Peringatan Hari Kebangkitan Nasional jadi waktu yang tepat untuk mengingat jasa pahlawan yang berjuang melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Karena, tanpa mereka, kemerdekaan Indonesia tidak akan pernah terjadi. Di antara nama-nama besar, beberapa berasal dari Jawa Timur, salah satunya adalah Dr Soetomo.
Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah pergerakan nasional Indonesia. Ia dikenal sebagai pendiri organisasi Budi Utomo, yang menandai lahirnya era pergerakan modern di Indonesia. Kiprah dan perjuangannya berkontribusi besar dalam membangkitkan semangat nasionalisme di kalangan rakyat Indonesia. Yuk, simak biografi singkat Dr Soetomo berikut ini.
Latar Belakang Keluarga dan Pendidikan Awal
Lahir dengan nama asli Soebroto pada 30 Juli 1888 di Desa Ngepah, Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, Soetomo berasal dari keluarga bangsawan Jawa. Ayahnya, R Suwaji pernah menjabat sebagai wedana (camat) di Maospati, dan kemudian menjadi ajun jaksa di Madiun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karena latar belakang keluarganya yang berada, Soetomo kecil mendapatkan akses pendidikan formal. Ia pertama kali bersekolah di Sekolah Rendah Bumiputera, lalu dipindahkan ke Bangil agar bisa masuk ke ELS (Europeesche Lagere School), sekolah Belanda untuk anak-anak pribumi terpilih.
Menariknya, Soetomo awalnya tidak diterima di ELS. Namun, berkat kegigihan pamannya, Harjodipuro, ia dibawa kembali ke sekolah itu dengan nama baru, yaitu Soetomo. Dengan nama ini, ia akhirnya diterima dan dikenal sebagai siswa cerdas yang disegani oleh guru dan teman-temannya, baik dari kalangan pribumi maupun Belanda.
Studi Kedokteran dan Awal Pergerakan
Setelah lulus dari ELS, Soetomo melanjutkan pendidikannya ke STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) di Batavia, sebuah sekolah dokter untuk pribumi. Di sinilah perjalanan intelektual dan politiknya dimulai.
Pada masa ini, Soetomo bertemu dengan dr Wahidin Soedirohusodo, seorang pensiunan dokter yang aktif menggugah semangat pemuda melalui ide pendirian Studie Fonds (Dana Beasiswa). Gagasan tersebut memberikan pengaruh besar terhadap pemikiran Soetomo, yang kemudian menginspirasi lahirnya organisasi modern pertama di Indonesia.
Berdirinya Budi Utomo
Pada 20 Mei 1908, Soetomo bersama rekan-rekannya di STOVIA mendirikan organisasi Budi Utomo, yang berarti "budi yang utama". Nama ini terinspirasi dari ucapan dr Wahidin, "punika satunggaling pedamelan sae serta nelakaken budi utami,". Organisasi ini bertujuan untuk memajukan pendidikan, pertanian, perdagangan, dan budaya demi meningkatkan derajat bangsa Indonesia.
Dalam kongres pertama Budi Utomo yang digelar pada 3-5 Oktober 1908 di Yogyakarta, kepengurusan diambil alih oleh kaum tua, termasuk dr Wahidin. Meski sempat ditentang beberapa guru STOVIA, Budi Utomo mendapat dukungan penuh dari kepala sekolah dr HF Roll, termasuk bantuan dana untuk penyelenggaraan kongres.
Karier Kedokteran dan Perjuangan Sosial
Setelah lulus dari STOVIA pada tahun 1911, dr Soetomo menjalani tugas sebagai dokter pemerintah di berbagai daerah seperti Semarang, Tuban, Lubuk Pakam, hingga Malang. Dalam praktiknya, ia sering tidak memungut bayaran dari pasien miskin, yang mencerminkan dedikasinya pada kemanusiaan.
Pada tahun 1917, ia menikah dengan Everdina J Broering, seorang perawat berkebangsaan Belanda. Dua tahun kemudian, Soetomo melanjutkan studi kedokteran di Universitas Amsterdam. Di sana, ia aktif dalam Perhimpunan Indonesia (PI) dan berkenalan dengan tokoh-tokoh seperti Mohammad Hatta dan Ali Sastroamidjojo.
Perjuangan Politik dan Aktivisme
Sekembalinya ke Indonesia pada tahun 1923, dr Soetomo menjadi dosen di NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School) di Surabaya. Ia juga mendirikan organisasi Indonesische Studieclub (IS) pada 11 Juli 1924 untuk membangkitkan kesadaran kaum terpelajar terhadap nasib rakyat.
Pada tahun 1930, IS berubah menjadi Partai Bangsa Indonesia (PBI) yang bersifat lebih inklusif. Dalam karier politiknya, Soetomo sempat menjadi anggota dewan kota (Gemeenteraad) di Surabaya, namun mengundurkan diri karena kecewa dengan sistem yang tidak berpihak pada rakyat.
Wafatnya Dr Soetomo
Setelah istrinya wafat pada 17 Februari 1934, kondisi kesehatan Soetomo semakin menurun. Ia wafat pada 29 Mei 1938 di usia 50 tahun. Jenazahnya dimakamkan di kompleks Gedung Nasional Indonesia (GNI), Jalan Bubutan Nomor 85-87 Surabaya.
Itulah biografi singkat Dr Soetomo, tokoh kebangkitan nasional asal Surabaya. Dedikasinya yang amat tinggi dalam bidang pendidikan, kesehatan, dan sosial menjadi tauladan bagi generasi muda.
(ihc/irb)