Keraton Jogja kembali menggelar Yasa Peksi Burak, tradisi upacara peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW, hari ini. Acara dilangsungkan di Bangsal Sekar Kedhaton dan Kagungan Dalem Masjid Gedhe.
Dikutip dari laman resmi Keraton Jogja, Peksi Burak yakni sebuah simbolisasi Buraq yang ditunggangi Nabi Muhammad SAW saat naik ke langit ketujuh untuk menerima perintah Solat dari Allah SWT. Peksi sendiri dalam bahasa Jawa, berarti burung.
Peksi Burak dirangkai dari potongan kulit jeruk bali yang dibentuk menyerupai kepala, leher, badan, dan sayap buraq. Peksi Burak kemudian disusun di atas pohon buatan yang terbuat dari rangka bambu menyerupai guci setinggi 1 meter. Pohon buah ini disusun dari rangkaian 8 jenis buah-buahan seperti pisang raja, rambutan, manggis, jeruk, apel, sawo, jeruk bali, salak, serta untaian tebu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Bagian atasnya ditutup dengan rimbunan daun kemuning yang dihiasi bunga patra menggala berwarna merah, kuning, dan oranye. Pohon buah dibuat sepasang, untuk masing-masing Peksi Burak jantan dan betina. Untuk membedakan, Peksi Burak betina ditandai dengan paruhnya yang dipoles warna merah.
"Peksi Burak diwujudkan pada saat Nabi Muhammad tindhak langit ketujuh menggunakan Peksi Burak, itu digambarkan seperti itu," jelas Kahartakan 1 Urusan Pengulon Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Sarihartoko Dipuro saat ditemui wartawan di Dalem Pangulon, Minggu (26/1/2025).
Upacara Yasa Peksi Burak terdiri dari tiga bagian, pertama pembuatan miniatur burung Peksi Burak, arak-arakan rangkaian Peksi Burak dan kelengkapannya dari Kedhaton menuju Masjid Gedhe, dan puncak acara berlangsung pengajian di Kagungan Dalem Masjid Gedhe.
Kanjeng Sarihartoko menjelaskan, rangkaian tradisi yang sudah ada sejak zaman Sri Sultan Hamengku Buwono I ini dimulai dari acara di Kedhaton yang digelar tertutup untuk umum, yakni penyusunan Peksi Burak.
![]() |
Kemudian selepas asar, Peksi Burak dibawa dari Kedhaton oleh para kanca Suranata ke Kagungan Dalem Serambi Masjid Gedhe. Dilanjutkan prosesi serah terima ke Urusan Pengulon.
"Terus malamnya pembacaan risalah Isra Mikraj, dibacakan kurang lebih satu jam," paparnya.
Berbeda dengan prosesi Grebeg Idul Fitri, Idul Adha, atau Maulid Nabi, yang mana selesai acara gunungan bisa dirayah warga masyarakat, Peksi Burak hanya dibagikan ke abdi dalem usai rangkaian acara.
"Uba rampe setelah pembacaan risalah selesai, nanti dibagikan ke seluruh abdi dalem, bukan untuk umum," pungkas Kanjeng Sarihartoko.
(rih/rih)
Komentar Terbanyak
Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Ramai Dikritik, Begini Penjelasan PPATK
Kasus Kematian Diplomat Kemlu, Keluarga Yakin Korban Tak Bunuh Diri
Akhir Nasib Mobil Vitara Parkir 2,5 Tahun di Jalan Tunjung Baru Jogja