Tentang Bregada Wirabraja, Prajurit Keraton Jogja Berjuluk 'Lombok Abang'

Tentang Bregada Wirabraja, Prajurit Keraton Jogja Berjuluk 'Lombok Abang'

Mahendra Lavidavayastama, Jihan Nisrina Khairani - detikJogja
Rabu, 01 Nov 2023 11:17 WIB
Bregada Prajurit Wirabraja
Bregada Prajurit Wirabraja (Foto: dok. Keraton Jogja)
Jogja -

Keraton Jogja memiliki 10 pasukan yang diberi nama bregada. Salah satu pasukan itu bernama Bregada Wirabraja yang berada di wilayah Wirobrajan.

Dulunya Bregada Wirabraja ini digunakan Sultan untuk menghadapi VOC Belanda. Namun sekarang, prajurit ini digunakan untuk upacara seremonial saja.

Pemerhati budaya yang juga anggota Bregada Ketanggungan, Wuryanto (65) menjelaskan Prajurit Wirabraja dibentuk oleh Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Pasukan ini berawal) Dari pecahnya Kerajaan Mataram yang jadi Keraton Surakarta dan Jogja dari Perjanjian Giyanti itu. Pangeran Mangkubumi ini minta untuk dibuat pasukan yang diberi nama bregada atau prajurit, terutama yang (prajurit) Wirabraja itu bertempat tinggal di Wirobrajan," kata Wuryanto kepada detikJogja, Senin (30/10/2023).

Kata wirabraja sendiri berasal dari kata wiro dan braja. Arti dari kata wiro adalah berani, sedangkan braja bermakna tajam. Oleh karenanya, prajurit Wirabraja selalu bersikap tak gentar dalam melindungi wilayah Keraton .

ADVERTISEMENT

"Kata wirabraja berasal dari kata wiro yang berarti berani, kemudian braja itu tajam, berani karena tajam panca indranya. Kemudian dinamakan pasukan Wirobrajan artinya mereka berani dalam melawan musuh VOC dan mereka pantang menyerah," terang pensiunan guru di SMA Muhammadiyah 1 dan SMAN 11 serta 4 ini.

Berjuluk Prajurit Lombok Abang

Bregada ini memiliki ciri khusus seragam yang berwarna merah terang sehingga juga disebut sebagai prajurit lombok abang. Selain itu, mereka juga mengenakan atribut lain, seperti topi dan celana dengan warna yang sama.

"Topi berbentuk cabe merah, blangkon motif batik Himakrendha, baju sikepan, celana selutut warna merah, baju dalam putih, sayak rempelan, lonthong cindhe kembang pakai timang, keris warangka branggah, kaos kaki putih selutut, sepatu pantofel hitam," jelas Wuryanto menerangkan seragam identitas prajurit Wirabraja.

Patung Prajurit Lombok Abang di Wirobrajan, Senin (30/10/2023).Patung Prajurit Lombok Abang di Wirobrajan, Senin (30/10/2023). Foto: Mahendra Lavidavayastama/detikJogja

Lebih lanjut, bendera bregada tersebut dinamai Gula Klapa yang dipasang pada tombak bernama Kiai Slamet dan Kiai Santri. Wuryanto menyampaikan filosofi dari toponimi bendera tersebut yang sarat akan makna.

"Gula Klapa berasal dari kata gula dan kelapa. Gula yang dimaksud adalah gula jawa yang berwarna merah, sedang kelapa berwarna putih. Klebet ini memiliki makna bahwa Wirabraja adalah pasukan yang berani membela kesucian dan kebenaran," jelas dia.

Penempatan wilayah bregada yang disesuaikan dengan nama pasukan di sekitar Keraton Jogja sendiri dapat dimaknai sebagai bentuk kekhawatiran Hamengku Buwono I terhadap Belanda.

"Mereka berada di wilayah-wilayah yang lain, misalnya (Pasukan) Wirobraja wilayah utara, Ketanggung di Ketanggungan sebelah selatan, Prajurit Bugis di Bugisan. Kemudian sebelah sana ada Mantrijeron, Surakarsa di Surokarsan. Penempatan itu karena HB I khawatir kalo nanti prajurit itu digunakan untuk (melawan) Belanda yang menguasai di jogja," ucap pemerhati budaya itu.

"Perlawanan pertama (Pangeran) Mangkubumi (melawan Belanda) itu memang menggunakan bregodo," katanya menambahkan.

Bagi Wirabraja, penempatan di daerah yang sekarang bernama Wirobrajan karena wilayah itu merupakan akses vital utama dari luar jika ingin masuk ke wilayah Keraton Jogja.

"Mungkin salah satunya karena area yang jadi pintu masuk utama dari Jakarta, jalur provinsi dari jalan wates dari mana-mana lewatnya daerah Wirobrajan dulu. Mungkin itu (alasan penempatan pasukan)," ucap Wuryanto.

Selengkapnya di halaman berikut.

Saat ini, fungsi dari Bregada Wirabraja telah berubah seiring perkembangan zaman. Mereka hanya ditugaskan sebagai pendamping ketika upacara-upacara seremonial, misalnya Gunungan.

"Fungsi prajurit di keraton sekarang untuk mendampingi kalo ada Gunungan, keluar dan upacara-upacara seremonial. Untuk pertahanan nggak," lanjutnya.

Upaya Nguri-uri Budaya di Kampung Wirobrajan

Berangkat dari penamaan bregada prajurit keraton ini, warga Kampung Wirobrajan berinovasi untuk memiliki pasukannya sendiri yang terdiri dari masyarakat sekitar. Perkumpulan ini ditujukan sebagai wadah kreativitas dan kerap kali diundang setiap ada perlombaan.

"Adanya mereka yang peduli dan pengin melestarikan budaya kakek nenek moyang. Kemudian kita punya seragam sewaktu-waktu misalnya untuk upacara bendera kemantren, untuk lomba, atau ada kegiatan apa setiap ada momentum-momentum tertentu, disiapkan Bregada Wirabraja kampung sini," ujar bapak tiga anak itu.

Sebagai informasi, di Kemantren Wirobrajan sendiri memiliki empat pasukan keraton yang tersebar di tiga kelurahan. Dua di antaranya berada di Kelurahan Wirobrajan, yakni Bregada Wirabraja dan Ketanggung.

"Kalo di Kecamatan Wirobrajan ada empat bregada yang berdiri di sini, ada empat kelompok. Di sebelah (Kelurahan) Patangpuluhan sana ada namanya Prajurit Patangpuluh, kemudian Prajurit Bugis. Kelurahan Wirobrajan punya dua bregada yaitu, Bregada Wirabraja dan Ketanggung, yang dijadikan nama kampung. Di Kelurahan Pakuncen sementara ini tidak ada," katanya.

Patung Prajurit Lombok Abang di Wirobrajan, Senin (30/10/2023).Patung Prajurit Lombok Abang di Wirobrajan, Senin (30/10/2023). Foto: Mahendra Lavidavayastama/detikJogja

Saat ini Kampung Wirobrajan tak hanya dikenal sebagai tempat tinggal prajurit keraton. Terdapat dua sentra industri yang dikembangkan di Kampung Wirobrajan, yakni industri tahu dan industri longsong yang menjadi sumber perekonomian warga sekitar.

"Ada dua sentra industri di sini. Kampung industri satu itu industri tahu berada di wilayah RW 7 RT 35. Kemudian industri longsong, itu wadah dari bekas kertas semen. Ya kita ada dua itu yang dimunculkan," tutur dia.

Wuryanto berharap bisa menanamkan kepribadian dari para prajurit untuk menurunkan prinsip-prinsip budaya kepada generasi muda, Tujuannya agar generasi muda memiliki perilaku yang luhur.

"Ya memang sekarang dengan anak-anak antusias, kita menanamkan kepribadian (kepada anak-anak) dari sikap para pejuang-pejuang kita. Jadi kami memang isinya budaya, kita orang-orang yang berbudaya paling tidak sikap perilaku kita berbudi luhur," pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh Mahendra Lavidavayastama dan Jihan Nisrina Khairani Peserta program magang bersertifikat kampus merdeka di detikcom.

Halaman 2 dari 2
(ams/dil)

Hide Ads