Otak Pembunuhan di Wirobrajan Tuduh Korban Nyolong untuk Hasut Pelaku Lain

Otak Pembunuhan di Wirobrajan Tuduh Korban Nyolong untuk Hasut Pelaku Lain

Adji G Rinepta - detikJogja
Rabu, 03 Des 2025 18:43 WIB
Otak Pembunuhan di Wirobrajan Tuduh Korban Nyolong untuk Hasut Pelaku Lain
4 terduga pelaku pembunuhan pria di Wirobrajan dihadirkan dalam jumpa pers di Mapolresta Jogja, Rabu (3/12/2025). Foto: Adji G Rinepta/detikJogja
Jogja -

Salah satu tersangka pengeroyok seorang pria berinisial NP (25) yang ditemukan tewas di teras rumah di Wirobrajan Kota Jogja, Senin (1/12) pagi, ternyata menghasut tersangka lain untuk ikut mengeroyok korban. Tiga pelaku lain dihasut dengan menuduh korban mencuri topi di Pasar Klithikan Pakuncen.

Diketahui, keempat tersangka pengeroyok korban antara lain GS (23), ST (24), RM (23), dan RZ (18). Kasat Reskrim Polresta Jogja, Kompol Riski Adrian, memaparkan pengeroyokan awalnya terjadi pada Minggu (30/11) oleh tersangka GS dan ST.

Pengeroyokan ini berawal saat dua tersangka GS dan ST mencari keberadaan korban di rumah pelapor. ST kesal karena sudah setahun korban tak juga mengambil barang kos di kosan miliknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu mereka hendak meminta korban mengambil barang-barangnya yang masih berada di kos milik orang tua ST. Namun dua tersangka itu tak menemukan korban di rumah yang kelak jadi tempat penemuan mayat korban itu.

ADVERTISEMENT

"Di situ akhirnya terjadi pemukulan dan penganiayaan. Karena di situ sudah dilakukan penganiayaan dan korban ini sempat pingsan, akhirnya diusir sama masyarakat," ungkap Adrian dalam jumpa pers di Mapolresta Jogja, Rabu (3/12/2025).

GS dan ST kemudian membawa korban yang tak sadarkan diri itu ke sebuah tempat di jalan Sudagaran Wirobrajan tempat teman-temannya berkumpul. Di situ, dua tersangka lain yakni RM dan RZ turut menganiaya korban.

Di tempat itu, kata Adrian, teman-temannya sempat menanyakan penyebab kenapa korban terlihat babak belur. Oleh GS dan ST, korban disebut telah mencuri topi di pasar Klithikan. Ungkapan dua tersangka itu sontak membuat dua tersangka lain terhasut.

"Kan dibawa nih sama dua orang pelaku ini, ST sama GS. Di sana (Sudagaran) kan sudah ada orang, orang-orang pun nanya, 'Ini kenapa ini?' (dijawab dua tersangka) 'Ini dia nyuri topi di Pasar Klithikan', jadi yang lain ikut (menganiaya)," papar Adrian.

"Sebenarnya banyak orang di situ, tapi yang lain nggak ngikut (menganiaya), cuma RM sama RZ. Kenal (semua kenal korban), sama pelaku juga kenal, sama korban kenal. Si RZ itu teman SD korban," sambungnya.

RM dan RZ yang terhasut ungkapan GS dan ST pun turut menganiaya korban yang sudah lemas tak sadarkan diri. Menurut Adrian, RM dan RZ menganiaya dengan tangan dan kakinya.

"Setelah melakukan pemukulan seperti itu karena tidak sadarkan diri lagi, akhirnya dua orang tersangka plus dua orang lagi kawannya yang ikut, mengantarkan korban ke rumah pelapor," ujar Adrian.

Ardian bilang, menurut keterangan dokter yang memeriksa jenazah korban, sesampainya di rumah pelapor korban belum meninggal dunia. Namun karena luka serius di kepala, akhirnya korban saat ditemukan Senin pagi sudah dinyatakan meninggal dunia.

"Kalau menurut keterangan dokter, karena di TKP itu masih bersimbah darah, artinya itu masih hidup, walaupun mungkin tidak sadarkan diri namun masih hidup katanya. Karena kalau posisi sudah meninggal, jantung kan tidak berfungsi lagi, otomatis darah di situ nggak terlalu banyak. Itu kemarin hasil forensiknya gitu," urainya.

Hingga pada akhirnya, pemilik rumah, Kirdiyono menemukan korban sudah tak sadarkan diri bersimbah darah di teras rumahnya Senin pagi. Ia kemudian melaporkan kejadian ini ke kepolisian.




(afn/apu)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads