Begini Strategi Pemkab Sleman Atasi Kemiskinan dan Stunting

Begini Strategi Pemkab Sleman Atasi Kemiskinan dan Stunting

Nurcholis Maarif - detikJogja
Senin, 12 Feb 2024 17:36 WIB
Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa.
Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa. Foto: Jauh Hari Wawan S/detikJogja
Sleman -

Penanggulangan kemiskinan dan stunting masih menjadi fokus utama Pemkab Sleman dalam pembangunan. Di bidang ekonomi, berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023, persentase penduduk miskin Kabupaten Sleman mengalami kenaikan pada tahun 2020 sampai 2021, yaitu 8,12 persen menjadi 8,64 persen.

Eskalasi tersebut dikarenakan adanya pandemi COVID-19 yang berdampak pada berbagai sektor perekonomian. Memasuki tahun 2022, kondisi perekonomian mulai membaik seiring dengan pandemi COVID-19 yang berangsur-angsur dapat diatasi. Kabupaten Sleman sendiri berhasil menurunkan tingkat kemiskinan dari 7,74 persen tahun 2022 menjadi 7,52 persen pada tahun 2023.

Tiga Program Khusus Tanggulangi Kemiskinan

Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, selaku ketua Tim Penanggulangan Kemiskinan Kabupaten Sleman mengatakan Pemkab Sleman menerapkan beberapa strategi utama dalam menanggulangi kemiskinan. Adapun langkah yang ditempuh ialah pertama melalui program Sleman Pintar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kedua, melakukan pendampingan dan pelatihan terhadap usaha-usaha sektor kecil serta UMKM yang ada di Sleman. Ketiga, pemberian bantuan langsung tunai (BLT) kepada lansia dan disabilitas.

"Tahun ini kita punya 3 program khusus untuk menanggulangi kemiskinan. Pertama, program Sleman Pintar. Kedua, masyarakat yang mempunyai potensi dan kelebihan terkait dengan UMKM, punya usaha kecil di rumah, tapi kurang modal, kurang pengalaman, kita bantu, kita dampingi, dan berikan pelatihan. Ketiga, kalau memang masyarakat Sleman ini sudah tidak bisa diberdayakan dalam bentuk apapun, karena itu keterbatasan, contoh lansia, dan disabilitas, kita selesaikan dengan bantuan pemerintah, ada BLT," kata Danang dalam keterangannya, dikutip pada Senin (12/2/2024).

ADVERTISEMENT

Program Sleman Pintar merupakan beasiswa kuliah gratis bagi anak-anak dari keluarga miskin dan rentan miskin, yang lulus SMA/SMK/Sederajat dan berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Beasiswa ini dianggarkan dalam Jaring Pengaman Sosial (JPS) dan telah berlangsung selama dua tahun.

Selanjutnya, pemerintah daerah juga menaruh perhatian pada sektor UMKM. Pemkab Sleman melalui Dinas Tenaga Kerja dan Dinas Sosial melakukan pembinaan serta pendampingan terkait pembuatan P-IRT, mbizmarket dan pengelolaan keuangan.

Kemudian pelatihan sesuai dengan usahanya masing-masing, hingga pemberian modal kerja melalui CSR-CSR di perusahaan yang ada di Sleman. Hal ini ditujukan untuk menggenjot kemajuan UMKM dan usaha-usaha kecil lainnya yang tersebar di Kabupaten Sleman.

"Kita berikan pelatihan lewat Dinas Tenaga Kerja, lewat Dinas Sosial, sesuai dengan sektor apa yang dituju. Kalau busana, ya masuk di LPK, bagaimana caranya menjahit, desain yang terus berkembang, update-nya seperti apa. Itu kita dampingi, kita berikan pelatihan. Setelah itu kadang kita berikan modal kerja lewat CSR-CSR perusahaan yang ada di masyarakat. Sehingga perusahaan atau usahanya itu berkembang terus," jelasnya.

Sedangkan untuk lansia dan disabilitas, Pemkab Sleman memberikan bantuan secara langsung melalui program BLT. Bantuan tersebut diharapkan dapat mencukupi minimal kebutuhan hidup mereka sehari-hari.

8 Aksi Konvergensi Penanggulangan Stunting

Di bidang kesehatan, sejak dikeluarkannya Perpres Nomor 72 Tahun 2021 tentang Percepatan Penurunan Stunting, Pemkab Sleman membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting Tingkat Kabupaten, Kapanewon, dan Kalurahan. Tim ini juga diketuai oleh Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa.

Penanggulangan stunting di Kabupaten Sleman dilakukan melalui program 8 Aksi Konvergensi. Salah satu program yang berbasis instrumen dalam bentuk kegiatan untuk meningkatkan intervensi percepatan penurunan stunting secara terintegrasi dan berkelanjutan.

Danang menjelaskan, delapan aksi konvergensi tersebut dibagi sesuai dengan ketugasan masing-masing dinas. Contohnya Dinas Kesehatan melalui puskesmas, posyandu, dan rumah sakit, memberikan imunisasi, serta edukasi kepada calon pengantin dan ibu hamil terkait stunting. Kemudian Dinas P3AP2KB memberikan edukasi kepada remaja bagaimana menjaga kehamilan, agar nantinya remaja putri tersebut siap menjadi seorang ibu. Selain itu, bagi peserta didik SMA juga diberikan penambah darah sebagai bentuk menjaga kesehatan tubuh dari dalam.

"8 Aksi itu kita bagi, aksinya sesuai ketugasan dinas masing-masing. Contoh Dinas Kesehatan, pemberian imunisasi, edukasi kepada ibu, calon pengantin, sampai hamil, sampai melahirkan. Dinas P3AP2KB terkait dengan perlindungan anak dan perempuan tugasnya bagaimana calon pengantin dari seorang remaja ini memasuki fase berumah tangga ini juga diberikan edukasi, bagaimana menjaga kehamilan, di saat lahir, serta mengasuh anak. Agar nanti di saat dia menjadi ibu itu sudah siap. Contoh di anak-anak pendidikan SMA ini kita berikan penambah darah, terkait kesehatan dari dalam ini bagus," tuturnya.

Tren prevalensi balita stunting di Kabupaten Sleman berdasarkan Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (E-PPGBM) saat ini sebesar 4,51 persen. Angka ini menurun tajam dibanding tahun 2022, yaitu di angka 6,88 persen.

Danang menambahkan, stunting di Sleman 68 persen disebabkan oleh kebiasaan merokok dari anggota keluarga. Faktor kedua ialah pola asuh anak dan pola makan anak yang kurang diperhatikan. Ketiga, minimnya kesadaran masyarakat terkait stunting.

"Penyebab stunting yang paling banyak ditemukan di Sleman ada beberapa catatan yang saya terima. Pertama adalah masih banyaknya keluarga perokok yang ada di rumah. Itu survei, itu paling tinggi sekitar 68 persen. Kedua, terkait dengan pola asuh anak yang akhir-akhir ini kurang menjadi perhatian dari orang tua, dan pola makan anak. Kesadaran masyarakat pun terkait dengan stunting ini juga masih minim," sambung Danang.




(dil/ams)

Hide Ads