Di wilayah Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdapat industri batik yang masih bertahan sampai saat ini. Industri itu tepatnya berada di Tirto, Kalurahan Triharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul.
Adalah Mugiyo Budi Harjana (58) yang berusaha sekuat tenaga untuk mempertahankan industri batik di tengah berbagai permasalahan yang ada. Mugiyo pun menceritakan kembang kempis usaha batiknya sampai saat ini.
Berkecimpungnya Mugiyo di industri batik tidak lain adalah ingin tetap bertahan di desanya tanpa harus mencari pekerjaan ke Kota Jogja. Hal ini karena tidak sedikit tetangga Mugiyo yang memilih ke Jogja untuk membatik, termasuk ibu Mugiyo sendiri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Awalnya kita sebenarnya di kanan kiri banyak pembatiknya. Sedangkan ibu saya sendiri dulu pernah membatik tapi hanya buruh," katanya kepada detikJogja, Kamis (26/10/2023).
Setelah menyelesaikan bangku sekolah, Mugiyo berkeinginan untuk mengembangkan usaha batik di Tirto. Semua itu agar masyarakat, khususnya yang berprofesi sebagai pembatik, tidak perlu lagi mengeluarkan biaya untuk bekerja sampai ke Kota Jogja.
"Terus saya punya pemikiran kalau itu dikembangkan sendiri, di wilayah kita sendiri tanpa harus kehilangan biaya untuk urbanisasi di Jogja. Jadi sifatnya pemberdayaan yang ada di sekitar aja," ucapnya.
![]() |
Berikan Pelatihan
Selanjutnya, Mugiyo mulai mengajak tetangganya dan memberikan pelatihan. Menurutnya, ada banyak tantangan saat mengajak tetangganya menjadi rekan kerja.
"Kalau relasi dengan tetangga itu saat tetangga punya gawe semua libur tanpa pamit, padahal terkadang ada orderan banyak. Tapi saya maklumi karena hidup kan harus bersosial, jadi setelah itu kalau ada takziah atau tetangga punya gawe mending saya liburkan saja," ucapnya.
Hingga akhirnya Mugiyo memulai usaha batiknya tahun 2005 dengan mengandalkan batik tulis dan batik kombinasi atau perpaduan batik cap dan tulis.
"Saat itu saya merekrut warga sekitar dan memberikan pelatihan. Terus tahun 2005 mulai usaha batik dan penjualannya sampai Tamansari dan Bali," ujarnya.
Dihantam Gempa Jogja 2006
Namun, semua itu hanya berlangsung sebentar karena gempa bumi yang terjadi pada Mei 2006 silam juga membuat usahanya ikut meredup. Mugiyo pun berusaha bangkit dan mulai menjalankan usaha batiknya dengan mengikuti berbagai pameran.
"Sampai akhirnya kita sering diajak pameran ke luar negeri sama Kementerian Perdagangan. Hasil saya bisa membuka outlet batik di Jakarta," ucapnya.
![]() |
Pandemi COVID-19
Cobaan untuk perjuangan Mugiyo masih berlanjut. Usaha batik yang dirintisnya kembali mengalami kendala di tengah hantaman pandemi COVID-19. Kondisi ini membuat outlet batiknya di Jakarta tutup akibat terlalu banyak merugi. Di sisi lain, selama pandemi banyak pekerja yang memilih keluar akibat modal usaha Mugiyo semakin menipis.
"Terus daya berpikir bagaimana biar dapat modal, dan lihat teman-teman kok ada yang dapat bantuan modal dari Pertamina. Terus saya ajukan ke Pertamina tahun 2022 alhamdulillah disetujui dan saya dapat pinjaman Rp 100 juta," ujarnya.
Meski mendapatkan suntikan modal, Mugiyo kembali berpikir lagi cara membangun usahanya yang sempat mati suri. Sebab, dari 20 pekerja saat itu hanya tersisa lima orang saja.
"Kemarin sempat di atas 20 orang tapi karena pandemi tinggal lima orang. Untuk itu sekarang fokus ke bahan jarik, bahan baju dengan mengandalkan batik cap dan batik dengan pewarna alami," ucapnya.
Mugiyo pun mengaku jika penjualan batiknya saat ini mulai merangkak naik. Selain itu, bagi Mugiyo yang terpenting saat ini bisa kembali mempekerjakan lima orang tetangganya sehingga mendapatkan tambahan penghasilan.
"Kita bangganya bisa memberdayakan masyarakat sekitar untuk mendapatkan tambahan ekonomi dengan menggarap batik. Seperti yang dulu hanya merumput di sawah, ternak kambing, bertani, buruh bisa ada peningkatan dengan ikut saya," katanya.
Selengkapnya di halaman berikut.
"Kalau di Jakarta yang paling laris itu bahan batik dengan warna-warna alami, kalau du Jogja masih yang warna-warna ngejreng (mencolok) gitu," ucapnya.
Mugiyo berharap usahanya kali ini bisa terus merangkak naik. Pasalnya Mugiyo harus mencicil pinjaman untuk keberlangsungan usaha batiknya.
"Semoga bisa terus merangkak, meski kita tahu usaha batik ini kan naik turun juga. Tapi setidaknya saat ini setiap bulan omzet bisa tembus dua digit (puluhan juta), itu bukan untuk saya semua tapi kan untuk menggaji juga, bayar utang juga dan lain-lain," katanya.
Berharap Pemerintah Bantu UMKM
Selain itu, Mugiyo memiliki harapan khusus bagi pemerintah agar pelaku usaha batik sepertinya bisa terus bertahan. Mugiyo menilai Pemerintah seharusnya ikut membeli dan menjualkan produk hasil pelaku UMKM.
"Harapannya sekarang ya kepada pemerintah benar-benar melindungi aset budaya lokal yang tumbuh dari masyarakat kita. Jadi tradisi budaya tetap dilestarikan dengan cara pemerintah itu ikut membeli dan menjualkannya. Misalnya seragam haji kan bisa pesan batik cap, itu akan membantu pelaku UMKM khususnya batik," pungkasnya.
Simak Video "Video: Heboh 10 Nisan Makam di Bantul Dirusak OTK"
[Gambas:Video 20detik]
(apl/ams)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi