Marak Gen Z Nganggur, Garin Sebut Banyak Lowongan di Industri Film

Marak Gen Z Nganggur, Garin Sebut Banyak Lowongan di Industri Film

Dwi Agus - detikJogja
Senin, 20 Mei 2024 15:15 WIB
Sleman -

Sutradara kenamaan Garin Nugroho menyebut tingkat produktivitas Indonesia tergolong rendah. Kondisi ini bisa menjadi kendala dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045.

Salah satu penyebab, menurutnya, adalah belum produktifnya para Generasi Z (Gen Z). Generasi yang digadang-gadang mampu menunjukkan daya saingnya justru masih tenggelam. Beberapa masih terlarut dalam dunia sendiri, hingga belum terpicu untuk menjadi produktif.

"Tingkat pengangguran kita mencapai 7 juta dari 147 jumlah tenaga kerja ya dan 7 juta itu rata-rata adalah usia Generasi Z. Jadi tantangan ke depan adalah menaikkan kapasitas keterampilan Generasi Z yang jumlahnya 60 persen lebih di seluruh negeri ini," jelasnya saat menjadi pembicara Festival Vokasi Inovakasia 2024 di Sekolah Vokasi UGM Jogja, Sleman, Senin (20/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Garin menilai permasalahan ini sangatlah krusial. Terlebih Gen Z adalah tonggak utama dari bonus demografi di Indonesia. Kehadiran mereka juga diharapkan mampu menghidupkan industri kreatif di Indonesia.

"Kalau tidak terjadi maka kita akan mengalami kemerosotan sebagai sebuah bangsa karena mayoritas pengangguran terjadi di Generasi Z," katanya.

ADVERTISEMENT

Garin mengajak agar Gen Z mau menyelami dunia teori dan praktik secara imbang. Termasuk dalam bidang pendidikan formal. Salah satunya dengan belajar melalui beragam sekolah vokasi yang ada.

Sejatinya, Indonesia telah dibekali dengan teori dan praktik. Garin menuturkan sekolah pada era Kolonial Belanda. Kala itu proses transfer ilmu tak cukup dengan belajar di ruang kelas. Adapula belajar praktik dengan ke lingkungan masyarakat.

"Beberapa sekolah vokasi pertama itu lahir sejak tahun sekitar 1.750 oleh Belanda. Dimulai karena Indonesia negara maritim. Muncul sekolah pelayaran dan dulu menjadi model ya dari sekolah-sekolah pelayaran di Asia," ujarnya.

Di sisi lain, Garin juga mendorong agar sekolah vokasi terus berinovasi. Tak sekadar sistem pendidikan namun juga fasilitas penunjang. Ini karena tuntutan dan dinamika tantangan jaman berkembang pesat.

Sekolah vokasi juga berperan penting dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Dalam catatan ini adalah memberikan bekal kepada Gen Z sehingga tidak hanya menjadi generasi yang peka zaman namun juga kreatif dan produktif.

"Karena mayoritas pengangguran terjadi di generasi Z, oleh karena itu justru kenapa sekolah keterampilan menjadi sangat penting, termasuk perfilman, karena potensinya (film Indonesia) tinggi sekali, butuh SDM yang mumpuni untuk menghadirkan film yang berkualitas," kata Garin.

"Ingat, pendukung utama adalah Gen Z yang terampil. Indonesia maju 2045 tanpa satu Generasi Z yang terampil maka cita-cita negara maju Indonesia akan menjadi sangat lucu," imbuh dia.

Sementara itu, Dekan Sekolah Vokasi UGM Jogja, Agus Maryono menuturkan sekolah vokasi tak sekadar ilmu konvensional. Terbukti dengan masuknya industri perfilman menjadi bidang pendidikan. Sehingga dapat melahirkan sineas yang mumpuni dan berkualitas.

Dinamika, lanjutnya, merupakan salah satu perwujudan tantangan kerja. Agus menilai dunia industri tak cukup diisi dengan etos kerja tinggi namun juga kreativitas. Kaitannya adalah mampu menjadi sosok atau produk dipandang dalam dunia saing pasar global.

"Kuncinya membuat ilmu pengetahuan itu menjadi realita. Memformatkan untuk menampilkan sebuah ilmu pengetahuan itu tidak menakutkan tapi menjadi hiburan menjadi hidangan yang muda dicerna dan membangkitkan selera untuk mengembangkan ilmu pengetahuan," ujarnya di kesempatan yang sama.

(rih/dil)

Hide Ads