UAD Kampus Tangguh Bencana, Terintegrasi di Kurikulum hingga Riset

UAD Kampus Tangguh Bencana, Terintegrasi di Kurikulum hingga Riset

Serly Putri Jumbadi - detikJogja
Selasa, 15 Jul 2025 17:45 WIB
Aktivitas mahasiswa UAD saat program mitigasi dan penanggulangan bencana.


Foto diunggah Selasa (15/7/2025).
Aktivitas mahasiswa UAD saat program mitigasi dan penanggulangan bencana. (Foto: dok. UAD Jogja)
Jogja - Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jogja berkomitmen untuk membangun kampus tangguh bencana dan aktif terlibat penanggulangan bencana di Indonesia. UAD pun menggandeng sederet lembaga seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) untuk program mitigasi bencana.

Lewat Fakultas Kedokteran, UAD menyiapkan mahasiswanya menjadi dokter tangguh kebencanaan lewat kurikulum terintegrasi yang memadukan pengetahuan medis, manajemen bencana, dan nilai-nilai Islam sejak semester awal hingga tahap profesi.

Kurikulum kebencanaan ini di FK UAD mencakup materi manajemen bencana pada semester 1 hingga 6 serta diintegrasikan dalam mata kuliah blok tahap akademik. Pada tahap profesi, mahasiswa menjalani stase kebencanaan bekerja sama dengan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan BPBD.

"Mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga mengikuti simulasi bencana, pelatihan tim tanggap darurat, dan praktik lapangan," ujar Ketua Program Studi (Kaprodi) Kedokteran UAD, dr. Nuni Ihsana, dalam keterangan yang diterima detikJogja, Selasa (15/7/2025).

Mahasiswa FK UAD pun ditargetkan menguasai kompetensi dasar kebencanaan, seperti kerangka pikir kebencanaan, pencegahan dan pengurangan risiko, tanggap bencana, pemulihan pascabencana, riset dan pemodelan kebencanaan, manajemen pra- dan intra-rumah sakit, serta manajemen klinis dan kesehatan masyarakat dalam situasi darurat. Selain itu, mereka juga dibekali kemampuan adaptasi, kepemimpinan, dan empati yang krusial dalam kondisi bencana.

"Dosen dan mahasiswa FK UAD aktif terlibat langsung dalam penanganan bencana di DIY maupun tingkat nasional. Mereka pernah terjun membantu penanganan bencana gempa bumi di Cianjur tahun 2022," tutur Nuni.

"Dengan menjadi relawan posko kesehatan, mendukung logistik obat, memberikan layanan trauma healing, hingga melakukan edukasi kesehatan di pengungsian. Selain itu, tim FK UAD juga berpartisipasi dalam kegiatan medical response pada bencana gempa, erupsi Gunung Merapi, banjir, dan bencana non-alam seperti pandemi COVID-19," lanjutnya.

Selain FK, Fakultas Psikologi UAD juga aktif menyiapkan relawan psikososial untuk bencana. Koordinator Relawan Bidang Psikososial MDMC DIY sekaligus dosen Psikologi UAD, Luqman Tifa Perwira, menyampaikan mahasiswa psikologi dilatih keterampilan dasar psychological first aid (PFA), observasi, konseling, dan teknik wawancara sebelum diterjunkan ke lokasi bencana.

"Kami berharap selalu memiliki stok relawan yang memadai dan siap diterjunkan kapan saja, tentu dengan pelatihan berkelanjutan," kata Luqman yang juga psikolog ini.

Aktivitas mahasiswa UAD saat program mitigasi dan penanggulangan bencana.Foto diunggah Selasa (15/7/2025).Aktivitas mahasiswa UAD saat program mitigasi dan penanggulangan bencana. Foto: dok. UAD Jogja

Sementara itu, Kepala Pusat Studi Mitigasi dan Penanggulangan Bencana (PSMPB) UAD, Anang Masduki, menambahkan UAD mengelola laboratorium kebencanaan, melakukan riset mitigasi dan resiliensi bencana, serta membuat video safety induction untuk sivitas akademika.

"Kami berharap mahasiswa terus membangun kesadaran kesiapsiagaan menanggulangi bencana dan dosen dapat melakukan riset yang fokus pada mitigasi bencana untuk mengurangi risiko di masyarakat," jelas Anang.

Salah satu mahasiswa profesi psikologi UAD, Dwi Puji Lestari, mengungkapkan ketertarikannya menjadi relawan bermula dari mata kuliah Psikologi Kebencanaan saat terjadi banjir bandang di Garut. Pengalaman pertama terjun langsung ke lokasi bencana menumbuhkan empati mendalam dan membuatnya ingin terus membantu para penyintas.

Hingga kini, ia telah mengikuti enam respons bencana, yaitu banjir bandang Garut, dampak Siklon Cempaka di DIY, gempa bumi Lombok, tsunami Selat Sunda di Lampung Selatan, gempa bumi Pasaman di Sumatera Barat, dan gempa bumi Cianjur di Jawa Barat.

"Yang paling dibutuhkan korban bencana adalah rasa aman dan didengarkan dengan empati. Menjadi bagian dari tim relawan kebencanaan UAD memberi banyak pelajaran hidup dan membuka jejaring kemanusiaan yang luas," ujar Dwi yang juga merupakan alumni S1 Fakultas Psikologi UAD ini.

Ada juga cerita dari mahasiswa Psikologi UAD sekaligus kader MDMC, Dimas Muhammad Farhan Farid, yang menambahkan cerita menjadi relawan. Dia bilang sedikit orang yang mau terjun menjadi relawan kebencanaan, padahal banyak hal bermanfaat yang bisa didapat, baik untuk orang lain maupun diri sendiri.

"Saya tertarik karena memiliki minat di bidang kesehatan pada kondisi darurat. Pelatihan yang diterima mencakup pengetahuan dasar bencana, psikososial, PFA, hingga menyusun program untuk penyintas," tutur Dimas.

Gandeng BPBD DIY Sejak 2018

Dihubungi terpisah, Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad mengapresiasi jalannya kerja sama terkait mitigasi bencana dengan UAD. Dia berharap ke depannya makin banyak kampus di Jogja menjadi kampus tangguh bencana.

"Betul, (kerja sama) sudah dari 2018. Jadi di UAD kan ada jurusan Kedokteran Kebencanaan. Pertama ketika mereka di jalanan mereka praktik magangnya di BPBD, terus guru pengajarnya juga melibatkan dari BPBD," tutur Noviar saat dihubungi detikJogja hari ini.

"Harapannya seluruh kampus bisa mendeclare menjadi kampus tanggap bencana dengan memberikan pembekalan kepada seluruh mahasiswanya untuk tangguh terhadap bencana. Mahasiswa sebagai agen perubahan untuk menyosialisasikan ke masyarakat terkait dengan mitigasi bencana," pungkasnya.




(ams/afn)

Hide Ads