- Puasa Tasua dan Asyura 2025 Tanggal Berapa? Ini Jadwalnya 1. Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 2025 Versi Pemerintah 2. Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 2025 Versi NU 3. Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 2025 Versi Muhammadiyah
- Bacaan Niat Puasa Tasua dan Asyura 1. Niat Puasa Tasua 2. Niat Puasa Asyura
- Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura
- Bolehkah Puasa Tasua dan Asyura tapi Belum Qadha Ramadhan?
Pada bulan Muharram, terdapat dua puasa sunnah yang sangat dianjurkan, yaitu Tasua dan Asyura. Keduanya dikerjakan pada tanggal yang sudah ditentukan secara syariat. Untuk meraih keutamaannya, tentu kita perlu memahami puasa Tasua dan Asyura 2025 tanggal berapa, mengingat adanya perbedaan antara kalender Masehi dan Hijriah.
Dikutip dari buku Panduan Ibadah Puasa Wajib dan Sunnah tulisan Ahmad Zacky, Tasua berarti sembilan, sementara Asyura berarti sepuluh. Sesuai dengan artinya tersebut, umat Islam dianjurkan untuk mengerjakan puasa Tasua pada 9 Muharram dan melanjutkannya dengan puasa Asyura pada keesokan harinya, yaitu pada 10 Muharram.
Lantas, kapankah 9 dan 10 Muharram dalam kalender 2025? Yuk, cari tahu jadwal serta niat untuk menjalankan puasa sunnah ini, detikers!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Puasa Tasua dan Asyura 2025 Tanggal Berapa? Ini Jadwalnya
Memasuki bulan Muharram 1447 Hijriah, umat Islam mulai mempersiapkan diri untuk menunaikan berbagai amalan sunnah, salah satunya adalah puasa Tasua. Puasa ini dikenal sebagai salah satu bentuk ibadah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW sebagai pelengkap dari puasa Asyura. Berikut ini jadwalnya.
1. Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 2025 Versi Pemerintah
Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 yang dirilis oleh Kementerian Agama, tanggal 1 Muharram 1447 H jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025. Maka, tanggal 9 Muharram yang merupakan waktu pelaksanaan puasa Tasua jatuh pada Sabtu, 5 Juli 2025.
Dengan demikian, bagi detikers yang ingin mengamalkan puasa Tasua tahun ini, bisa mulai meniatkan diri pada malam hari. Kemudian menjadwalkan puasa sunnah pada hari Sabtu, 5 Juli 2025 atau bertepatan dengan 9 Muharram 1447 H. Lebih lanjut, puasa Asyura yang dilaksanakan pada 10 Muharram dapat dilakukan keesokan harinya yakni Minggu, 6 Juli 2025.
2. Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 2025 Versi NU
Mengacu pada kalender yang diterbitkan oleh Lembaga Falakiyah PCNU Bojonegoro, Nahdlatul Ulama menetapkan bahwa 1 Muharram 1447 H jatuh pada Jumat, 27 Juni 2025. Ketetapan ini selaras dengan keputusan pemerintah dan digunakan secara luas sebagai acuan ibadah umat Islam di Indonesia.
Dengan demikian, puasa Tasua yang jatuh pada tanggal 9 Muharram akan bertepatan dengan Sabtu, 5 Juli 2025 dan puasa Asyura 10 Muharram jatuh pada Minggu, 6 Juli 2025. Jamaah NU yang hendak menjalankan ibadah sunnah ini disarankan untuk meniatkannya sejak malam hari sebelumnya dan menunaikan puasanya pada tanggal tersebut.
3. Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 2025 Versi Muhammadiyah
Sementara itu, berdasarkan sistem Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang diresmikan oleh Muhammadiyah, 1 Muharram 1447 H ditetapkan jatuh pada Kamis, 26 Juni 2025. Sistem ini menjadi rujukan utama dalam penetapan waktu-waktu ibadah, termasuk puasa sunnah. Oleh karena itu, puasa Tasua versi Muhammadiyah yang jatuh pada 9 Muharram akan dilaksanakan pada hari Jumat, 4 Juli 2025 dan puasa Asyura dikerjakan pada Sabtu, 5 Juli 2025.
Bacaan Niat Puasa Tasua dan Asyura
Ketika akan melaksanakan puasa sunnah Tasua dan Asyura, tentu niat menjadi salah satu hal yang penting. Sebagian besar muslim merasa lebih afdol jika ibadahnya diawali dengan mengucapkan niat secara lisan. Berdasarkan informasi yang terdapat pada buku Langsung Hafal dan Paham Qiyamul Lail tulisan Ustadz Rusdianto, berikut ini adalah contoh bacaan niat puasa Tasua dan Asyura.
1. Niat Puasa Tasua
ΩΩΩΩΩΩΨͺΩ Ψ΅ΩΩΩΩ Ω ΨΊΩΨ―Ω Ω ΩΩΩ ΩΩΩΩΩ Ω ΨͺΩΨ³ΩΩΩΨΉΩΨ§Ψ‘Ω Ψ³ΩΩΩΩΨ©Ω ΩΩΩΩΩΩΩ ΨͺΩΨΉΩΨ§ΩΩΩ.
Nawaitu shauma ghadin min yaumi tasuu-'aa-in sunnatan lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Sengaja saya berpuasa sunnah hari Tasua pada esok hari karena Allah Taala."
2. Niat Puasa Asyura
ΩΩΩΩΩΩΨͺΩ Ψ΅ΩΩΩΩ Ω ΨΊΩΨ―Ω Ω ΩΩΩ ΩΩΩΩΩ Ω ΨΉΩΨ§Ψ΄ΩΩΩΨ±ΩΨ§Ψ‘Ω Ψ³ΩΩΩΩΨ©Ω ΩΩΩΩΩΩΩ ΨͺΩΨΉΩΨ§ΩΩΩ.
Nawaitu shauma ghadin min yaumi 'aasyuuraa-a sunnatan lillaahi ta'aalaa.
Artinya: "Sengaja saya berpuasa sunnah hari Asyura pada esok hari karena Allah Taala."
Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura
Dalam kalender Islam, bulan Muharram menandai awal tahun baru Hijriah. Namun, keistimewaan bulan ini tidak berhenti pada nama dan urutannya semata. Rasulullah SAW secara khusus menyebut bulan Muharram sebagai waktu terbaik untuk melaksanakan puasa sunnah setelah Ramadhan. Sebagaimana sabdanya dalam hadits riwayat Muslim yang dikutip dari buku Panduan Ibadah Puasa Wajib dan Sunnah tulisan Ahmad Zacky:
"Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, 'Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah, Muharram, dan salat yang paling utama setelah salat fardu adalah salat malam.'" (HR. Muslim)
Namun di antara hari-hari dalam bulan Muharram, dua hari yang paling menonjol adalah tanggal 9 (Tasua) dan tanggal 10 (Asyura). Keduanya memiliki sejarah dan keutamaan yang berbeda, tetapi saling berkaitan. Puasa Asyura awalnya dilaksanakan oleh Nabi SAW ketika mendapati kaum Yahudi di Madinah juga berpuasa pada tanggal tersebut. Ketika ditanya, mereka menjawab bahwa hari itu adalah saat Nabi Musa AS diselamatkan oleh Allah dari kejaran Firaun, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
"Allah telah melepaskan Musa dan umatnya pada hari itu dari Firaun dan bala tentaranya. Lalu Musa berpuasa pada hari itu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah." Nabi lalu bertanya, 'Aku lebih berhak terhadap Musa daripada mereka.' Maka Nabi pun berpuasa pada hari itu dan memerintahkan para sahabat untuk menjalankan puasa." (HR. Bukhari)
Untuk membedakan umat Islam dari kaum Yahudi, Rasulullah SAW menyatakan niatnya untuk menambahkan satu hari sebelumnya, yaitu puasa pada tanggal 9 Muharram atau Tasua, sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:
"Dari Abdullah bin Abbas RA, ia berkata, 'Ketika Rasulullah SAW berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh para sahabat juga berpuasa, mereka bertanya, 'Wahai Rasulullah, hari Asyura ini adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani.' Kemudian Rasulullah SAW bersabda, 'Kalau demikian, Insya Allah tahun depan kita berpuasa juga pada hari kesembilan.' Kemudian Ibnu Abbas melanjutkan, 'Tetapi sebelum datang tahun depan yang dimaksud, Rasulullah SAW telah wafat.'" (HR. Muslim)
Selain menjadi momen sejarah, puasa Asyura juga memiliki keutamaan besar dalam pengampunan dosa. Rasulullah SAW bersabda:
"Rasulullah SAW ditanya tentang keutamaan puasa Asyura? Beliau menjawab, 'Puasa Asyura dapat melebur dosa satu tahun yang telah lalu.'" (HR. Muslim)
Dari sini, dapat dipahami bahwa puasa Tasua dan Asyura bukan hanya bagian dari tradisi ibadah, tetapi juga merupakan warisan keimanan dan rasa syukur yang diajarkan oleh para nabi terdahulu. Rasulullah SAW mencontohkan bahwa puasa ini tidak hanya bernilai spiritual tinggi, tapi juga menjadi bagian dari identitas umat Islam yang menghormati sejarah para nabi dengan caranya sendiri.
Bolehkah Puasa Tasua dan Asyura tapi Belum Qadha Ramadhan?
Mendahulukan yang wajib sebelum yang sunnah adalah prinsip dasar beribadah dalam agama Islam. Hal ini juga berlaku dalam konteks puasa qadha Ramadhan. Banyak orang bersemangat mengerjakan puasa-puasa sunnah seperti puasa Tasua dan Asyura, tetapi terkadang justru melupakan hutang puasanya sendiri yang belum ditunaikan. Padahal, menurut pandangan fiqih, sikap seperti ini bisa menjadi keliru, bahkan bisa tergolong haram jika dilakukan tanpa alasan syari.
Dalam Buku Pintar Puasa Wajib dan Sunnah, Nur Solikhin menjelaskan puasa qadha merupakan ibadah wajib yang harus segera dikerjakan. Ia menyatakan dengan tegas bahwa menunda qadha tanpa uzur syariat bisa menjadi pelanggaran yang serius. Terlebih lagi jika seseorang sengaja lebih memilih puasa sunnah dan mengabaikan kewajiban qadha Ramadhan, maka menurut penjelasannya, hal itu bisa tergolong haram secara hukum fiqih.
Pentingnya menyegerakan puasa qadha ini juga ditegaskan dalam Al-Quran, tepatnya dalam Surat Al-Baqarah ayat 184, yang artinya:
"(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka, siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan, lalu ia berbuka maka wajiblah baginya berpuasa sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan, wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin. Siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan, berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui." (QS. Al-Baqarah [2]: 184)
Masih dari sumber yang sama, Nur Solikhin juga menekankan bahwa ibadah qadha tidak boleh ditunda hingga mendekati Ramadhan tahun berikutnya tanpa alasan syari. Bahkan, disarankan agar puasa-puasa sunnah seperti Tasua dan Asyura tidak dilakukan lebih dulu jika qadha belum ditunaikan.
Meski begitu, sebagian ulama juga memberikan pandangan yang lebih fleksibel. Misalnya, sebagaimana dijelaskan di NU Online, ada pendapat yang membolehkan puasa qadha dilakukan bersamaan dengan hari-hari utama seperti tanggal 9 dan 10 Muharram (Tasua dan Asyura). Artinya, seseorang bisa meniatkan puasa qadha di tanggal tersebut dan tetap mendapatkan pahala puasa wajib sekaligus meraih keutamaan waktunya.
Dengan begitu, bisa disimpulkan bahwa menyelesaikan puasa qadha tetap lebih utama. Bila ingin meraih keutamaan hari-hari sunnah seperti Tasua dan Asyura, maka cara terbaik adalah meniatkan puasa qadha di hari-hari itu. Ini adalah cara cerdas menyeimbangkan antara kewajiban dan keutamaan tanpa menyalahi prinsip ibadah yang benar.
Karena sudah tahu puasa Tasua dan Asyura 2025 tanggal berapa, kini detikers dapat mulai mempersiapkan diri untuk menjalankan ibadah sunnah tersebut.
(sto/ahr)
Komentar Terbanyak
Jawaban Menohok Dedi Mulyadi Usai Didemo Asosiasi Jip Merapi
PDIP Jogja Bikin Aksi Saweran Koin Bela Hasto Kristiyanto
Direktur Mie Gacoan Bali Ditetapkan Tersangka, Begini Penjelasan Polisi