Sosok Ki Ageng Henis: Penyebar Agama Islam dan Kakek Panembahan Senopati

Sosok Ki Ageng Henis: Penyebar Agama Islam dan Kakek Panembahan Senopati

Mahendra Lavidavayastama - detikJogja
Senin, 15 Jan 2024 15:57 WIB
Masjid Laweyan atau Masjid Ki Ageng Henis.
Masjid Laweyan atau Masjid peninggalan Ki Ageng Henis di Solo. (Foto: Bayu Ardi Isnanto)
Jogja -

Ki Ageng Henis merupakan ayah dari Ki Ageng Pemanahan, yang nantinya memiliki anak bernama Panembahan Senopati dan menjadi pemimpin pertama di Kerajaan Mataram Islam yang berpusat di Kotagede. Oleh karena itu, dapat dikatakan jika Ki Ageng Henis adalah leluhur para pemimpin Mataram Islam.

Dilansir dari laman resmi Pemerintah Kota Surakarta, Ki Ageng Henis atau Kyai Ageng Henis merupakan putra dari Ki Ageng Sela yang langsung bersambung ke silsilah dari Raja Brawijaya V, raja terakhir Kerajaan Majapahit di Jawa Timur.

Sedangkan, Ki Ageng Henis sendiri merupakan ayah dari Ki Ageng Pemanahan yang kemudian hari memiliki anak Danang Sutawijaya dan menjadi Raja Mataram Islam pertama dengan gelar Panembahan Senopati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu bagaimana riwayat hidup sosok Ki Ageng Henis? Simak perjalanannya dalam kisah yang sudah dirangkum detikJogja berikut ini.

Sosok Ki Ageng Henis

Semasa hidupnya, Ki Ageng Henis dikenal karena ketokohannya sehingga membuat banyak orang menaruh hormat padanya. Ia juga menjadi guru spiritual dari Joko Tingkir atau Mas Karebet karena kebijaksanaannya, Joko Tingkir sendiri nantinya akan naik tahta menjadi pemimpin Kasultanan Pajang dan bergelar Sultan Hadiwijaya.

ADVERTISEMENT

Ketika Sultan Hadiwijaya naik tahta, Ki Ageng Henis mengabdi padanya karena sikapnya yang selalu bijaksana membuat Ki Ageng Henis menjadi sesepuh serta kepercayaan dari Sultan Hadiwijaya, membuatnya semakin disegani dan dihormati.

Masjid Laweyan atau Masjid Ki Ageng Henis.Masjid Laweyan atau Masjid Ki Ageng Henis. Foto: Bayu Ardi Isnanto

Ki Ageng Henis sebagai Tokoh Pendakwah Islam

Dikenal sebagai ulama yang gemar melakukan syiar Islam ke banyak orang pada masa itu, Ki Ageng Henis yang menjadi kakek dari Panembahan Senopati dan leluhur dari raja-raja Mataram seperti Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Mangkunegaran, dan Pakualaman ini berkontribusi banyak dalam menyebarkan agama Islam di Desa Laweyan.

Dalam menyebarkan agama Islam, Ki Ageng Henis menggunakan pendekatan budaya lokal yang membuat banyak pemeluk agama Hindu di Desa Laweyan saat itu pindah memeluk Islam. Salah satu tokoh yang berhasil masuk Islam berkat dakwah Ki Ageng Henis adalah Ki Ageng Beluk.

Alasan Ki Ageng Beluk berpindah dari Hindu ke Islam karena tertarik akan teladan hidup, sikap, dan kebijaksanaan Ki Ageng Henis dalam menyampaikan dakwah secara sejuk dan damai. Di Desa Laweyan sendiri selain menyebarkan agama Islam, Ki Ageng Henis juga turut membangun banyak pondok pesantren dengan jumlah pesantren yang terus berkembang.

Terdapat pula Masjid Laweyan yang dibangun tahun 1546, yang dibangun olehnya dan masih berfungsi hingga saat ini. Sebelumnya Masjid Laweyan merupakan pura untuk tempat ibadah umat Hindu.

Ki Ageng Henis sebagai Seniman Batik

Selain sebagai penyebar agama Islam, Ki Ageng Henis juga mempunyai jiwa seni yang terlihat dari dikenalnya Desa Laweyan saat ini sebagai sentra batik tulis. Salah satu batik tulis ciptaannya adalah batik sido luhur yang memiliki makna kuat dan mendalam.

Sido yang berarti 'jadi' atau 'menjadi' dalam bahasa Jawa, sedangkan 'luhur' memiliki makna 'tinggi, terhormat dan agung'. Sehingga harapannya bagi yang mengenakan batik ini dapat memiliki sifat luhur serta memperoleh kehormatan dan keagungan dalam setiap perjalanan hidupnya.

Umumnya, batik sido luhur ini dikenakan masyarakat Jawa dalam pasangan yang ingin menikah terutama saat pengantin memasuki tradisi Mitoni atau tujuh bulan usia kandungan. Jasa Ki Ageng Henis dalam memajukan Desa Laweyan sangat besar, contoh lainnya adalah adanya dermaga di Sungai Kabanaran yang bernama Bandar Kabanaran.

Saat ini dermaga tersebut cukup sibuk dengan berbagai komoditas kain, benang, dan kapas untuk menunjang industri batik.

Nah, demikian penjelasan singkat tentang sosok Ki Ageng Henis yang menjadi leluhur Trah Mataram Islam, semoga menginspirasi Lur!

Artikel ini ditulis oleh Mahendra Lavidavayastama peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

(cln/ams)

Hide Ads