Meski tidak ada satu pun masyarakat Kedungwanglu yang mengetahui siapa sosok Ki Wonokesonggo sebenarnya, mereka percaya bahwa makam tersebut telah ada sebelum warga menempati wilayah tersebut.
Dukuh Kedungwanglu, Burhan Tholib menuturkan dirinya pernah mengalami sendiri kejadian janggal saat berkumpul bersama warga lainnya di sebuah gubuk di sekitar makam yang berada di belakang Balai Padukuhan Kedungwanglu itu. Burhan mengatakan gubuk tersebut didirikan di pinggir sungai berjarak sekitar 20 meter dari makam.
Seperti biasa, masyarakat membuat kolam kecil di pinggir sungai pada musim kemarau. Kolam tersebut digunakan untuk menampung bibit-bibit ikan yang nantinya akan dipanen.
Pada satu hari, saat dia dan warga lainnya berkumpul dan bersenda gurau di gubuk tersebut. Tiba-tiba gubuk itu roboh seakan ada orang yang mendorongnya.
"Dulu kan buat gubuk di situ, biasa orang-orang buat bendungan buat piara ikan. Biasa orang guyon karena mungkin guyonnya mungkin agak tidak sopan, gubuk itu langsung roboh. Saya juga ikut di situ," kata Burhan ditemui detikJogja di makam Ki Wonokesonggo, Rabu (29/5/2024) sore.
![]() |
Semua orang yang berada di gubuk pun seketika terjatuh ke dalam sungai hingga basah kuyup. Pengalaman tersebut pun selaras dengan kepercayaan warga sekitar.
Warga sekitar percaya bahwa jika ada seseorang yang berperilaku kurang sopan di sekitar makam pasti akan langsung mendapatkan peringatan berupa pengalaman yang tak mengenakan.
"Ketika di situ ada orang yang kurang sopan entah itu tindakan atau ucapan, tidak selang lama itu orang langsung kena dampak negatif. Jadi seolah-olah diingatkan tidak dalam waktu lama. Langsung itu, tidak sampai satu hari," katanya.
Hal tersebut diamini juga oleh salah seorang warga sekitar, Sopyan Efendi (36). Ia juga termasuk dalam orang-orang yang sedang berada di gubuk yang roboh.
Menurutnya, gubuk tersebut seolah-olah didorong oleh seseorang. Bahkan, Sopyan mengatakan saat itu ia merasa gubuk tersebut seakan melayang dan jatuh seketika ke sungai.
"Pada gitaran, namanya anak muda, tiba-tiba digoyang-goyang gubuk itu sampai roboh ke kali. Orang-orang itu pada basah semua," kata Sopyan kepada detikJogja saat ditemui di rumahnya, sore ini.
"Gitarnya pun sampai rusak. Lah wong tidak cuma digoyang. Ini nggak, diangkat dan dicemplungin ke kali," lanjutnya.
Sejak saat itu, Sopyan mengatakan tidak ada kegiatan masyarakat yang menimbulkan keributan atau keramaian di dekat makam tersebut. "Sejak saat itu tidak ada kegiatan di dekat makam."
Selain itu, ia mengatakan bahwa saat dirinya kecil ada hal yang diwanti-wanti oleh sesepuhnya. Kala Sopyan masih duduk di bangku SD, dia selalu diingatkan untuk tidak pergi ke wilayah sekitar makam tersebut seorang diri.
"Kalau zaman dulu itu pas SD mau ke sungai istirahat itu diingatkan untuk tidak sendiri. Misalkan sendiri juga tidak berani, pasti bertiga atau berempat, karena memang hawanya beda," ucapnya.
Sopyan merasakan saat dirinya berada di sekitar makam tersebut, ia merasakan hawa menjadi terasa dingin. Dia tidak tahu mengapa hal tersebut terjadi.
"Hawanya beda, rasanya dingin. Auranya agak lain," ungkapnya.
Lebih lanjut, Sopyan mengatakan bahwa dulunya, sekitar tahun 1990-an awal, makam tersebut dikelilingi pepohonan yang rimbung. Namun yang membuat Sopyan bingung, tidak ada satu pun daun yang berserakan di sekitar makam.
Padahal, katanya Sopyan, tidak ada orang yang membersihkan makam tersebut. Namun makam itu selalu terlihat bersih seakan ada seseorang yang membersihkannya.
"Makam itu kan di bawah pohon-pohon rindang saat saya masih SD, tapi bersih tidak ada daun atau ranting. Padahal tidak ada yang merawat, nyapu atau bersih-bersih makam," katanya.
(cln/apu)
Komentar Terbanyak
Amerika Minta Indonesia Tak Balas Tarif Trump, Ini Ancamannya
Pengakuan Lurah Srimulyo Tersangka Korupsi Tanah Kas Desa
Komcad SPPI Itu Apa? Ini Penjelasan Tugas, Pangkat, dan Gajinya