Di usianya yang genap 732 tahun, Kota Surabaya membuktikan diri dengan capaian membanggakan. Kado istimewa itu berupa penurunan signifikan angka kemiskinan, pengangguran, hingga prevalensi stunting yang menjadi tantangan kota-kota besar di Indonesia.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyampaikan langsung kabar baik ini dalam resepsi Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-732, Sabtu (31/5/2025).
Eri mengungkapkan, angka kemiskinan di Surabaya saat ini tercatat sebesar 3,9 persen. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), angka ini terus mengalami penurunan sejak tahun 2021.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, persentase penduduk miskin di Surabaya mencapai 5,23 persen, lalu turun menjadi 4,72 persen di 2022, kembali menurun ke 4,65 persen di 2023, dan menjadi 3,96 persen di 2024.
"Kemiskinan Surabaya turun menjadi 3,9 persen, terendah sejak sebelum masa COVID-19 kita lebih rendah hari ini," kata Eri usai resepsi HJKS di halaman Balai Kota.
Tak hanya angka kemiskinan, Eri juga melaporkan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Surabaya yang ikut menurun. Berdasarkan data BPS tahun 2024, angka TPT tercatat 4,9 persen, jauh lebih baik dibandingkan tahun 2023 yang masih berada di angka 6,79 persen.
"Jadi target kita adalah di bawah tiga sebenarnya ya. Hari ini sudah mencapai empat dari sembilan. Ini kita akan turunkan lagi di bawah tiga di tahun ini," ujarnya.
Eri menyebut, Pemkot Surabaya memprioritaskan pembukaan lapangan kerja untuk warga asli Surabaya sebagai upaya menekan angka pengangguran terbuka. Ia menyampaikan permohonan maaf bagi warga pendatang yang baru pindah ke Surabaya sejak 2022, karena program-program berbasis APBD Surabaya akan didahulukan untuk warga lokal.
"Karena itu saya bilang, saya mohon maaf ya kepada warga non-Surabaya yang pindah ke Surabaya yang dapat KTP sejak tahun 2022. Saya tidak bisa menghitung mereka yang punya KTP di 2022 meminta pekerjaan meminta apa, kami mohon maaf," jelasnya.
"Saya akan mengutamakan dulu orang Surabaya dulu menggunakan kekuatan APBD Surabaya, Padat Karya Surabaya itu untuk warga Surabaya. Karena hari ini penduduk kita naik dan itu rata dari luar Surabaya," tambah Eri.
Capaian lain yang tak kalah membanggakan adalah penurunan angka stunting. Berdasarkan survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2023, prevalensi stunting di Kota Pahlawan hanya 1,6 persen, angka terendah di Indonesia.
"Stunting kita turun jadi 1,6 persen, dan inilah yang membuat kita harus bisa terus menjadi satu keluarga besar," katanya.
Di bidang pendidikan, Eri menegaskan target Pemkot adalah memastikan seluruh anak-anak dari keluarga miskin di Surabaya dapat bersekolah hingga ke jenjang perguruan tinggi. Program unggulan seperti 'Satu Keluarga Miskin, Satu Sarjana' terus didorong agar bisa menjadi solusi jangka panjang bagi kemiskinan struktural.
"Target Surabaya ini adalah seluruh warga miskin dan pramiskin itu bisa sekolah sampai dengan kuliah selesai. Karena kami tetap punya program satu keluarga miskin, satu sarjana. Tapi apakah kami ingin warga miskin dibantu terus. Kami berharap dan ingin warga miskin berubah tidak menjadi miskin," pungkasnya.
(auh/hil)