Developer Mustahil Bangun Rumah Bersubsidi di Jogja, Ternyata Ini Masalahnya

Ilustrasi rumah subsidi. Foto: Getty Images/iStockphoto/Wipada Wipawin

Jogja -

Dewan Pengurus Daerah (DPD) Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengungkap kesulitan mengembangkan rumah subsidi di kawasan Kota Jogja. Hal itu karena mahalnya harga tanah.

"Di sisi lain harga tanah di Jogja tinggi. Padahal tanah itu komponen utama kita membentuk harga rumah, itu komponennya hampir 40 persen. Jadi kalau komponen 40 persen saja sudah sangat tinggi tentu kita tidak mungkin bisa men-supply itu (rumah subsidi)," kata Ketua DPD REI DIY, Ilham Muhammad Nur kepada wartawan, Senin (20/5/2024).

Ilham mengaku, pihaknya telah memberikan usulan ke pemerintah sejak tiga tahun lalu. Usulan tersebut adalah membedakan harga rumah subsidi di Jogja dengan wilayah se-Jawa.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) DIY, Ilham Muhammad Nur, Senin (20/5/2024). Foto: Pradito Rida Pertana/detikJogja

"Tetapi ketika Kementerian Keuangan dan Kementerian PUPR karena UMR kita rendah tidak mungkin. Kecuali kalau UMR-nya tinggi seperti di Jabodetabek itu kan harga subsidinya Rp 180 juta, di Jogja Rp 160 juta," katanya.

"Di luar Jabodetabek seluruh Jawa Rp 160 karena dasar hitungannya dari UMR. Kalau Jabodetabek kan rata-rata UMR kan di atas Rp 4 juta, tentu untuk harga Rp 180 masih bisa mengakses, sehingga hitungannya basic-nya dari UMR," imbuh Ilham.

Akan tetapi, Ilham menyebut rumah subsidi di DIY masih ada meski berada jauh dari Kota Jogja. "Ada (rumah subsidi) di Gunungkidul tapi itu bukan REI, asosiasi lain yang mengembangkan," ujarnya.

Ilham menambahkan, dengan kondisi UMR di DIY, keberadaan rumah subsidi sebetulnya membantu masyarakat untuk memiliki tempat tinggal.

"Keprihatinan yang tentu saja tidak hanya dari sisi kami, kami pun merasa sebagai pengusaha di bidang developer tidak bisa mencukupi atas kebutuhan pada tingkat yang paling dasar tadi atau masyarakat dengan gaji UMR," ujarnya.

"Kita perlu dukungan semua pihak supaya itu bisa ada solusi. Karena memang UMR di Jogja itu relatif paling rendah, nomor dua se-nasional. Hal itu tentu menyulitkan kita untuk bisa memberi supply (menyediakan) kepada masyarakat terkait rumah subsidi," ujarnya.