Menakar Pasaran Harga Tanah Bantul, Termahal di 3 Kapanewon Ini

Menakar Pasaran Harga Tanah Bantul, Termahal di 3 Kapanewon Ini

Pradito Rida Pertana - detikJogja
Rabu, 22 Mei 2024 16:08 WIB
Ilustrasi perumahan
Ilustrasi perumahan. Foto: dok. Kanmuri
Bantul -

Real Estate Indonesia (REI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut pengembang sudah tidak bisa lagi membuat rumah murah di Kota Jogja. Sebab, harga tanah di Kota Jogja sudah tidak memungkinkan untuk digunakan membangun perumahan bersubsidi.

Salah satu pilihannya adalah membangun perumahan di kabupaten sekitar. Kabupaten Bantul adalah salah satunya.

Kendati demikian, tidak semua wilayah di Bantul bisa menjadi lokasi pembangunan rumah murah. Sebab, ada beberapa kapanewon yang memiliki harga pasar tanah cukup tinggi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan dan Penetapan BPKPAD Kabupaten Bantul, Anggit Nur Hidayat, mengatakan harga tanah termahal hitungannya per meter persegi. Sedangkan berbicara nilai tanah per meter persegi yang tinggi di Bantul adalah di lingkungan aglomerasi.

"Kalau aglomerasi itu di Kapanewon Banguntapan, Kasihan, dan Sewon. Jadi nilai pasar tanah paling tinggi di tiga kapanewon yaitu Banguntapan, Kasihan, dan Sewon karena masuk wilayah aglomerasi," kata Anggit saat ditemui di ruang kerjanya, kompleks Parasamya Kantor Bupati Bantul, Rabu (22/5/2024).

ADVERTISEMENT

Anggit melanjutkan nilai tanah yang mahal barometernya ring road. Menurutnya, sebenarnya harga tertinggi bukan ring road namun pinggir Jalan Gedongkuning yang saat ini nilai pasar tanahnya mencapai Rp 6 juta per meter persegi.

"Merujuk data ketika penawaran, di ring road timur, Banguntapan, dan Maguwoharjo sudah Rp 6 juta. Lalu di pinggir jalan ring road sekitar UMY, Tamantirto, Kasihan penawarannya sampai Rp 5 juta hingga Rp 6 juta per meter persegi," ujarnya.

"Kemudian ring road masuk Sewon masih Rp 4 juta penawarannya. Kemudian masuk lagi ke Jalan Bantul masih Rp 4 juta sampai Rp 5 juta per meter. Itu di pinggir jalan ya, kalau masuk-masuk itu beda lagi harganya," lanjut Anggit.

Menurut Anggit, banyak faktor yang mempengaruhi nilai pasar tanah di Bantul. Di antaranya seperti lokasi, bentuk hingga luasan tanah.

"Range (kisaran) harga tanah di Bantul berbeda-beda per wilayah. Tepi jalan dan belakang sudah drastis apalagi yang tidak ada akses jalan. Kalau pinggir jalan masuk itu nilai pasar Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta per meter. Kalau pekarangan di bawah Rp 1 juta masih ada," ucapnya.

Terkait nilai pasar tanah terendah di Bantul, pria berkacamata ini menyebut Kapanewon Dlingo. Mengingat di Dlingo masih ada tanah yang dipatok ratusan ribu rupiah per meter perseginya.

"Kalau paling rendah harga tanah di Dlingo, masih ada yang ratusan ribu per meter persegi. Khususnya di pegunungan yang tidak ada akses jalan, tapi banyak juga yang beli karena ditanami jati untuk investasi," katanya.

Anggit juga mengungkapkan saat ini di Kapanewon Pundong sudah banyak pengembang perumahan yang masuk. Hal itu membuktikan jika stigma Pundong merupakan daerah rawan gempa mulai terkikis.

"Stigma rawan gempa di sana sudah hilang. Karena di sana juga sudah ada pengembang perumahan masuk," ujarnya.

Lebih lanjut, untuk kapanewon yang perkembangan propertinya terbilang pesat ada di Sedayu, Bantul. Namun, Anggit mengaku tidak tahu secara pasti nilai pasar tanah di Sedayu.

"Kalau di pesisir selatan malah tidak rendah, meningkat di sana itu nilai pasar tanahnya karena ada JJLS (jalur jalan lintas selatan). Tepi JJLS sekarang kalau di penawaran sudah mencapai Rp 1 juta lebih per meter persegi, padahal dulu Rp 300 ribu. Jadi progres dari JJLS itu berpengaruh besar," ucapnya.




(ahr/ams)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikjogja

Hide Ads