Jamasan Pusaka di Bangsal Sewokoprojo Gunungkidul, Ini Filosofinya

Jamasan Pusaka di Bangsal Sewokoprojo Gunungkidul, Ini Filosofinya

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Kamis, 24 Jul 2025 18:01 WIB
Suasana jamasan lengkap pusaka milik Pemkab Gunungkidul di Bangsal Sewokoprojo, Wonosari, Gunungkidul, Kamis (24/7/2025).
Suasana jamasan lengkap pusaka milik Pemkab Gunungkidul di Bangsal Sewokoprojo, Wonosari, Gunungkidul, Kamis (24/7/2025). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja
Gunungkidul -

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul melaksanakan jamasan pusaka dengan prosesi lengkap di Bangsal Sewokoprojo, Wonosari, Gunungkidul. Bupati Gunungkidul menyebut nantinya Dinas Kebudayaan akan memfasilitasi jamasan bagi warga yang memiliki tosan aji.

Abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Kanjeng Mas Tumenggung Dwijo Asmoro, menjelaskan prosesi jamasan lengkap diawali dengan pengambilan pusaka milik Pemkab Gunungkidul yang disimpan di ruangan khusus Bangsal Sewokoprojo. Pusaka itu adalah tombak Kiai Margo Salurung.

Selanjutnya berlanjut dengan prosesi doa. Setelah itu, tombak Kiai Margo Salurung dibawa ke lokasi pembersihan yang berada di sisi timur Bangsal Sewokoprojo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi filosofi jamasan itu secara fisik membersihkan pusaka. Tapi secara batin memohon kepada Yang Maha Kuasa membersihkan hati nurani dari hal-hal buruk," jelasnya kepada wartawan di Wonosari, Kamis (24/7/2025).

Lebih lanjut, Dwijo mengungkapkan cara melakukan jamasan pusaka. Menurutnya, jika bilah pusaka masih bersih, cukup menggunakan air dan sabun untuk membersihkannya.

ADVERTISEMENT

"Tapi kalau sudah muncul karat pusaka harus direndam pakai air kelapa hijau dengan jeruk. Setelah itu dibersihkan sampai bersih terus dicuci pakai air dan sabun," ujarnya.

Apabila sudah kering, pusaka bisa dioleskan minyak dengan pengharum. Hal itu agar pamor atau motif di dalam pusaka awet.

"Nah, untuk jamasan pusaka dilakukan sesudah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat melakukan jamasan. Kenapa? Untuk menjaga etika," ucapnya.

Sementara itu, Bupati Gunungkidul Endah Subekti Kuntariningsih mengatakan jamasan pusaka dan tosan aji milik pejabat Pemkab untuk menggali kembali budaya Jawa, khusus warga yang memiliki tosan aji seperti tombak, keris, wedung, patrem, dan lainnya.

"Jamasan ini tidak hanya membersihkan raganya saja, tetapi menyucikan segalanya sesuai filosofinya," kata Endah.

Setelah jamasan lengkap ini, Endah menyebut jika Dinas Kebudayaan akan memfasilitasi jamasan untuk masyarakat yang memiliki tosan aji.

"Setelah jamasan pusaka milik Pemkab Gunungkidul dan milik pejabat nanti Kundha Kabudayan (Dinas Kebudayaan) akan memfasilitasi jamasan. Karena petani, pedagang itu ada yang punya tosan aji," ujarnya.




(rih/ams)

Hide Ads