Profil dr Wahidin Sudirohusodo, Pelopor Lahirnya Budi Utomo dan Harkitnas

Profil dr Wahidin Sudirohusodo, Pelopor Lahirnya Budi Utomo dan Harkitnas

Anindya Milagsita - detikJogja
Selasa, 20 Mei 2025 09:55 WIB
Wahidin Sudirohusodo
Sosok dr Wahidin Sudirohusodo. (Foto: Ilustrasi: Edi Wahyono)
Jogja - Pada tanggal 20 Mei setiap tahunnya bangsa Indonesia memperingati Hari Kebangkitan Nasional atau yang juga dikenal sebagai Harkitnas. Melalui peringatan tersebut terdapat tokoh penting bernama dr Wahidin Sudirohusodo yang merupakan pelopor lahirnya organisasi Budi Utomo. Lantas, siapakah dr Wahidin Sudirohusodo?

Hari Kebangkitan Nasional yang ditetapkan pada tanggal 20 Mei setiap tahunnya berkaitan erat dengan organisasi bernama Budi Utomo. Hal ini dikarenakan Budi Utomo merupakan pelopor pergerakan Kebangkitan Nasional bagi bangsa Indonesia. Adapun tanggal berdirinya Budi Utomo adalah pada 20 Mei 1908, sehingga Harkitnas juga menjadi momentum dalam mengenang lahirnya organisasi tersebut.

Sebagai sebuah organisasi berbasis pendidikan dan kebudayaan, Budi Utomo mampu memberikan pengaruh yang begitu besar bagi bangsa Indonesia. Terutama yang berkaitan dalam membangun kesadaran akan semangat nasionalisme dan usaha agar bisa menjadi sebuah bangsa yang merdeka.

Keberadaan organisasi Budi Utomo tak terlepas dari peran besar dr Wahidin Sudirohusodo. Sebagai cara dalam mengenang sosoknya, mari simak ulasan profil dr Wahidin Sudirohusodo dalam artikel ini.

Siapa Itu dr Wahidin Sudirohusodo?

Sebagai sosok yang dikenal menjadi pelopor bagi terbentuknya organisasi Budi Utomo yang tanggal berdirinya ditetapkan sebagai Hari Kebangkitan Nasional, dr Wahidin Sudirohusodo bukanlah orang yang sembarangan. Sosoknya merupakan kaum terpelajar yang pada saat memperkenalkan gagasannya, dirinya tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswa di STOVIA.

Diungkap dalam buku 'Pengetahuan Sosial Sejarah 2' karya drs Tugiyono Ks, dkk., bahwa dr Wahidin Sudirohusodo menyimpan sebuah pandangan yang cukup berbeda. Sebagai seorang mahasiswa yang menempuh pendidikan di sekolah dokter pribumi atau lebih dikenal sebagai STOVIA, di tahun 1907 dr Wahidin Sudirohusodo dengan vokal menyampaikan pandangannya. Terutama keinginannya untuk mewujudkan masyarakat yang maju melalui pendidikan yang luas.

Alih-alih bergantung pada pemerintah kolonial Belanda yang saat itu menguasai Indonesia, dr Wahidin Sudirohusodo ingin bangsa pribumi mendapatkan pendidikan secara berdikari. Inilah yang membuatnya menginisiasi Dana Pelajar. Dengan adanya Dana Pelajar, pemuda-pemuda pribumi bisa mendapatkan askes pendidikannya.

Bahkan di tahun yang sama, dr Wahidin Sudirohusodo tak sungkan untuk menyampaikan gagasannya melalui pidato di depan mahasiswa STOVIA yang lain. Salah satu sosok yang memiliki pemikiran yang sama adalah dr Sutomo.

Bersama dengan dr Sutomo inilah, dr Wahidin Sudirohusodo sepakat mendirikan sebuah organisasi Budi Utomo pada hari Minggu, 20 Mei 1908. Adapun makna dari Budi Utomo adalah 'usaha yang mulia'. dr Sutomo ditunjuk sebagai ketua, sedangkan ada sejumlah anggota lain yang turut bergabung di dalamnya. Sebut saja M Suradji, Muhammad Saleh, Muhammad Sulaiman, Gunawan, Sulaiman, Gumbreg, hingga Mas Suwarno.

Sementara itu, diungkap dalam buku 'Ensiklopedi Pahlawan 1: Semangat Pahlawan Perintis Kemerdekaan Indonesia' karya R Toto Sugiarto, bahwa Wahidin Sudirohusodo atau yang lebih dikenal sebagai dr Wahidin Sudirohusodo lahir di Mlati, Sleman, Yogyakarta pada tanggal 7 Januari 1852.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di Jogja, sosoknya memiliki keinginan yang kuat untuk mengembangkan ilmunya. Inilah yang membuatnya menempuh pendidikan di STOVIA, Jakarta.

Meskipun berasal dari latar belakang keluarga yang tergolong mampu, dr Wahidin Sudirohusodo memiliki kepedulian yang begitu besar bagi bangsanya sendiri. Inilah yang membuatnya menginisiasi sebuah organisasi bernama Budi Utomo.

Peran dr Wahidin Sudirohusodo sebagai Pelopor Budi Utomo

Lantas, mengapa dr Wahidin Sudirohusodo mendirikan Budi Utomo? Masih merujuk dari buku yang sama, dijelaskan bahwa dr Wahidin Sudirohusodo dikenal sebagai kalangan atas yang lebih suka bergaul dengan rakyat kecil. Berkat inilah sosoknya memahami kondisi yang dialami oleh rakyat pribumi pada saat itu, termasuk kesulitan yang harus dihadapi akibat penjajahan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Kepeduliannya terhadap rakyat pribumi membuatnya memiliki keinginan untuk membebaskan penderitaan rakyat. Satu-satunya cara yang terpikirkan pada saat itu adalah dengan berfokus pada pendidikan. Dirinya menyadari dengan pendidikan, rakyat akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Tidak hanya itu saja, berbekal pendidikan diharapkan rakyat juga dapat memiliki semangat untuk memperjuangkan kemerdekaannya agar terlepas dari penjajah.

Melalui Dana Pelajar, dr Wahidin Sudirohusodo berusaha mengumpulkan tokoh masyarakat dari kalangan priayi agar mau menyisihkan uangnya untuk berdonasi. Hasil donasi inilah yang disebut sebagai Dana Pelajar, yaitu dana yang dikumpulkan untuk mendukung para pemuda cerdas untuk mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikannya.

Meskipun begitu, ada berbagai tokoh masyarakat yang justru tidak menyetujui ide tersebut. Alih-alih menyerah, dr Wahidin Sudirohusodo berusaha menarik perhatian para mahasiswa di STOVIA. Berbekal kemauan yang keras, sosoknya berusaha menyampaikan gagasannya terkait hal tersebut.

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini gagasan dari dr Wahidin Sudirohusodo justru diterima dengan baik. Bahkan bersama dengan dr Sutomo, dirinya bisa membentuk sebuah organisasi berfokus pada pendidikan dan kebudayaan bernama Budi Utomo.

Melalui Budi Utomo, kesadaran akan nasionalisme semakin terbentuk di kalangan bangsa Indonesia. Seperti diungkap dalam buku 'Sejarah' karya drs Anwar Kurnia dan drs H Moh Suryana, bahwa Budi Utomo berhasil memiliki anggota yang tersebar di berbagai wilayah Pulau Jawa.

Bahkan di tanggal 3-5 Oktober 1908, Budi Utomo berhasil menyelenggarakan kongres pertama di Jogja. Melalui kongres tersebut Budi Utomo mengumumkan prinsip yang mereka pegang.

Ada tiga keputusan yang diambil dari kongres tersebut. Pertama, Budi Utomo menyatakan tidak akan terlibat dalam kegiatan politik. Kedua, Budi Utomo akan melakukan kegiatan organisasi di bidang pendidikan dan budaya. Lalu ketiga, Budi Utomo hanya terbatas di daerah Jawa dan Madura saja.

Sayangnya, perjuangan Budi Utomo justru berjalan cukup lambat. Ada berbagai faktor yang membuat organisasi ini tidak berkembang dengan pesat. Sebut saja pendidikan yang berjalan justru lebih berkaitan dengan kalangan priayi, Ketuanya saat itu menjabat sebagai bupati, sehingga memiliki kepentingan terhadap pemerintah kolonial Belanda.

Bahkan kalangan pelajar justru semakin tersisih dikarenakan kaum priayi lebih mementingkan jabatan. Pada masa inilah akhirnya Budi Utomo justru mengalihkan diri ke dunia politik.

Perpecahan Budi Utomo membuat anggotanya terbagi dalam golongan berbeda, yaitu moderat dan radikal. Kemudian Budi Utomo melakukan koalisi bersama Persatuan Bangsa Indonesia atau PBI, sehingga terbentuklah sebuah organisasi baru bernama Partai Indonesia Raya atau Parindra di tahun 1935.

Kaitannya dr Wahidin Sudirohusodo sebagai Pelopor Harkitnas

Seperti yang telah diulas sebelumnya, dr Wahidin Sudirohusodo merupakan pendiri dari Budi Utomo. Hal tersebut membuat sosoknya turut memberikan peran yang begitu besar dalam ditetapkannya Hari Kebangkitan Nasional pada 20 Mei setiap tahunnya.

Diungkap dalam buku 'Muhammadiyah Kiri' karya Syifaul Arifin, bahwa Hari Kebangkitan Nasional ditetapkan sebagai peringatan nasional oleh pemerintah pada tanggal 20 Mei setiap tahunnya. Penetapan tersebut mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 316/1959 yang ditandatangani pada tanggal 16 Desember 1959.

Sementara itu, Angga Priatna dan Aditya Fauzan Hakim dalam bukunya 'Nama & Kisah Pahlawan Indonesia: dari Masa VOC, Belanda, Jepang, hingga Masa Pembangunan' memberikan penjelasan bahwa dr Wahidin Sudirohusodo merupakan tokoh yang memberikan ide pergerakan nasional.

Sosoknya banyak berpendapat dan menuangkan pemikirannya terhadap keinginan agar pribumi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Terutama kaitannya dengan usaha dalam menuntut ilmu dan menjadi bangsa yang terpelajar.

Alih-alih menggunakan perlawanan secara fisik terhadap penjajah, organisasi Budi Utomo justru menekankan kesadaran akan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia dengan cara membangkitkan semangat nasionalisme. Inilah yang membuat dr Wahidin Sudirohusodo menjadi tokoh nasional yang berperan penting bagi bangsa Indonesia.

Demikian tadi rangkuman profil dr Wahidin Sudirohusodo sebagai pelopor lahirnya organisasi Budi Utomo sekaligus Hari Kebangkitan Nasional.


(sto/apl)

Hide Ads