Wayang beber ternyata kental akan nuansa magis, bahkan dalam pementasan wayang beber ternyata harus melakukan ritual khusus baik sebelum dan sesudahnya. Selain itu, ada pula larangan khusus saat pementasan wayang beber.
Pewaris ke-15 wayang beber asal Gelaran II, Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul, Wisto Utomo (55), mengatakan bagaimana para pendahulunya mendapatkan wayang beber buatan tahun 1660. Berdasarkan cerita pendahulunya, Wisto menyebut jika semua itu berawal dari Geger Pecinan di Kartasura, Jawa Tengah.
"Dulu waktu Geger Pecinan di Kartasura itu (wayang beber) yang dibawa lari ke Gunungkidul satu dan Pacitan satu," katanya kepada wartawan di Kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja, Sewon, Bantul, Rabu (11/12/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wayang itu dilarikan karena saat Geger Pecinan banyak pembakaran bangunan. Sehingga banyak orang yang menyelamatkan barang-barang berharga salah satunya wayang beber.
"Untuk menyelamatkan, karena di situ banyak pembakaran rumah jadi itu memang diselamatkan," ujarnya.
Selanjutnya, generasi pertama dari keluarganya mendapatkan satu kotak berisi wayang beber saat bekerja di ladang. Namun, Wisto tidak mengetahui siapa pemberi wayang beber tersebut.
"Jadi pertama kali mendapatkan wayang beber itu simbah itu buruh menumbuk padi, terus dikasih wayang beber itu tadi. Isinya ada 8 gulung," ucapnya.
"Wayang beber sebenarnya itu bagi keluarga kami pusaka. Wayang beber itu kurang lebih sekitar 4 abad lebih," lanjut Wisto.
Singkat cerita, para pendahulu Wisto lalu melestarikan keberadaan wayang beber dan menjadi dalang. Menurutnya, dari delapan gulung wayang beber itu, Wisto menyebut yang kerap dipentaskan hanya dua cerita saja.
"Ada delapan gulung, tapi yang untuk dipentaskan cerita Panji Asmarabangun, untuk Jaka Tarub jarang sekali dipentaskan," katanya.
Selain itu, ada juga gulungan yang sama sekali belum pernah dibuka. Dia bahkan tak tahu apa isi ceritanya.
"Untuk Jaka Tarub bisa, terus Panji Asmarabangun bisa. Kalau yang paling tua itu namanya Kiai Remeng Mangunjaya, itu yang belum pernah dibuka dan ceritanya apa saya belum tahu," katanya.
Dia juga bercerita soal hal unik dari gulungan Kiai Remeng Mangunjaya. Di mana saat Keraton Surakarta terbakar gulungan tersebut tampak ikut terbakar.
"Tapi itu pernah kejadian di Solo, pas kejadian Keraton Solo terbakar itu yang tua itu (gulungan Kiai Remeng Mangunjaya) juga ikut terbakar, seperti terkena sundutan rokok," ujarnya.
Wayang beber sendiri merupakan seni pertunjukan yang menggunakan lembaran kertas. Lembaran itu berisi lukisan berkisah yang terjadi dalam adegan wayang.
Pementasan wayang beber sendiri terbilang unik, di mana membentangkan gulungan dan sang dalang menunjuk setiap gambar sembari bercerita diiringi alunan gamelan. Selain itu, ada tantangan tersendiri dalam pementasan wayang beber karena kondisinya yang terbilang sudah rapuh.
"Ya memang yang asli itu sudah rapuh, sebenarnya sudah tidak layak untuk dipentaskan. Kalau bahannya wayang beber itu dari kertas daluwang," ujarnya.
Ritual dan Larangan Wayang Beber bisa dibaca di halaman berikutnya...
Komentar Terbanyak
Roy Suryo Usai Diperiksa soal Ijazah Jokowi: Cuma Identitas yang Saya Jawab
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa
Amerika Minta Indonesia Tak Balas Tarif Trump, Ini Ancamannya