Bathara Katong adalah salah satu anak dari Brawijaya V dari selirnya. Bathara Katong menjadi tokoh yang berpengaruh dalam menyebarkan Islam di wilayah Madiun dan Ponorogo.
Bathara Katong adalah tokoh keturunan Majapahit yang cukup terkenal di wilayah Ponorogo. Ia menjadi Adipati pertama di Kadipaten Ponorogo yang terbentuk pada tahun 1496.
Bathara Katong juga dikenang sebagai salah satu nama stadion di Ponorogo yaitu Stadion Batoro Katong. Lantas, bagaimana biografi Bathara Katong? Simak informasi selengkapnya di bawah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Silsilah Bathara Katong
Melansir buku Madiun Dalam Kemelut Sejarah yang ditulis Ong Hok Ham, Bathara Katong adalah putra Raja Majapahit terakhir, yaitu Brawijaya V. Brawijaya V memiliki selir bernama Siu Ban Ci yang menjadi ibu dari Bathara Katong.
Bathara Katong memiliki nama lain Raden Alkali dan Joko Piturut. Bathara Katong adalah adik dari Raden Patah yang merupakan Sultan Kerajaan Demak. Bathara Katong pernah berguru kepada Sunan Kalijaga untuk mempelajari ilmu agama.
Membangun Kadipaten Ponorogo
Melansir buku Cerita rakyat dari Ponorogo, Jawa Timur yang ditulis Edy Santosa, Bathara Katong menjadi adipati di Ponorogo dengan gelar Adipati Panembahan Bathara Katong pada akhir abad ke-15. Ketika berdirinya Kadipaten Ponorogo, ada orang-orang yang tidak menyukainya.
Orang tersebut dikenal dengan sebutan warok yang artinya orang-orang sakti di Ponorogo. Para warok membuat kelompok untuk merencanakan penyerangan Kadipaten Ponorogo.
Melansir laman resmi Pemerintah Kabupaten Ponorogo, Kadipaten Ponorogo berdiri pada tanggal 11 Agustus 1496. Kadipaten Ponorogo adalah cikal bakal dari Kabupaten Ponorogo yang masih ada hingga saat ini.
Nama Ponorogo berasal dari hasil musyawarah Bathara Katong dengan Kyai Mirah, Selaaji, dan Joyodipo pada hari Jum'at saat bulan purnama. Dalam musyawarah tersebut telah disepakati nama kota yang dibentuk adalah 'Pramana Raga' yang semakin lama berubah menjadi Ponorogo.
Melawan Pengganggu Kekuasaan
Salah satu orang yang mengganggu kekuasaan Bathara Katong adalah Ki Demang Suryangalam. Bathara Katong mengajak Patih Selaaji dan Kiai Ageng Mirah untuk bermusyawarah. Kiai Ageng Mirah mengusulkan agar Bathara Katong menyamar jadi seorang pemuda biasa agar dapat bertemu Ki Demang Suryangalam.
Bathara Katong akhirnya memutuskan untuk menyamar sebagai Jaka Piturun dan bertemu Ki Demang Suryangalam untuk mempelajari kesenian reog dan kuda lumping. Selama berlatih, terdapat anak perempuan Ki Demang Suryangalam bernama Niken Gandini yang menemani Bathara Katong.
Bathara Katong akhirnya jatuh cinta kepada Niken Gandini. Kemudian ia menghasut Niken Gandini agar mengambil kedua pusaka sakti milik Ki Demang Suryangalam.
Ketika Niken memberi dua keris milik ayahnya kepada Bathara Katong, Bathara Katong langsung berlari membawa pergi dua keris itu. Niken Gandini terkejut dan berteriak memanggil ayahnya.
Ki Demang Suryangalam akhirnya mengejar Bathara Katong yang berlari menuju Kadipaten Ponorogo. Sesampainya di Ponorogo, Patih Selaaji menyiapkan pasukan untuk menangkap Ki Demang Suryangalam.
Ki Demang Suryangalam yang telah mengetahuinya mulai melarikan diri dan melawan semampunya. Sayangnya, Ki Demang Suryangalam terkena tombak hingga membuatnya meninggal. Bathara Katong akhirnya kembali menguasai Kadipaten Ponorogo dengan tentram.
Anak-anak dari Ki Demang Suryangalam bernama Niken Gandini, Surohandoko, dan Suromenggolo akhirnya menjadi tokoh di Kadipaten Ponorogo. Niken Gandini menjadi istri Bathara Katong, Surohandoko menjadi demang di Surukubeng, dan Suromenggolo menjadi pengawal pribadi Bathara Katong.
Menyebarkan Islam
Melansir buku Madiun Dalam Kemelut Sejarah yang ditulis Ong Hok Ham, kisah Bathara Katong tercantum pada Babad Ponorogo. Bathara Katong menjadi pahlawan dan penyebar agama Islam yang terkenal di daerah Madiun-Ponorogo.
Bathara Katong menjadi sosok yang tunduk pada raja Islam pertama di Jawa yaitu Sultan Demak dan menjadi seorang muslim. Bathara Katong menjadi seorang wali yang menerima tugas dari Sultan Demak untuk mengislamkan penduduk di timur Gunung Lawu yang kebanyakan masih beragama Buddha.
Bathara Katong berhasil menyiarkan agama Islam hingga banyak yang pindah agama. Bathara Katong juga memiliki pasukan Islam dengan jumlah 140 orang yang pandai mengaji.
Kekuasaan Bathara Katong hingga Saat Ini
Peran Bathara Katong di daerah Madiun-Ponorogo juga memberi pengaruh bagi keturunannya. Pengaruh tersebut terlihat pada bidang politik di daerah ini.
Bupati-bupati daerah Madiun-Ponorogo banyak yang mengklaim sebagai keturunan langsung Bathara Katong. Begitu juga daerah Madiun ke arah selatan termasuk Ponorogo dan Pacitan dianggap sebagai wilayah kekuasaan Bathara Katong.
Demikianlah kisah Bathara Katong, Putra Brawijaya V yang menjadi sosok berpengaruh dalam penyebaran Islam dan murid Sunan Kalijaga. Semoga bermanfaat, Lur!
Artikel ini ditulis oleh Anandio Januar peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.
(rih/sip)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Reunian Jokowi di Fakultas Kehutanan UGM demi Meredam Isu Ijazah Palsu