Santri Ditusuk Pemabuk Berujung Warga Jogja Bergerak Lawan Outlet Miras

Terpopuler Sepekan

Santri Ditusuk Pemabuk Berujung Warga Jogja Bergerak Lawan Outlet Miras

Tim detikJogja - detikJogja
Minggu, 03 Nov 2024 20:23 WIB
Sejumlah santri mengikuti aksi damai di halaman Polda DIY, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (29/10/2024). Dalam solidaritas tersebut ribuan santri mengecam atas insiden penusukan santri serta mendesak pihak kepolisan untuk mengusut tuntas kasus tersebut dan menutup penjual minuman keras tanpa izin. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/YU
Sejumlah santri mengikuti aksi damai di halaman Polda DIY, Sleman, DI Yogyakarta, Selasa (29/10/2024). Foto: ANTARA FOTO/HENDRA NURDIYANSYAH
Jogja -

Peristiwa penganiayaan dan penusukan terjadi di kawasan Prawirotaman, Kota Jogja, pada Rabu 23 Oktober 2024 malam. Pelaku sekelompok orang yang sebelumnya berkumpul dan mengonsumsi minuman keras di sebuah kafe kawasan tersebut.

Diketahui dua korban merupakan santri dari pondok pesantren di Krapyak, Bantul, inisial SF (19) dan MA (23). Kedua korban saat itu tengah membeli sate di dekat lokasi kafe.

Peristiwa ini pun berbuntut panjang hingga muncul aksi massa melawan peredaran miras di DIY. Berikut rangkuman beritanya, dikutip dari pemberitaan detikJogja.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peristiwa Penganiayaan dan Penusukan

Sebanyak tujuh orang tersangka telah ditangkap polisi yakni pria inisial VL (41), NH (29) alias E, F alias I (27), J (26), Y (23), T (25), serta R alias C (43). Mereka ditangkap secara terpisah.

"Telah melakukan penyelidikan dan bisa mengamankan sebanyak tujuh orang," kata Kapolresta Jogja Kombes Aditya Surya Darma dalam jumpa pers di Mapolresta Jogja, Selasa (29/10/2024).

ADVERTISEMENT

Aditya mengatakan motif aksi para pelaku diduga balas dendam tapi salah sasaran. Dari hasil pemeriksaan sementara kepolisian, terungkap pada hari sebelumnya, Selasa (22/10), gerombolan pelaku sempat ribut dengan pihak lain di kafe sekitar lokasi kejadian.

Dari hasil pemeriksaan sementara terhadap para tersangka, ada motif balas dendam para tersangka ke pihak yang terlibat keributan, sehingga para tersangka kembali ke kafe yang sama, Rabu (23/10).

"Ada kemungkinan seperti itu (balas dendam), tapi kami belum bisa menyatakan seperti ini karena masih terlalu dini, masih kita akan dalami motif aslinya, apakah balas dendam dari kejadian yang pertama atau ada hal-hal lainnya," paparnya.

"Kemungkinan besar seperti itu (salah sasaran), karena santrinya lagi makan sate tidak ada kaitan apa pun dengan (kejadian) yang pertama kemudian terjadi peristiwa sampai dianiaya sampai luka seperti itu," ujar Aditya.

Korban Santri Ponpes Krapyak

Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda (GP) Ansor Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebut dua korban penganiayaan serta penusukan di Prawirotaman itu adalah santri di salah satu pondok pesantren di Krapyak, Kapanewon Sewon, Bantul.

"Iya betul (dua korban itu) santri Krapyak," kata Ketua GP Ansor DIY, Abdul Muiz saat dihubungi wartawan, Kamis (24/10).

Kedua korban pria inisial SF (19) warga Rembang dan MA (23) warga Pati, Jawa Tengah. Keduanya merupakan pembimbing di salah satu pondok pesantren di Krapyak.

Muncul Gelombang Aksi Massa Melawan Miras

Buntut peristiwa di Prawirotaman itu, muncul gelombang aksi massa yang melawan peredaran miras di DIY.

Massa FUI

Massa yang mengatasnamakan diri Forum Ukhuwah Islamiah (FUI) DIY menggeruduk kantor Gubernur DIY, Kompleks Kepatihan, Kota Jogja, Jumat (25/10). Mereka mengirimkan surat ke Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X soal keresahan mereka akan peredaran miras di DIY.

Dalam kesempatan ini, FUI DIY mengirimkan surat resmi kepada Gubernur DIY dan berharap audiensi dapat segera terlaksana untuk merumuskan langkah-langkah konkret dalam menghadapi permasalahan ini.

Ketua AM Forum Ukhuwah Islamiah (FUI) DIY, Fadlun Amin, menyampaikan pentingnya audiensi dengan Gubernur DIY untuk membahas dampak negatif yang ditimbulkan oleh peredaran miras.

Ia mencontohkan insiden penganiayaan dan penusukan terhadap dua orang santri Krapyak yang dilakukan oleh sekelompok orang yang diduga terpengaruh miras di Prawirotaman, Rabu (23/10) malam.

"Kami mau mengadu ke Sultan soal miras yang semakin meresahkan dan juga efek negatifnya," ujar Fadhlun kepada wartawan di Kompleks Kepatihan, Jumat (25/10).

"Kami dari FUI resah terhadap miras dan kami ingin memberikan surat kepada Gubernur DIY agar peduli dan mau menerima perwakilan dari kami maka kami menunggu konfirmasi beliau dan berharap mau menerima audiensi kami terhadap persoalan miras," sambungnya.

Sementara itu, perwakilan FUI DIY, Ustaz Umar, mengutarakan kekhawatirannya mengenai ketidakjelasan izin untuk usaha miras.

"Kami sangat prihatin. Seharusnya tidak ada izin untuk penjualan miras. Kami tidak pernah mendengar adanya keputusan dari pemda yang mengizinkan miras. Jika eksekutif mengatakan tutup, seharusnya itu ditutup," ungkapnya.

Massa FKYB

Aksi sama dilakukan massa yang mengatasnamakan diri Forum Komunikasi Yogyakarta Bersatu (FKYB).

Koordinator Lapangan FKYB, Waljito, menyampaikan pihaknya menyoroti maraknya peredaran miras hingga disinyalir menyebabkan aksi penusukan santri di Prawirotaman.

"Kami mengamati bahwa setiap kali terjadi kekerasan, pemicunya adalah miras. Oleh karena itu, perlu ada regulasi yang lebih ketat untuk mengendalikan peredarannya," ungkap Waljito usai audiensi dengan Pemda DIY di Kompleks Kepatihan, Selasa (29/10).

Untuk itu, Waljito menekankan pentingnya kolaborasi antarpemerintah daerah dalam mengelola peredaran miras, mengingat situasi saat ini sudah mencapai kondisi darurat.

"Setiap konflik yang terjadi selalu melibatkan miras. Kita harus bertindak cepat untuk mencegah hal ini berulang," paparnya.

"Sehingga harapannya jika terjadi permasalahan kerusuhan, kemudian peristiwa kriminal, maka aparat kepolisian segera melakukan penangkapan dan segera diproses, kemudian ditindak secara tegas," ujarnya.

Massa Santri dan GP Ansor

Selanjutnya, massa Gerakan Pemuda (GP) Ansor menggelar istigasah di Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Mereka membuat pernyataan sikap agar pelaku penusukan santri bisa segera ditangkap dan diadili, serta menyoroti peredaran miras di DIY.

Pantauan detikJogja, massa santri yang hadir itu berasal dari beberapa ponpes di Kulon Progo, Bantul, Sleman, hingga Gunungkidul.

Mereka datang dengan membawa berbagai poster dan spanduk bernada penolakan terhadap peredaran miras seperti 'JOGJA DARURAT MIRAS!', 'ISLAM TEGAS TOLAK MIRAS', 'NYENGGOL SANTRI GETUN MBURI' dan lain sebagainya. Mereka kemudian diterima oleh para pejabat Polda DIY.

Selain para santri, tampak juga ada mahasiswa, Banser, dan pengurus PWNU DIY.

Dalam aksi itu, mereka menyampaikan pernyataan sikap yang di dalamnya ada tujuh poin utama. Koordinator umum aksi solidaritas santri Yogyakarta, Abdul Muiz, yang membacakan pernyataan sikap menyatakan, pertama tangkap dan adili semua pelaku.

"Kami mendesak aparat penegak hukum untuk segera menangkap semua pelaku, memprosesnya secara hukum, dan menyeretnya ke pengadilan," kata Abdul Muiz di Mapolda DIY, Selasa (29/10).

Kedua, berikan keadilan untuk korban dan keluarga. Ketiga, jaminan keamanan di lingkungan masyarakat. Keempat, solidaritas untuk korban. Kelima, pengawasan ketat untuk mencegah kekerasan.

"Kami menyerukan peningkatan pengawasan di wilayah Yogyakarta untuk mencegah tindakan kekerasan di masa depan. Termasuk dalam hal ini adalah mengevaluasi dan mengendalikan peredaran minuman keras (miras) yang kian marak karena satu botol miras dapat memicu seribu kriminalitas," ujarnya.

Keenam, evaluasi peraturan daerah tentang miras. Ketujuh, komitmen menegakkan keadilan.

Massa Muhammadiyah

Massa Muhammadiyah di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), turun ke jalan, Minggu (3/11). Mereka menyuarakan penolakan terhadap peredaran minuman keras dan narkoba.

Aksi damai ini dimotori oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Wates Kota dan dilangsungkan di simpang lima Karangnongko, Wates, Kulon Progo.

"Sekitar 150 sampai 200-an, ini yang kita ketahui dari Pimpinan Cabang Muhammadiyah Wates Kota, dan Kulon Progo. Serta ada elemen masyarakat lainnya termasuk organisasi GMX," ungkap Ketua PCM Wates Kota, Winayadi saat ditemui di lokasi, Minggu (3/11).

Winayadi mengatakan aksi ini merupakan respons warga Muhammadiyah terhadap maraknya peredaran miras dan narkoba di Kulon Progo. Lewat aksi ini, pihaknya ingin agar seluruh elemen masyarakat di Kulon Progo bisa tergerak untuk sama-sama membantu penanganan peredaran barang haram tersebut.




(rih/rih)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads