Makna Pemasangan Bleketepe, Salah Satu Prosesi dalam Pernikahan Adat Jawa

Makna Pemasangan Bleketepe, Salah Satu Prosesi dalam Pernikahan Adat Jawa

Muhammad Rizqi Akbar - detikJogja
Jumat, 05 Jan 2024 14:12 WIB
Presiden Jokowi Pasang Bleketepe, Solo, Jumat (9/12/2022).
Ilustrasi bleketepe. Foto: Presiden Jokowi Pasang Bleketepe saat acara pernikahan putra bungsunya, Kaesang Pangarep, Jumat (9/12/2022). (dok. Humas dan Protokol Pemkot Solo)
Jogja -

Pura Pakualaman akan menggelar Hajat Dalem Dhaup Ageng Pakualaman atau pernikahan putra bungsu KGPAA Paku Alam X dan GKBRAA Paku Alam, BPH Kusumo Kuntonugroho dengan dr. Laily Annisa Kusumastuti.

Rangkaian acara pernikahan ini akan berlangsung pada tanggal 7 hingga 11 Januari 2024 di Kagungan Dalem Bangsal Sewatama, Pura Pakualaman. Salah satu prosesi yang akan dilakukan adalah pemasangan bleketepe, sebagai penanda bahwa tempat tersebut akan diadakan hajatan.

Pemasangan bleketepe sebagai rangkaian acara Dhaup Ageng akan dilaksanakan pada Minggu, 7 Januari 2024. Pada hari yang sama juga dilakukan prosesi Pasang Tarub dan Majang.

Lantas, apa itu bleketepe? Apa makna filosofi dari pemasangan bleketepe dalam pernikahan adat Jawa? Berikut penjelasannya.

Apa itu Bleketepe?

Istilah bleketepe berasal dari bahasa Jawa, diambil dari kata 'bale' dan 'katapi'. Bale berarti tempat, sedangkan katapi berasal dari kata 'tapi' yang berarti memisahkan kotoran untuk dibuang. Kata bleketepe dapat diartikan sebagai membuang hal-hal yang dianggap tidak suci atau penyucian diri.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBB), bleketepe adalah anyaman daun kelapa yang dipasang di depan rumah sebagai tanda pesta pernikahan. Biasanya, bleketepe dipasang untuk atap rumah dan sebagainya.

Dikutip dari jurnal 'Tarub dan Perlengkapannya Sarat dengan Makna dan Filosofi' (Teknobuga Vol 2 No 1, 2015), bleketepe adalah anyaman daun kelapa yang dipasang sebagai atap di halaman. Bleketepe terbuat dari janur kuning yang dianyam saling menyilang dalam jumlah banyak.

Masih dari sumber yang sama, pemasangan bleketepe merupakan salah satu dari prosesi pernikahan adat budaya pengantin Jawa. Rangkaian bleketepe terbuat dari daun kelapa berbentuk tujuh bujur sangkar berukuran 50x50 cm.

Biasanya, bleketepe dipasang bersama perlengkapan lainnya seperti pohon pisang, buah pisang raja, tebu, buah kelapa, dan daun beringin. Seiring perkembangannya, kini pemasangan bleketepe hanya menggunakan satu lembar saja sebagai simbolis dengan digantungkan di atas janur melengkung.

Makna Pemasangan Bleketepe

Dalam prosesi pernikahan adat Jawa, bleketepe bukan sekadar pajangan yang ditempel tanpa tujuan. Berikut ini makna pemasangan bleketepe menurut adat Jawa.

1. Simbol dimulainya hajatan

Bleketepe yang dipasang di bagian depan rumah dimaknai sebagai kesiapan keluarga dalam memulai rangkaian hajatan. Daun kelapa yang dipakai harus yang masih berwarna hijau muda dan biasanya dianyam.

2. Simbol penyucian diri

Pemasangan bleketepe merupakan ajakan orang tua serta calon pengantin kepada para tamu undangan untuk menyucikan diri. Bleketepe seolah menjadi 'gerbang penyucian diri' sebelum masuk ke tempat hajatan.

Tidak hanya pengantin, orang tua, anggota keluarga, dan tamu undangan, proses penyucian diri ini juga berlaku untuk siapapun yang terlibat dalam prosesi pernikahan. Dengan adanya bleketepe, diharapkan semua orang yang terlibat akan mendapat kesucian dan acara pun berjalan lancar.

3. Simbol penyucian lokasi acara

Selain simbol penyucian diri, prosesi ini juga bertujuan untuk menyucikan lokasi yang dipakai untuk hajatan. Tentunya, lokasi yang sudah dipilih diharapkan dapat mendukung di sepanjang acara pernikahan.

4. Tolak bala

Menyucikan diri dan tempat juga memiliki arti sebagai menolak bala atau kesialan. Pemasangan bleketepe juga menjadi doa agar acara pernikahan berjalan lancar serta terbebas dari hal jahat dan buruk.

5. Harapan kebahagiaan dan kemuliaan

Selain bleketepe, biasanya di sekitarnya juga dipasang hiasan-hiasan lainnya, seperti janur, daun alang-alang, daun opo-opo, dan pisang raja. Hiasan-hiasan ini juga memiliki makna tersendiri.

Sebagai informasi, janur kuning melambangkan cita-cita yang tinggi, daun alang-alang sebagai simbol rintangan, daun opo-opo merupakan harapan agar tidak terjadi hal buruk selama prosesi pernikahan maupun kehidupan mendatang. Sementara dua tundun pisang raja bermakna harapan agar pengantin dapat diberikan kemakmuran dan kemuliaan seperti raja.

Demikian penjelasan mengenai makna pemasangan bleketepe yang akan dilaksanakan dalam acara Dhaup Ageng mendatang. Semoga bermanfaat, Dab!




(dil/rih)

Hide Ads