Kisah Pelik Retno Dumilah Dipersunting Panembahan Senopati

Kisah Pelik Retno Dumilah Dipersunting Panembahan Senopati

Steffy Gracia - detikJogja
Selasa, 19 Des 2023 13:34 WIB
Panembahan Senopati
Panembahan Senopati (Foto: dok. Kundha Kabudayan)
Jogja -

Dalam legenda yang dipenuhi mitos dan romantika, kisah cinta dan pernikahan sering kali menjadi pusat perhatian. Salah satu cerita yang pelik adalah kisah tentang Retno Dumilah yang dipersunting oleh Panembahan Senopati.

Mengutip laman Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Panembahan Senopati adalah raja pertama Kerajaan Mataram Islam. Pada masa kepemimpinannya, Mataram Islam mengalami kejayaan dan berusaha menaklukkan berbagai wilayah termasuk Madiun yang saat itu memiliki Retno Dumilah sebagai Senopati Perang.

Bagaimana kisah cinta antara Retno Dumilah dan Panembahan Senopati yang melibatkan intrik politik, keberanian, kebijaksanaan, dan juga inspirasi ini? Simak artikel berikut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kisah Retno Dumilah

Retno Dumilah adalah seorang perempuan cerdas dan trengginas. Ia merupakan seorang putri bupati Pangeran Timoer, sehingga menjadi sosok perempuan yang disegani. Retno Dumilah pun juga mengembun tugas sebagai bupati setelah ayahnya selesai bertugas.

Retno Dumilah kemudian harus berhadapan dengan kekuasaan yang lebih besar, yakni Kerajaan Mataram Islam. Ada sebuah kebijakan dari Mataram Islam yang menjadikan wilayah Demak berada dalam kekuasaannya. Sasaran utama Mataram Islam adalah Kabupaten Madiun.

ADVERTISEMENT

Kebijakan menguasai Madiun ditolak oleh Pangeran Timoer, maka terjadilah serangan Mataram Islam ke Madiun selama dua kali di tahun 1586 dan 1587. Saat itu, Kerajaan Mataram dipimpin oleh Panembahan Senopati, yang merupakan putra sulung dari pasangan Ki Ageng Pamanahan dan Nyai Ageng Pamanahan.

Kerajaan Mataram Islam pada masa pemerintahan Panembahan Senopati merupakan sebuah kerajaan agraris yang beribukota di Kotagede. Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Mataram Islam tumbuh menjadi kerajaan yang besar.

Retno Dumilah sebagai Senopati Perang Madiun saat itu sangat sulit ditaklukkan oleh Mataram Islam. Kedua belah pihak banyak kehilangan para prajurit terbaiknya. Merasa prihatin banyak rakyat yang menderita, Retno Dumilah ditantang Panembahan Senopati untuk perang tanding teter satu lawan satu atau siapa yang kalah harus tunduk kepada pemenangnya.

Perang tanding itu sangat sengit, meski sudah menggunakan keris Kyai Gumarang milik Panembahan Senopati, Retno Dumilah sangat sulit dikalahkan. Panembahan Senopati berpikir apabila Retno Dumilah bisa ditaklukkan, nanti bisa menjadi andalan bagi Kerajaan Mataram.

Dengan strategi dan siasat jitu, Panembahan Senopati merayu Retno Dumilah menjadi istrinya. Rayuan Senopati yang berwajah tampan dan tegap dapat menaklukkan hati Retno Dumilah.

Akhirnya Retno Dumilah menerima kekalahan daripada rakyat dan prajuritnya habis. Hal ini juga terjadi dikarenakan Panembahan Senopati datang ke Madiun bukan untuk menaklukkan Madiun, melainkan ingin mempersatukan darah Mataram dan darah Demak agar dapat menjadi satu kesatuan kerajaan.

Kisah cinta dan bersatunya Panembahan Senopati dan Retno Dumilah kemudian diabadikan dalam sebuah tarian yang bernama Tari Bedhaya Bedah Madiun, yang diciptakan oleh Mangkunegara IV. Mengutip pernyataan Dhian Rohmawati dalam skripsinya yang berjudul "Kajian Nilai Estetis Tari Bedhaya Bedhah Madiun di Pura Mangkunegaran Surakarta", tarian ini ditarikan oleh tujuh penari perempuan.

Tujuh penari melambangkan tujuh kesempurnaan hidup: Khayu (hidup), Nur (cahaya), Roh (sukma), Sir (rasa), Nafsu (angkara), Akal (budi), dan Jasad (badan).

Itulah kisah pelik Retno Dumilah yang dipersunting oleh Panembahan Senopati. Semoga bermanfaat, Dab!

Artikel ini ditulis oleh Steffy Gracia peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.




(rih/aku)

Hide Ads