Kisah pilu warga Dukuh Bukul, Desa Wates, Kecamatan Slahung yang harus mengalah dengan satu keluarga yang tanahnya enggan dilewati sehingga harus menggotong jenazah menyeberangi sungai didengar oleh Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko. Sang bupati membelikan lahan makam untuk warga setempat.
Sugiri membeli lahan pemakaman itu tidak menunggu dana APBD. Bupati yang akrab disapa Kang Giri itu turun tangan membelikan lahan makam untuk warga dengan dana patungan bersama teman-temannya.
Bupati mengambil keputusan itu menyusul viralnya video berdurasi 58 detik yang menunjukkan warga memikul keranda jenazah menuruni tebing lalu menyeberangi sungai untuk menuju ke TPU Guyangan di Desa Tugurejo. Video ini menuai empati dan keprihatinan netizen.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan karena infrastruktur yang rusak, melainkan karena salah satu warga pemilik satu-satunya jalan menuju jembatan menuju Desa Tugurejo menolak lahannya dilewati pengantar jenazah.
"Kalau pakai APBD kelamaan. Akhirnya ya saweran mawon (saweran saja). Saya urunan pribadi, dibantu teman-teman dekat," kata Kang Giri, Rabu (23/4/2025).
Begitu mendengar kabar viral, Kang Giri segera menggelar musyawarah bersama camat, kepala desa, dan tokoh masyarakat setempat untuk mencari solusi jangka panjang.
"Sempat kepikiran bikin jembatan ke Desa Tugurejo, tapi butuh waktu. Akhirnya kami cari lahan baru biar warga Bukul punya makam sendiri," kata Giri.
Tanah seluas 868 meter persegi milik warga bernama Lukas Kamsari, warga Dukuh Bukul akhirnya terbeli. Serah terima dan prosesi selamatan dilakukan di lokasi makam baru yang kini diberi nama 'Astana Bukul' tersebut.
"Yang penting cukup dulu untuk kebutuhan warga. Ini bukan sekadar karena viral, tapi memang karena adanya kebutuhan," ujar Kang Giri.
Kang Giri memilih saweran karena menyebutkan bahwa prosedur penganggaran lewat APBD memakan waktu yang cukup panjang dan berliku.
"Yang penting cepat. Warga butuh tempat pemakaman yang layak, dan mereka tidak harus lagi menyeberangi sungai seperti itu," kata Giri.
Viralnya video pengantaran jenazah Mulyadi (38), warga Dukuh Bukul, yang harus menyeberangi sungai memang menyisakan luka bagi warga.
Dalam video itu terdengar suara warga berkata, "Yo dulur Wates, ky ngene lo susah e," sembari menggambarkan beratnya perjuangan mereka.
Padahal, jembatan sebenarnya sudah tersedia. Jembatan itu dibangun secara swadaya oleh warga. Tetapi karena penolakan pemilik lahan, pengantar jenazah rela mengalah mencari alternatif jalan lain.
Keberadaan lahan baru yang dibeli oleh Bupati Sugiri tanpa APBD ini membuat warga memiliki harapan dan solusi jangka panjang agar peristiwa itu tidak kembali terjadi. Apalagi warga setempat sudah pernah mengalami ada jenazah yang hanyut karena warga terkendala saat menyeberangi sungai.
(dpe/iwd)