Terungkapnya Teka-teki Mayat Pemuda Penuh Luka di Wirobrajan Jogja

Terpopuler Sepekan

Terungkapnya Teka-teki Mayat Pemuda Penuh Luka di Wirobrajan Jogja

Tim detikJogja - detikJogja
Minggu, 07 Des 2025 08:52 WIB
Terungkapnya Teka-teki Mayat Pemuda Penuh Luka di Wirobrajan Jogja
4 terduga pelaku pembunuhan pria di Wirobrajan dihadirkan dalam jumpa pers di Mapolresta Jogja, Rabu (3/12/2025). Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Jogja -

Sesosok mayat pria ditemukan dengan kondisi penuh luka di Wirobrajan, Kota Jogja. Empat pelaku ditangkap, dengan motif berkaitan dengan korban yang tidak mampu membayar kos.

Kapolresta Jogja, Kombes Eva Gunda Pandia, menuturkan korban yang berinisial NP (25) diketahui pemilik rumah pada Senin (1/12) pagi di teras.

"Betul (ada penemuan mayat), diketahui pemilik rumah jam 5 pagi di teras rumah," ungkap Pandia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dia (korban) numpang di rumah itu. Aslinya orang Ngampilan, usia 25 tahun, inisial NP," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Pandia menerangkan bahwa jasad itu diduga korban pembunuhan. Pada tubuh korban, terdapat sejumlah luka.

"Siap (betul mayat diduga korban pembunuhan)," terang Pandia.

"Kondisi mayat itu mata kiri-kanan lebam, kepala bagian belakang ada sobekan karena diduga dipukul helm, jempol kaki pecah berdarah," tambah Pandia.

Berawal Anak-anak Hendak Pinjam Bola

Pada Senin malam, Ketua RT 40 Ketanggungan, Totok Yuniarto, mengungkapkan kronologinya. Ia menjelaskan rumah tersebut dihuni oleh warganya yang bernama Kirdi, yang biasa mengurusi sepakbola anak-anak di Lapangan Mancasan.

Ia membeberkan awalnya, pada Senin pagi ada sejumlah anak yang hendak meminjam bola di rumahnya Kirdi.

"Pak Kirdi kan memang pengurus sepakbola di lapangan ini (Mancasan), nah anak-anak sering titip bola (di rumah pak Kirdi). Kebetulan tadi sekitar jam 5 anak-anak mau pinjem bola," papar Totok.

"Nah ada mayat tergeletak, nah ramai lah itu. Terus diproses, dari Polsek, Polresta, baru sekitar jam 8 dibawa oleh ambulans. Prosesnya saya hanya tahu sampai situ," tuturnya.

Ia memastikan bahwa pria yang tergeletak itu bukanlah warganya.

"Anak itu bukan warga kami, saya juga tidak tahu, dia juga tidak tinggal di situ. Kalau tinggal di situ kan pasti laporan ke RT," terangnya.

Totok juga tidak mengetahui sejauh apa hubungan antara Kirdi dengan korban. Ia hanya mengungkap bahwa korban sesekali pergi ke rumah Kirdi.

"Yang punya rumah itu namanya Pak Kirdi. Pak Kirdi tinggal sendirian, mungkin untuk teman to dia (korban) sering ke situ, tapi anak itu tidak tinggal di situ. Hanya sesekali ke situ, kalau mau main ya mungkin sampai nginep," ungkapnya.

"(Hubungan Kirdi dan korban?) Mungkin ya hanya pertemanan ya, saya nggak tahu. Kan Pak Kirdi dekat sama anak-anak, ada yang sering titip motor di situ," sambung Totok.

4 Pelaku Ditangkap-Bermotif Terkait Bayar Kos

Pada Rabu (3/12), polisi merilis penangkapan empat pria yang menjadi pelaku penganiayaan dan menewaskan NP. Keempatnya masing-masing berinisial GS (23), ST (24), RM (23), dan RZ (18).

"Empat pelaku berhasil kita amankan terkait tindak pidana pengeroyokan yang menyebabkan korban meninggal dunia," terang Kapolresta Jogja Kombes Eva Guna Pandia dalam jumpa pers di Mapolresta Jogja, Rabu (3/12/2025) siang.

"Alhamdulillah tidak sampai 6 jam (dari penemuan) kita sudah mengantongi identitas pelaku dan langsung mengamankan dari lokasi yang berbeda," sambungnya.

Kasat Reskrim Polresta Jogja, Kompol Riski Adrian, kemudian menjelaskan bahwa keempat pelaku dan korban saling mengenal. Bahkan, bisa dibilang kelimanya merupakan teman main.

Masalah mulai timbul saat korban dan ibunya ngekos di rumah orang tua salah satu pelaku, ST, setahun lalu. Karena persoalan finansial, mereka tidak bisa membayar kos.

"Jadi sebenarnya, korban sama ibunya itu, mohon maaf ya, memang ekonominya (kurang mampu), dia itu pindah-pindah kos. Jadi 1 tahun yang lalu, karena tidak sanggup membayar lagi, akhirnya yang punya kos-kosan ini minta solusi lah sama Pak RT, Pak RW," beber Adrian.

Dari hasil musyawarah tersebut, korban dan ibunya diminta untuk pergi dari rumah orang tua ST. Ibu NP dititipkan ke panti sosial, sementara korban ditampung kenalannya, Kirdi atau Kirdiyono.

Adrian melanjutkan, karena kendala biaya, barang-barang korban dan ibunya tidak kunjung diambil dari rumah ST. ST sempat meminta korban untuk memindahkan barangnya, tetapi karena tidak dilakukan, ST pun kesal.

"Itu 1 tahun yang lalu. Namun mungkin karena kembali lagi ke masalah biaya, barang-barang mereka ini masih di kos-kosannya si kos ST. Jadi setiap ketemu, 'Eh, pindahin barangmu' (dijawab korban) 'ya nanti,' terus gitu," papar Adrian.

Penampakan teras rumah di Ketanggungan, Wirobrajan, Kota Jogja, TKP tempat penemuan mayat pagi tadi, Senin (1/12/2025).Penampakan teras rumah di Ketanggungan, Wirobrajan, Kota Jogja, TKP tempat penemuan mayat pagi tadi, Senin (1/12/2025). Foto: Adji G Rinepta/detikJogja

Dikeroyok di 2 Tempat

Pada Minggu (30/11) sore, ST bersama GS sempat berinisiatif mencari NP di rumah Kirdi. Namun, mereka tidak menemukannya.

Malam harinya, keduanya tidak sengaja bertemu dengan korban di Pasar Klithikan Pakuncen. Di situlah kedua pelaku menganiaya korban hingga tidak sadarkan diri.

"Di situ (Klithikan) akhirnya terjadi penganiayaan dan korban ini sempat pingsan, akhirnya di situ diusir sama masyarakat. Akhirnya dua orang tersangka ini membawa korban ke Jalan Sudagaran (Wirobrajan)," urai Adrian.

"Di situ rupanya ada kawan-kawan yang lain, termasuk ada dua orang tambahan tersangka itu. Setelah lakukan pemukulan seperti itu karena tidak sadarkan diri lagi, akhirnya dua orang tersangka plus dua orang lagi kawannya yang ikut, mengantarkan korban ke rumah pelapor," sambungnya.

Di tempat penganiayaan kedua, RM dan RZ sempat bertanya kenapa korban tampak babak belur. ST dan GS menjawab korban sudah mencuri topi di Pasar Klithikan. Sontak, keduanya terhasut hingga ikut mengeroyok NP.

"Kan dibawa nih sama dua orang pelaku ini, ST sama GS. Di sana (Sudagaran) kan sudah ada orang, orang-orang pun nanya, 'Ini kenapa ini?' (dijawab dua tersangka) 'Ini dia nyuri topi di Pasar Klithikan', jadi yang lain ikut (menganiaya)," papar Adrian.

"Sebenarnya banyak orang di situ, tapi yang lain nggak ngikut (menganiaya), cuma RM sama RZ. Kenal (semua kenal korban), sama pelaku juga kenal, sama korban kenal. Si RZ itu teman SD korban," tambahnya.

Ardian bilang, menurut keterangan dokter yang memeriksa jenazah korban, sesampainya di rumah pelapor korban belum meninggal dunia. Namun karena luka serius di kepala, akhirnya korban saat ditemukan Senin pagi sudah dinyatakan meninggal dunia.

"Kalau menurut keterangan dokter, karena di TKP itu masih bersimbah darah, artinya itu masih hidup, walaupun mungkin tidak sadarkan diri namun masih hidup katanya. Karena kalau posisi sudah meninggal, jantung kan tidak berfungsi lagi, otomatis darah di situ nggak terlalu banyak. Itu kemarin hasil forensiknya gitu," urainya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video KETIK: Kupas Tuntas JAFF 2025, Lebarannya Sinefil Indonesia"
[Gambas:Video 20detik]
(apu/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads