Ya Allah, Yang Maha Baik. Allah Yang Maha Sempurna. Allah Yang Maha Abadi. Allah Yang Maha Asih. Allah Yang Maha Tahu. Allah Yang Ada di mana-mana. Allah Yang Maha Kuasa. Hamba tiada daya dan upaya, mohon diselamatkan oleh-Mu dari bahaya serigala dan macan tutul yang akan memangsa hamba."

Setelah berdoa, ia merasa mempunyai kekuatan. Kancil membentak kedua binatang yang tengah bertengkar itu.

"Serigala dan macan tutul! Selamat datang. Kalian pasti haus dan lapar. Mari kita minum. Air ini berasal dari Allah untuk kita minum."

Serigala dan macan tutul berhenti bertengkar. Mereka kaget mendengar suara kancil yang kencang dan penuh keberanian.

"Benar katamu. Aku ingin minum dan ingin makan. Untuk minum ada air. Untuk makan ada kamu. Kamu juga sama untuk minum ada air untuk makan ada rumput," kata macan tutul.

"Kancil, kamu bukan jatah macan tutul, tapi untukku. Aku yang sudah mengikutimu sejak lama."

"Bukan, kamu bukan jatah serigala. Tapi, jatahku. Aku yang punya hak sebab aku yang mengawasi dan mengikuti gerak-gerik kalian."

"Heh, kalian! Kenapa ngomongnya ngawur. Apa kalian tidak tahu, siapa aku? Kepalaku memang kancil, tapi badanku macan lodaya. Jadi, kesukaanku bukan hanya rumput, juga daging serigala. Tandukku sakti.

Siapa yang kutubruk, langsung mati dan dagingnya kupakai sarapan. Tidak menemukan serigala, makan rumput pun jadi. Tidak menemukan rumput, makan macan tutul pun tak apa-apa."

Macan tutul dan serigala terkejut mendengar kata-kata kancil. Malahan serigala merasa agak takut.

"Sekarang aku tak akan makan daging sebab ada rumput. Silakan serigala untuk macan tutul sebab macan tutul tak mau makan rumput atau sebaliknya, macan tutul untuk serigala. Kalau tidak habis, aku dibagi supaya kenyang. Makan daging sebagai pencuci mulut, 'kan enak'."

Kancil lalu minum sekenyangnya, kemudian makan rumput, dan pura-pura tidak punya rasa takut kepada kedua binatang pemangsa itu. Sementara itu, serigala dan macan tutul berkelahi. Mereka saling menggigit, saling mencakar, dan saling membanting. Siapa yang kalah dagingnya akan dimakan.

Sesudah kenyang kancil kabur menyelamatkan diri. Sambil tidak lupa berterima kasih kepada Allah pencipta alam.

"Ya Allah, Yang Maha Penyayang. Ya Allah, Yang Maha Bijaksana. Terima kasih atas kasih sayang-Mu. Terima kasih. Hamba telah terlepas dari marabahaya."

Begitulah doa kancil sambil mencium tanah, seperti orang yang tengah bersujud. Sementara itu, serigala yang bertengkar dengan macan tutul telah berhenti. Serigala jadi pincang dan buta dianiaya macan tutul, kemudian ia melarikan diri. Macan tutul pahanya sempal digigit serigala.

Cerita Dongeng #5: Pashol, Panda Anak Sholeh

(sumber: buku 5 Dongeng Anak Dunia karya Dedik Dwi Prihatmoko)

Di daerah perbukitan China yang dingin, hiduplah habitat panda. Dalam habitat tersebut, tinggalah Pashol, seekor panda kecil bersama keluarganya. Hari ini Pashol tampak sedih. Ia berdiam diri di bawah rerimbunan pohon bambu.

Ia bangun kesiangan sehingga tidak dapat berangkat ke masjid. Ibu Pashol mendekati anaknya yang nampak sedih. "Ada apa, Pashol?"

"Bu, pukul aku! Hari ini aku bangun kesiangan dan tidak sholat subuh," jawab Pasal sambil menundukkan kepala. Mendengar ucapan itu. Ibu Pashol tersenyum. "Lihat ibu!" Pashol pun secara perlahan mencoba menengadahkan kepala dan menatap ibunya.

"Ibu tidak akan memukulmu, ibu tahu kamu anak baik! Lupa itu wajar. Kamu sudah pintar karena tahu kesalahanmu," ungkap ibu menasehati, "Yang penting jangan diulangi lagi, Nak!" tambahnya.

Mendengar perkataan ibunya, Pashol pun segera meminta maaf dan memeluk ibunya. "Sekarang hapus rasa sedihmu dan ingat, jangan tidur larut malam! Agar dapat bangun lebih awal. Dan segeralah ambil air wudhu setelah terbangun di waktu pagi dan sholatlah, Nak!" ungkap ibu.

Pashol mengangguk mendengarkan nasihat ibunya. Segera ia mengambil air wudhu untuk melaksanakan sholat. Usai sholat, ia kembali kepada ibunya. "Sholat itu ibarat balas budi. Kita bebas menghirup udara, melihat indahnya dunia, itu semua pemberian Allah SWT semata. Maka, sudah sepantasnya kita bersyukur atas karunia-Nya dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-laranganNya," ungkap ibu Pashol padanya kemudian.

Ibu Pashol tidak bosan untuk mengingatkan. Bahwa sholat termasuk bagian perintah agama yang wajib hukumnya. Ibu Pashol selalu memberikan contoh kepada Pashol untuk menjaga sholat lima waktunya.

"Terima kasih ibu untuk nasihatnya. Pashol berjanji akan memperbaiki sholat Pashol. Pashol juga janji, tidak akan tidur terlalu malam lagi agar bisa bangun lebih awal bersama ayam-ayam," ungkap Pashol dengan selipan tawa ringan.

Ibu Pashol pun tertawa bahagia mendengar ucapan putranya dan denganbangga memeluknya. "Ibu sayang sama Pashol," bisik ibu padanya.

Cerita Dongeng #6: Putri Tidur

(sumber: situs Firstcry Parenting)

Inilah kisah Putri Aurora, putri raja dan ratu yang dikutuk oleh penyihir jahat, hingga mati tertusuk roda pemintal karena orang tuanya tidak mengundang si penyihir ke acara pembaptisannya.

Untungnya, salah satu peri baik yang diundang ke Pembaptisan bisa membantu. Meskipun sang putri masih harus ditusuk, dia tidak akan mati, tapi tidur selama seratus tahun. Dia diberkati oleh peri baik lainnya, dan tumbuh menjadi gadis muda yang cantik, baik hati dan penurut yang sering dipanggil Briar Rose.

Seperti yang diperkirakan, pada ulang tahunnya yang keenam belas, jari Aurora tertusuk oleh roda yang berputar dan tertidur lelap, bersama dengan setiap pria, wanita, anak-anak, dan hewan di kastil.

Seratus tahun kemudian, seorang pangeran muda mencoba pergi ke kastil untuk melihat kecantikannya yang terkenal. Ketika dia menemukannya, dia terpesona oleh kecantikannya dan membungkuk untuk menciumnya.

Hal ini mematahkan kutukan, dan tak lama kemudian semua orang di kastil terbangun dari tidur panjang mereka selama ratusan tahun. Pangeran dan putri menikah, dan kerajaan kembali bahagia dan damai.

Putri tidur mengajarkan kita bahwa meskipun kejahatan kadang-kadang dapat mengganggu hidup kita, ketika kebaikan ikut campur, hal itu dapat melunakkan pukulan tersebut dan pada akhirnya, kejahatan akan teratasi.

Cerita Dongeng #7: Kancil dan Siput Lomba Lari

(buku Kisah Petualangan Seru Kancil dan Teman-Temannya oleh Desi Nurul Anggraini dkk)

Suatu hari kancil bertemu dengan siput di pinggir kali. Melihat siput merangkak dengan lambatnya, sang kancil dengan sombong dan angkuhnya berkata, "Hai siput, beranikah kamu beradu lomba denganku?"

Ajakan itu terasa mengejek siput. Siput berpikir sebentar, lalu menjawab, "Baiklah, aku terima ajakanmu dan jangan malu kalau nanti kamu sendiri yang kalah."

"Tidak bisa. Masa jago lari sedunia mau dikalahkan olehmu siput, binatang perangkak kelas wahid di dunia," ejek Kancil.

"Baiklah, ayo cepat kita tentukan harinya!" kataKancil.

"Bagaimana kalau hari Minggu besok, agar banyak yang menonton," kata siput.

"Oke aku setuju," jawab kancil.

Sambil menunggu hari yang telah ditentukan itu, siput mengatur taktik. Segera dia kumpul kan bangsa siput sebanyak-banyaknya. Dalam pertemuan itu, siput membakar semangat kawan-kawannya, mereka sangat girang dan ingin mempermalukan kancil di hadapan umum.

Dalam musyawarah itu, disepakatilah dengan suara bulat bahwa dalam lomba nanti setiap siput ditugasi berdiri di antara rerumputan di pinggir kali. Diaturlah tempat mereka masing masing. Bila Kancil memanggil, maka siput yang di depannya itu yang menjawab. Begitu seterusnya.

Sampailah saat yang ditunggu-tunggu itu. Penonton pun sangat penuh menyaksikan perlombaan itu. Para penonton berdatangan dari semua penjuru hutan.

Kancil mulai bersiap di garis start. Pemimpin lomba mengangkat bendera, tanda lomba akan segera dimulai. Kancil berlari sangat cepatnya. Semua tenaga dikeluarkannya.

Tepuk tangan penonton pun menggema memberi semangat pada kancil. Setelah lari sekian kilometer, berhentilah kancil. Dengan napas terengah-engah dia memanggil.

"Siput!" seru Kancil.

Siput yang berada di depannya menjawab, "Ya, aku di sini". Karena tahu siput telah ada di depannya, kancil pun kembali lari sangat cepat sampai tidak ada lagi tenaga yang tersisa. Kemudian dia pun kembali memanggil.

"Siput!" teriak kancil lagi.

Siput yang di depannya menjawab, "Ya, aku di sini."

Berkali-kali selalu begitu. Sampai akhirnya kancil lunglai dan tak dapat berlari lagi. Menyerahlah sang kancil dan mengakui kekalahannya. Penonton terbengong-bengong.

Siput menyambut kemenangan itu dengan senyuman saja. Tidak ada loncatan kegirangan seperti pada umumnya pemenang lomba.

Cerita Dongeng #8: Kancil dan Buaya

(sumber: buku Kisah Petualangan Seru Kancil dan Teman-Temannya oleh Desi Nurul Anggraini dkk)

Pada suatu hutan, terdapat seekor Kancil yang tinggal di hutan tersebut. Seperti hari biasanya, kancil pergi mencari makan di dalam hutan. Dia menyeberangi sungai pada saat berangkat.

Setelah kancil merasa kenyang, dia pulang ke rumah. Namun, tiba-tiba turun hujan lebat ketika kancil sudah dekat sungai. Risaulah hati kancil karena tidak bisa melewati sungai yang banjir dan derasnya air sungai itu. Tidak jauh dari tepi sungai ada seekor buaya. Kancil mencari ide.

"Buaya, apakah kamu bisa membantuku menyeberangi sungai ini?" kata kancil kepada buaya.

Buaya menjawab, "Jikalau nanti aku membantumu menyeberangi sungai ini maka kamu menganggap aku apa?"

"Kita akan menjadi sahabat sehati sejiwa. Aku akan membantumu kalau susah nanti di masa depan," kata Kancil.

Buaya kemudian mempertimbangkan perkataan kancil. Buaya kembali bertanya, "Jikalau nanti aku membantumu menyeberangi sungai ini maka kamu menganggap aku apa?"

"Sahabat sehati sejiwa, buaya," kancil memberikan jawaban yang sama seperti sebelumnya.

Yakinlah buaya dengan perkataan kancil dan dia menyuruh kancil untuk naik ke atas punggungnya. Buaya mulai berenang meninggalkan tepi sungai. Buaya kembali bertanya.

"Apa hubungan kita?"

"Sahabat sehati sejiwa," kata Kancil.

Buaya terus berenang hingga mereka sampai ditengah-tengah sungai, buaya bertanya lagi.

"Apa hubungan kita?"

"Sahabat sehati sejiwa," jawaban kancil tidak berubah.

Buaya sangat senang mendengar jawaban kancil, karena kancil konsisten dengan jawabannya bahwa mereka tetap sahabat sehati sejiwa. Mereka sudah mau sampai tepi sungai, hanya dengan sekali loncatan lagi mereka sudah sampai di tepi sungai. Buaya kembali bertanya "Apa hubungan kita?"

"Sahabat bohongan," kata kancil sambil bergegas meloncat ke tepi sungai dan berlari pergi.

Buaya sangat marah karena sudah ditipu oleh kancil dan buaya dendam kepada kancil, "Baiklah kancil, aku akan mengingat bahwa kamu pernah membohongiku. Namun ingat ada berbagai macam kesulitan dan kesukaran di depanmu. Jika kita berumur panjang maka kita akan berjumpa lagi."

Cerita Dongeng #9: Anak yang Berteriak Serigala

(sumber: situs Mom Loves Best)

Seorang petani meminta putranya untuk membawa kawanan domba mereka merumput setiap hari. Saat anak laki-laki itu menjaga domba-domba tersebut, dia merasa bosan dan memutuskan untuk bersenang-senang. Jadi, dia berteriak, "Serigala! Serigala!".

Mendengar hal ini, para penduduk desa berlari untuk membantunya mengusir serigala tersebut. Ketika mereka sampai di sana, mereka menyadari bahwa tidak ada serigala dan dia hanya bercanda. Para penduduk desa sangat marah dan mereka meneriaki anak laki-laki itu karena telah membuat kekacauan dan kepanikan.

Keesokan harinya, anak laki-laki itu berteriak "Serigala!" lagi dan sekali lagi penduduk desa datang untuk menolongnya serta melihat bahwa tidak ada serigala. Hal ini membuat mereka sangat marah lagi.

Pada hari yang sama, anak laki-laki itu melihat serigala sebenarnya yang telah meneror domba-dombanya. Anak itu berteriak "Serigala! Serigala! tolong bantu aku. Namun, tidak ada penduduk desa yang datang karena mereka percaya bahwa anak itu sedang bercanda.

Cerita Dongeng #10: Kebati, Kelelawar yang Baik Hati

(sumber: buku 5 Dongeng Anak Dunia karya Dedik Dwi Prihatmoko)

Di sebuah hutan Nusa Tenggara Barat, hiduplah sekelompok komodo, burung kakak tua, musang, kelelawar, dan beberapa jenis hewan lainnya. Mereka hidup rukun dan saling berdampingan.

Di antara penduduk hutan, ada seekor kelelawar yang terkenal baik hati. Kelelawar tersebut biasa dipanggil Kebati. Ia suka membantu penduduk hutan yang sedang mendapat kesulitan.

Suatu malam, terdengar bibi burung kakak tua meminta tolong.

"Toloooong!! Toloooooong!! Tolooooong!!"

Mendengar hal itu kelelawar segera mendatangi bibi burung kakatua. "Ada apa Bibi, malam-malam begini berteriak meminta tolong?" tanya Kebati.

"Anakku sakit dan aku tidak bisa pergi mencari obat karena cuaca di luar gelap," ungkap bibi kakatua sambil meneteskan air mata. Bibi kakatua sangat sayang pada anak-anaknya.

Namun ia tidak dapat melakukan apa-apa malam itu. Cuaca di luar gelap dan udara dinginnya tidak seperti hari-hari biasa. Mungkin hal itu yang menjadikan anaknya demam tinggi.

Sebagai orang tua tentu bibi kakatua sangat panik. Ia tidak dapat melakukan apa-apa kecuali berdoa dan meminta bantuan kepada penduduk hutan.

Melihat hal itu Kebati kemudian menanyakan obat yang dibutuhkan kepada bibi kakatua. "Obat yang dibutuhkan bisa diambil di mana? Biar aku yang mengambilnya," tanya Kebati sambil menatap bibi kakatua.

"Obat itu ada di perbatasan hutan. Cukup jauh tempatnya dari sini. Obat itu bernama daun katuk. Mustahil untuk mengambilnya di cuaca gelap seperti ini," ungkap bibi kakak tua padanya.

"Tunggu sebentar! Aku akan mengambilkannya untuk anakmu, Bi." kata Kebati seraya bergegas terbang untuk mencari tanaman yang dimaksud.

Di malam yang dingin, Kebati terbang menuju perbatasan hutan. Dalam kegelapan, ia mengandalkan kemampuan ekolokasi yang dimilikinya. Yaitu mengeluarkan suara berfrekuensi tinggi untuk dipantulkan ke benda yang ada di sekitarnya dan dipantulkan kembali ke telinga.

Setelah menempuh perjalanan cukup jauh, sampailah Kebati di perbatasan hutan. Ia mulai mencari daun katuk dengan kemampuan ekolokasinya. Setelah menemukan daun katuk yang dia cari, Kebati segera pulang untuk memberikan daun itu kepada bibi kakatua.

Betapa senang bibi kakatua melihat Kebati datang membawa daun katuk. Tanpa buang waktu, bibi kakatua segera meramu daun katuk sebagai obat demam untuk anaknya. Setelah meminum ramuan obat daun katuk, anaknya pun sembuh.

Pagi harinya, bibi kakatua berkunjung ke rumah Kebati. Bibi mengucapkan terima kasih dan memberikan bermacam-bermacam buah segar yang baru dipetiknya. Bibi kakatua dan penduduk hutan semakin sayang pada Kebati. Buah kepribadiannya yang baik hati.

Nah, itulah sepuluh cerita dongeng sebelum tidur yang edukatif dan memiliki pesan moral. Semoga bermanfaat, ya!




(rih/ams)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads