Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar Hajad Dalem Garebeg Mulud dalam rangka peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW hari ini. Warga berebut untuk mendapatkan ubarampe yang terpasang pada gunungan garebeg.
Pantauan detikJogja di lokasi acara di halaman Masjid Gedhe, Kauman, Kota Jogja, tampak iring-iringan 10 bregada prajurit Keraton yang mengawal lima gunungan berjalan masuk ke halaman Masjid Gedhe. Sesampainya di halaman Masjid, para abdi dalem berdoa dan diakhiri dengan perebutan gunungan atau rayahan oleh warga yang hadir.
Kahartakan (Bagian Keuangan) Urusan Pengulon Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, Mas Riya Sarihartakadipura menjelaskan ada lima gunungan yakni Gunungan Kakung, Gunungan Estri/Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Dharat, dan Gunungan Pawuhan yang diarak ke Masjid Gedhe. Sedangkan dua Gunungan Kakung lainnya diperuntukkan untuk Pura Pakualaman dan Kepatihan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi acara Garebeg Mulud dilaksanakan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat semenjak zaman Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) I," kata Mas Riya Sarihartakadipura kepada wartawan, Kamis (28/9/2023).
Dijelaskannya, kata Garebeg berasal dari bahasa Jawa yang memiliki arti berjalan bersama-sama di belakang Sultan (Ngarsa Dalem) atau orang yang dipandang seperti Ngarsa Dalem.
![]() |
"Dengan Maulud Nabi ini mengajak semua khalayak untuk bersama-sama menghormati kelahiran Beliau (Nabi Muhammad SAW), dengan harapan kelak di akhirat mendapat syafaat dan di dunia mendapat keberkahan. Kira-kira demikian tujuan pokok instruksi dari HB I untuk dilestarikan peringatan Maulud Nabi," imbuhnya.
Garebeg Mulud menarik masyarakat untuk hadir langsung. Tak sedikit masyarakat dari luar Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang datang untuk ikut rayahan gunungan. Menurutnya, kebanyakan dari mereka bekerja sebagai petani.
"Masyarakat pada umumnya sudah dengan sugestinya banyak yang sampai menginap di sini. Seperti dari Temanggung dan Boyolali dua bus pengin ngrayah gunungan karena ingin mengalap berkah, memang semua dari Yang Maha Kuasa yang memberikan," ucapnya.
"Lalu ada yang dari Wonosobo harus membawa rengginang. Karena katanya tetua di Wonosobo kalau di Keraton ada Garebeg harus ke sana, agar nenek moyang tenteram kalau ada bawaan dari Keraton Jogja," imbuhnya.
Sementara itu, Pengirit Urusan Pengulon Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, KRT Zhuban Hadiningrat menambahkan, setiap event terutama yang bersifat ritual itu mengandung suatu keberkahan.
"Apa sih keberkahan? Ternyata keberkahan itu 'makhluk' Tuhan yang tidak kasat mata dan mereka akan diberikan kepada siapa yang dikehendaki," ujarnya.
Selengkapnya di halaman selanjutnya
Salah satu peserta rayahan gunungan Garebeg Mulud asal Pakis, Magelang, Sutarno (38) mengaku sudah datang sejak Rabu (27/9) malam. Selanjutnya Sutarno menginap di sekitar Masjid Gedhe.
"Saya ke sini sejak kemarin, terus ke Masjid Gedhe dari jam 08.00 WIB. Tujuannya untuk merayah gunungan Garebeg Mulud karena setiap tahun saya selalu ikut," kata Sutarno.
Dalam rayahan kali ini, Sutarno mengaku mendapatkan beberapa batang bambu yang terpasang di gunungan. Sutarno mengaku bakal menancapkan batang bambu itu di ladangnya.
Warga dari Kalurahan Wunung, Kecamatan Wonosari, Gunungkidul, Kuwat (66) juga sengaja berangkat dari rumahnya pukul 06.00 WIB menggunakan mobil.
"Datang pagi tadi 06.00 WIB, sampai sini jam 08.00 WIB sama keluarga. Tujuannya ya mau ikut rayahan gunungan dan tadi dapat pring (bambu) dan gedebog (batang pisang)," ucap Kuwat. Rencananya, ubarampe yang ia dapat bakal ditancapkan di ladangnya.
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Bawa Koin 'Bumi Mataram' ke Sidang Hasto: Kasus Receh, Bismillah Bebas
PDIP Jogja Kembali Aksi Saweran Koin Bela Hasto-Bawa ke Jakarta Saat Sidang